All About NII

Testimoni Korban NII (1)
Dari Diskusi Seminar hingga Dibaiat
Icha Rastika | Inggried | Rabu, 27 April 2011 | 10:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Modus perekrutan yang digunakan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) pada umumnya menyasar mahasiswa-mahasiswa baru untuk bergabung. Hal ini ditunjukkan pula oleh testimoni sejumlah alumni dan mahasiswa Universitas Indonesia yang disampaikan kepada Kompas.com. Mereka mengaku pernah dibujuk untuk menjadi anggota, saat baru menjejak bangku kuliah. Ada yang hanya sebatas diajak berdiskusi hingga dibaiat. Seperti yang dialami lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, sebut saja Andi. Pada tahun 2006, saat ia baru memasuki dunia perkuliahan, Andi sempat menjadi korban NII. Bahkan ia sempat dibaiat dan berganti namanya.

"Saat dibaiat, disuruh pakai baju putih celana hitam, di hadapan jenderal-jenderalnya, ditunjukin kata-kata gitu," ungkap Andi, Selasa (26/4/2011).

Sayangnya Andi tidak ingat lagi kalimat baiat apa yang dimaksud. Ia menuturkan, perkenalannya dengan NII berawal dari ajakan seorang teman yang baru dikenalnya. Teman wanita yang baru dikenal Andi itu mengenalkannya dengan teman lelaki si wanita yang mengaku butuh bantuan untuk seminar penelitian.

"Akhirnya kita bertiga ketemuan, diajak ngobrol, berkenalan di tempat makan di Cilandak Town Square," ujarnya.

Namun, pada pertemuan tersebut, si teman lelaki, sebut saja bernama Rudi, tidak membahas soal seminar yang dijadikan dalih pertemuan. Rudi, tutur Andi, malah mengajaknya berdiskusi tentang agama, ibadah dengan merujuk pada kitab suci Al Qur'an yang dibawanya. "Kalau orang masih awam, akan iya-iya saja, manggut-manggut saja dengar ceritanya," kata Andi.

Lelaki itu, lanjutnya, menjelaskan bahwa ibadah yang dilakukan Andi di Indonesia selama ini tidak sah. Karena, menurutnya, Indonesia adalah tempat yang kotor untuk beribadah. "Indonesia kotor, banyak korupsinya, lingkungannya enggak sehat, macam-macam, pokoknya jelek-jelekin Indonesia," kisah Andi.

Lantas, lelaki itu menyarankan Andi untuk berpindah ke negara yang bersih, yakni Negara Islam Indonesia agar ibadahnya sah. "Nah, dia bilang, kalau mau ibadah, ada di NII, itu jelas, bersih, sah ibadahnya," tutur Andi.

Mendengar hal itu, Andi mulai merasakan kejanggalan. Namun, rasa penasarannya menuntun Andi untuk melanjutkan diskusi hingga pertemuan berikutnya. Selang beberapa hari, Andi, Rudi, dan seorang lelaki lain yang menurut Andi adalah supervisornya Rudi, mengadakan pertemuan di sebuah tempat makan. Kali ini, lokasinya di sebuah mall di kawasan Lebak Bulus. Pembicaraan dalam pertemuan tersebut, kata Andi, pada intinya sama seperti sebelumnya. Hanya saja, lelaki yang menjadi supervisor Rudi itu lebih meyakinkan Andi untuk hijrah dari NKRI ke NII.

"Di sana digodok lagi, seperti usaha sampai korbannya enggak sadar," ucap Andi.

Masih merasa penasaran, Andi setuju untuk mengikuti pertemuan selanjutnya dan berjumpa dengan orang yang disebut komandan NII. Kemudian, ia diminta menunggu giliran untuk bertemu. "Katanya kalau mau hijrah, nunggu giliran, nunggu kloter," ungkapnya.

Ketika ada kloter yang kosong, Rudi menghubungi Andi. "Ya sudah, akhirnya saya bareng kloter yang dekat rumah saya, Ciledug," tuturnya.

