Malaysia Indonesia Berdamailah

ini harga diri non dipi bukan analisa politik!!! alaysial dibantu 4 atau 20 negara mah ndak ada urusan!!! Indonesia tetaplah negara berdaulat yang harus dijaga batas2nya..!!! M E R D E K A ! ! !

*sambil minum es degan*
Nah itu juga bisa dijadikan pertimbangan Cak, sejauh mana yang namanya harga diri bangsa ini terinjak-injak karena seperti yang aku bilang persoaln ini adalah cemen dan terlalu kecil untuk ditingkatkan jadi sebuah pernyataan perang...

Dan beda jauh dengan ketika konfrontasi indonesia-malaysia yang didengungkan Presiden Soekarno, yang saat itu persoalannya jauh lebih kompleks dari sekedar konflik yang terjadi saat ini..Selain persoalan Kalimantan Utara juga harga diri bangsa kita cukup terkoyak ketika demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman (Perdana Menteri Malaysia saat itu) dan memaksanya untuk menginjak Garuda...

The bottom line is, pernyataan perang itu nggak bisa hanya didasarkan faktor emosional belaka in the name of harga diri dan kedaulatan...
Konflik2 kecil cukuplah dikonter dengan hal2 kecil juga. Seperti Ambalat, ya biarlah itu konflik terjadi di situ aja, tidak perlu sampai menyatakan perang, karena pernyataan perang dari sebuah negara kepada negara lain itu punya konsekuensi yang luas daripada sekedar konflik kecil2...



-dipi-
 
Nah itu juga bisa dijadikan pertimbangan Cak, sejauh mana yang namanya harga diri bangsa ini terinjak-injak karena seperti yang aku bilang persoaln ini adalah cemen dan terlalu kecil untuk ditingkatkan jadi sebuah pernyataan perang...

Dan beda jauh dengan ketika konfrontasi indonesia-malaysia yang didengungkan Presiden Soekarno, yang saat itu persoalannya jauh lebih kompleks dari sekedar konflik yang terjadi saat ini..Selain persoalan Kalimantan Utara juga harga diri bangsa kita cukup terkoyak ketika demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman (Perdana Menteri Malaysia saat itu) dan memaksanya untuk menginjak Garuda...

The bottom line is, pernyataan perang itu nggak bisa hanya didasarkan faktor emosional belaka in the name of harga diri dan kedaulatan...
Konflik2 kecil cukuplah dikonter dengan hal2 kecil juga. Seperti Ambalat, ya biarlah itu konflik terjadi di situ aja, tidak perlu sampai menyatakan perang, karena pernyataan perang dari sebuah negara kepada negara lain itu punya konsekuensi yang luas daripada sekedar konflik kecil2...



-dipi-

yang nggak cemen itu perang sama ustrali ya kak..??
 
hehehe maksudnya itu persoalan yang terjadi seperti ini terlalu kecil untuk bikin negara menyatakan diri dalam keadaan perang...:D
Cukuplah konflik 'lokal' aja, di ambalat, di selat malaka ataupun di ZEE...tembak2an untuk panas2an dikit gpp lah...nanti kalo udah lebih serius dari itu baru deh dinyatakan perang... Kalo masih dalam level seperti yang terjadi sekarang ini, nggak worth it lah kalo dibikin perang...


-dipi-
 
dengan kata lain.. "kita ini miskin, mengalah sajalah.." wkwkwkwk

No no...bukan gitu Cak...:))
Mempertahankan kedaulatan dan kehormatan nggak melulu kudu lewat jalur perang, ada satu jalan yang pemerintah kitapun sama sekali nggak berani mengambilnya, yaitu langkah pemutusan hubungan diplomatik...itu efeknya hampir sama besarnya dengan pernyataan perang terhadap suatu negara...

Maksudku itu gini...Konflik2 yang selama ini terjadi itu masih dalam taraf sangat "wajar" bagi dua negara yang langsung berbatasan dan itu nggak cukup layak dijadikan alasan untuk negara mengeluarkan pernyataan perang...

Kalo memang dikehendaki perang, IMO, ini sangat terlambat karena menurutku konflik yang layak untuk dijadikan perang itu adalah saat konflik sipadan-ligitan yang sempat melibatkan unsur tentara pada dua belah pihak...Kalo sekedar konflik kecil di ambalat, klaim budaya, penangkapan kapal dsb nya itu masih belum cukup...


