Malapetaka

Mrs_Sumart1

New member
Sepanjang sejarah, manusia percaya bahwa mereka memiliki kesanggupan untuk menanggulangi bencana apa saja tanpa bersandarkan iman kepada Allah. Nabi Yesaya menulis bahwa pencemooh semacam itu dengan sombongnya membual, biarpun cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena (Yesaya 28:15).

Yesaya berkata bahwa orang-orang tersebut buta mata rohaninya, Ya Tuhan, tanganMu dinaikkan, tetapi mereka tidak melihatnya (26:11). Dengan kata lain, mereka tidak mengakui bahwa setiap bencana ada hubungannya dengan perbuatan Allah. Sebaliknya, mereka berlagak seolah-olah sama sekali tidak ada Allah di surga yang akan menuntut pertanggungjawaban mereka atas ketidakpercayaan mereka.

Banyak pencemooh di Amerika dewasa ini yang mengira bahwa kekayaan akan menyelamatkan diri mereka dari segala malapetaka. Tetapi Firman Allah dengan pasti mengatakan bahwa ketika kegoncangan yang Dia tentukan mulai terjadi, orang kaya yang fasik tersebut tiba-tiba akan menyadari bahwa harta mereka tidak ada nilainya:

Pada hari itu berhala-berhala perak dan berhala-berhala emas yang dibuat manusia untuk sujud menyembah kepadanya akan dilemparkannya kepada tikus dan kelelawar, dan ia akan masuk ke dalam lekuk-lekuk di gunung batu dan ke dalam celah-celah di bukit batu terhadap kedahsyatan Tuhan dan terhadap semarak kemegahanNya, pada waktu Ia bangkit menakut-nakuti bumi (2:20-21).

Pencemooh yang lain mungkin berkata, Mengapa kuatir dan cemas? Semua ini akan pulih seperti sedia kala seperti halnya sejak awal peradaban manusia. Bencana datang dan pergi, tetapi kami selalu bertahan hidup. Perekonomian boleh jatuh, kerajaan bisa runtuh, tetapi hidup manusia tetap berjalan seperti biasa.

Kita tidak bisa mendengarkan nabi-nabi yang selalu berkhotbah tentang bencana. Mereka selalu mengatakan hal yang sama sejak berabad-abad yang lalu. Dunia masih belum kiamat, tidak seperti apa yang telah berkali-kali mereka katakan. Masa yang penuh penderitaan selalu mengawali masa yang gemilang. Kita perlu menikmati hidup selagi kita masih sempat.

Memang benar bahwa nabi-nabi Allah telah menyerukan peringatan-peringatan di setiap generasi. Tetapi sejarah membuktikan bahwa Allah selalu menjatuhkan hukuman pada waktu yang telah Dia tetapkan. John Owen, seorang pengkhotbah Puritan yang besar, menyampaikan khotbah berikut ini kepada jemaatnya pada tanggal 9 April 1680:

Kalian tahu bahwa selama beberapa tahun dengan tidak putus-putusnya saya memperingatkan kalian tentang masa kesukaran yang makin mendekat, dan saya juga merenungkan dosa-dosa yang menjadi penyebabnya Saya telah memberi tahu kalian bahwa hukuman akan dimulai di rumah Allah; bahwa sepertinya Allah telah mengeraskan hati kita sehingga kita tidak lagi takut kepadaNya dan tidak seorangpun tahu bagaimana besarnya luapan amarahNya. Saya telah berbicara tentang masa yang berbahaya, yang menyesakkan, dan yang penuh dengan malapetaka semuanya ini sekarang ada di ambang pintu dan semakin mendekati kita."

Para pencemooh dewasa ini akan membaca ucapan Pengkhotbah Owen ini dan berkata, Ini bukti dari apa yang saya katakan! Seorang pengkhotbah bencana yang hidup 300 tahun yang lalu mencoba menakut-nakuti masyarakat di sekelilingnya. Tetapi dunia tetap berputar di samping apa saja yang dia katakan. Segala sesuatunya tetap berjalan dengan normal!

Para pencemooh tersebut tidak mengakui bahwa Allah memang mengirimkan hukumanNya yang mengerikan kepada masyarakat kota London tersebut. John Owen hidup cukup lama untuk sempat menyaksikan dengan sedih dahsyatnya nyala api yang menelan kota London dan menghanguskan kota yang megah itu. Sesungguhnya, dia melihat pemenuhan dari setiap nubuatannya yang luar biasa tentang peperangan, kehancuran, ekonomi yang porak poranda, masa depresi, dan penyakit yang menghapuskan sejumlah besar manusia yang ceroboh dan bersikap masa bodoh.

Dan sebelum dia menyaksikan satupun dari bencana ini terjadi, Pengkhotbah Owen dengan penuh iman berseru dari mimbarnya, Saya akan menunjukkan bagaimana kita dapat keluar dari dalam bencana menyesakkan yang sedang menghampiri kita dan mungkin sekali akan menenggelamkan kita.

Saudara yang terkasih, kita hidup seperti di zaman di mana Pengkhotbah Owen hidup. Dan di dalam waktu seperti itu, hanya ada satu pegangan dalam menghadapi musibah ekonomi yang mendekat: Orang benar akan hidup oleh iman! Pengkhotbah Owen dengan bercucuran air mata memperingatkan jemaatnya, Carilah bahtera, siapkanlah bahtera untuk keselamatan kalian dan keluarga. Kemudian dia menambahkan,

Bahtera itu adalah Yesus Kristus. Tidak ada jalan lain, tidak ada bahtera lain seperti apa yang dikatakan Yesaya tentang Tuhan kita, dan seorang laki-laki [Kristus] akan seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar, di tanah yang tandus (Yesaya 32:2). {Ayat ini di dalam Alkitab bahasa Inggris versi King James dimulai dengan: Dan seorang laki-laki, penerjemah}.

Dialah bahtera kita. Diberkatilah orang yang percaya hanya kepadaNya Saya tahu bahwa tidak ada keselamatan dan kelepasan dari percobaan dan penderitaan di atas bumi ini, tetapi percaya kepada Kristus adalah satu-satunya perlindungan kita.
 
Back
Top