Andi pun menuju tempat baiat dengan terlebih dahulu berjanji bertemu dengan Rudi di sebuah tempat di kawasan Ciledug. Di tempat itu, Rudi dan lima kawannya telah menunggu dengan mengendarai mobil. "Akhirnya saya masuk dalam mobil," ucap Andi.

Di dalam mobil, lanjutnya, sudah ada 10 orang calon anggota lain yang siap dibaiat. "Semuanya laki-laki," katanya.

Sekitar pukul 21.00, mereka berangkat menuju lokasi Baiat. Andi menuturkan, dalam perjalanan, ia dipesankan untuk menutup mata ketika ada perintah. "Nanti kalau sudah dekat tempatnya, merem (memejamkan mata) ya," ujarnya menirukan Rudi.

Namun, Andi tidak menutup mata saat diperintah. Ia kemudian melihat bahwa rombongan menuju sebuah rumah yang masih berada di kawasan Ciledug. Sesampainya di sebuah rumah itu, semua calon anggota diperintahkan untuk shalat kemudian tidur. Menjelang tengah malam, tutur Andi, mereka dibangunkan untuk bertemu dengan petinggi NII.

"Di situ kembali diyakinkan," ucap Andi.

Setelah itu, mereka kembali diperintahkan untuk tidur. Kemudian, Andi dibangunkan kembali dari tidurnya untuk mengikuti proses penggantian nama. "Namanya dipilihin tapi saya lupa namanya. Terus tidur lagi, besok Subuh bangun, dan berangkat lagi," lanjutnya.

Keesokan harinya, Andi bersama 10 orang calon anggota NII lainnya diberangkatkan ke tempat lain. Di tempat itu, kata Andi, mereka akan dipertemukan dengan komandan NII dan dibaiat. "Ke daerah yang agak jauhan tapi saya tahu itu masih di Wilayah Ciledug," katanya.

Di tempat kedua yang juga merupakan rumah kontrakan itu, Andi diperintahkan memakai baju putih dan celana hitam, kemudian dibawa ke ruangan komandan NII. Memasuki ruangan, kata Andi, ia bertemu dengan lima orang komandan NII yang duduk berjajar seperti panelis. Kelima orang itu, menurut Andi, berpakaian biasa saja. Tidak mengenakan peci atau atribut apapun. Selanjutnya, di dalam ruangan itu, Andi beserta 10 orang calon anggota NII lainnya kembali dijelaskan tentang NII dan diyakinkan.

"Di-brain wash lagi ramai-ramai, lebih detil omongannya. Makan siang, sholat, terus dibaiat," ungkapnya.

==============

Testimoni Korban NII (2)
Ajaran NII: Menghapus Dosa dengan Uang
Icha Rastika | Inggried | Rabu, 27 April 2011 | 11:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bermula dari perkenalannya dengan Rudi yang mengajak berdiskusi tentang sebuah seminar, Andi pun diajak untuk mengenali ajaran sebuah kelompok, Negara Islam Indonesia. Suatu malam, ia diajak ke suatu tempat dan menjalani prosesi pembaiatan. Kelompok Negara Islam Indonesia memang memberlakukan sumpah setia atau baiat kepada para calon anggotanya. Seperti yang dituturkan Andi (nama samaran), alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, yang sempat dibaiat NII saat memasuki tahun pertama kuliah sekitar tahun 2006. Namun, Andi tidak terjerumus hingga menjadi anggota NII karena menilai adanya kejanggalan pada ajaran-ajaran NII. Apa saja ajaran yang dinilainya janggal?

Menurut Andi, di setiap kesempatan, anggota NII yang berupaya merekrutnya menjanjikan keuntungan-keuntungan materi kepadanya. Ia dijanjikan akan mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja dan segala kebutuhan hidupnya akan terjamin.

"Pokoknya di sini (di NII) hidup terjamin, selalu dapat uang," kata Andi kepada Kompas.com, Selasa (26/4/2011).