-dipi-
 
No no...bukan gitu Cak...:))
Mempertahankan kedaulatan dan kehormatan nggak melulu kudu lewat jalur perang, ada satu jalan yang pemerintah kitapun sama sekali nggak berani mengambilnya, yaitu langkah pemutusan hubungan diplomatik...itu efeknya hampir sama besarnya dengan pernyataan perang terhadap suatu negara...

Maksudku itu gini...Konflik2 yang selama ini terjadi itu masih dalam taraf sangat "wajar" bagi dua negara yang langsung berbatasan dan itu nggak cukup layak dijadikan alasan untuk negara mengeluarkan pernyataan perang...

Kalo memang dikehendaki perang, IMO, ini sangat terlambat karena menurutku konflik yang layak untuk dijadikan perang itu adalah saat konflik sipadan-ligitan yang sempat melibatkan unsur tentara pada dua belah pihak...Kalo sekedar konflik kecil di ambalat, klaim budaya, penangkapan kapal dsb nya itu masih belum cukup...


-dipi-

so, what we must to do? we = indonesia
 
walahhh lepasnya sipadan ligitan kan karena si mega mendung keburu menyerahkan ini ke mahkamah internasional..
klo klaim budaya mah ndak ada urusan dengan perang.. tapi untuk batas wilayah.. no.. apalagi sudah berkali2..
 
so, what we must to do? we = indonesia
Paling layak, paling bijak dan paling masuk akal adalah dengan pemutusan hubungan diplomatik...
Ini semua tujuannya apa? Untuk memberi "pelajaran" kepada negara malay itu bukan? Jadi cukuplah pakai tindakan ini daripada perang karena dampaknya juga lebih menguntungkan di pihak kita...
Konsekuensi yang perlu kita hadapi di awal, ketika terjadi pemutusan hubungan diplomatik, adalah soal TKI, sekitar 2 juta TKI akan pulang, dan itu akan sangat membuat malay akan kelabakan sebelum mencari solusi lain dengan mendatangkan tenaga kerja dari Filipina dan bangladesh. Tapi yang mesti diingat, TKI kita itu bukan hanya sekedar berada pada level unskill di sana, tapi banyak sekali yang bekerja pada posisi penting dengan kategori skill dengan posisi minimal ada pada level middle management ke atas, dan itu akan sangat merepotkan sejenak bagi pihak malay....

Ada konsekuensi lainnya yang cukup signifikan...yaitu soal investasi sawit. Investor Malaysia menguasai sekitar 15-20 persen dari total lahan sawit di Indonesia, dan itu cukup besar nominalnya. Jika hal ini dibekukan itu bakalan cukup mengganggu untuk perekonomian malay sendiri....

Dari sisi ekonomi perdagangan mungkin tidak terlalu berarti, tapi kan katanya demi kedaulatan dan harga diri, jadi lebih dilihat bagaimana mengambil sikapnya daripada sekedar pertimbangan secara mendetail...


-dipi-
 
walahhh lepasnya sipadan ligitan kan karena si mega mendung keburu menyerahkan ini ke mahkamah internasional..
klo klaim budaya mah ndak ada urusan dengan perang.. tapi untuk batas wilayah.. no.. apalagi sudah berkali2..
betul...tapi di sipadan-ligitan itu sempat beberapa kali terjadi kontak senjata antara TNI dan pasukan diraja malay...dan itu sudah jelas2 konflik soal teritori...
Bukan seperti yang sekarang, seperti di ambalat itu...kapal mereka masuk ke wilayah kita...mereka melanggar tapi nggak mengklaim...ya cukuplah kalo kita tegas kasih tembakan yang melumpuhkan, bukan cuma dilihat doang dan diberi tembakan peringatan...

Kalopun memang ingin berperang, ya carilah atau bikinlah gara2 yang cukup worth it dan nggak cuma sekedar persoalan sepele begini...:D



-dipi-
 
banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai

perang tidak akan menyelesaikan masalah

damai saja
 
Last edited:
Kalo aku sih cemen, karena nggak berani perang...kalo yang lain sih hebat2 dan pemberani...karena berani perang eh menyuruh perang....:))



-dipi-
 
Tentara kita tidak tegas.. Orangmah ngeluarin tembakan ke.. Beraninya cuman misahin yang demonstrasi doank.. Huuhh. ..
 
*dipe mode on*

Ini tuh kerjaan kekuatan besar yang tak tampak, ingin memecah belah Indonesia dan Malaysia sebagai sesama negara dengan jumlah muslim besar. Kalau gw analse eh eh analisa sih ini didesign oleh CIA dan Mossad.
==========
*Den Niezhami mode on*

Ini pasti ditunggangi
===============
*Den lolo mode on*

Sungguh terlaluuuh
 
Back
Top