Lebih anehnya lagi, kata Andi, NII mengajarkan anggotanya untuk tidak perlu melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Menurut ajaran NII, shalat hanya dilakukan dua waktu. "Shalat besar dan shalat kecil," kata Andi.

Akan tetapi, ia mengaku lupa mengenai apa yang dimaksud dengan shalat besar dan shalat kecil. Seingatnya, yang dimaksud shalat kecil adalah mengajak orang lain untuk bergabung. "Mengajak orang masuk NII itu ibadah," ucapnya.

Lalu, jika anggota NII melakukan dosa, kata Andi, cukup dibayar dengan sejumlah uang. Setelah membayar, dosa-dosanya diyakini akan hilang. "Itu tidak masuk akal," ucap Andi.

Lainnya, setiap anggota NII, menurut Andi, diwajibkan membayar iuran kepada negara. Untuk mencari uang, dihalalkan cara apa pun, termasuk mencuri. "Terus, uangnya dimasukin ke kas negara untuk membiayai negara," tuturnya.

Menurut Andi, tiap anggota dijanjikan akan mendapat bagian dari uang yang disetorkannya. Andi lupa berapa persen bagian yang akan didapatkan seorang anggota dari setoran yang dimasukkan. Setoran kepada negara tersebut, lanjut Andi, mulai dibayarkan di awal menjadi anggota. Setelah dibaiat, Andi mengaku dimintai iuran berkisar Rp 400.000-Rp 500.000. Iuran-iuran tersebut disetorkan kepada seseorang yang berwenang, tidak melalui transfer rekening.

Mengetahui adanya sejumlah iuran yang harus dibayarkan, Andi mengaku tidak memiliki uang untuk itu. Namun, Rudi, orang yang merekrutnya, kemudian membujuk dengan menawarkan diri untuk membayarkan sementara kewajiban Andi.

"Mereka pintar, mereka bilang, 'Gw bayarin dulu, asal lo yakin'," kata Andi menirukan ucapan Rudi saat itu.

Berusaha lepas dari bujukan Rudi, Andi berkilah bahwa ia merasa tidak yakin dengan ajaran NII. Menanggapinya, lagi-lagi Rudi mengerahkan kemampuan komunikasinya untuk meyakinkan Andi. "Kalau masalah enggak yakin, kamu lihat saja dulu, masalah yakin enggak yakin belakangan," kata Andi menirukan Rudi.

Pascabaiat, Andi pulang ke rumah. Ia menuturkan, karena merasa ragu dengan ajaran NII, Andi kemudian membaca-baca Al Quran lengkap dengan terjemahan yang ada di rumahnya. Dari situlah Andi sadar bahwa ayat-ayat Al Quran yang disampaikan anggota NII kepadanya telah ditafsirkan secara berbeda.

"Saya baca ayatnya, ternyata penafsirannya beda, pintar banget dia (orang NII), pakai ayat Al Quran," ungkapnya.

Selanjutnya, Andi semakin yakin untuk meninggalkan NII ketika mendengar nasihat temannya. "Kata teman saya, cara orang menyembah Tuhan berbeda-beda. Enggak perlu sampai pindah negara segala," tuturnya.

Apalagi, setelah Andi mengikuti seminar tentang NII yang kebetulan digelar di kampus tidak lama setelah ia dibaiat. Andi juga menceritakan, meskipun tidak merasa yakin dengan NII, ia tidak dilepaskan begitu saja. Pasca-dibaiat, anggota NII terus berupaya menghubunginya. Anggota NII juga sempat mendatanginya ke kampus.

"Dari awal dia ngancem sih, kalau keluar bakal kena musibah besar. Namun, buktinya sampai sekarang saya enggak kenapa-kenapa," ungkapnya.

Andi pun memilih untuk mengganti nomor ponselnya demi menghindari "gangguan" para anggota NII. "Dua minggu kemudian, sudah enggak dihubungi lagi," katanya.

Meskipun demikian, setelah dibaiat, Andi mengaku sempat diperkenalkan dengan anggota NII lainnya yang sekampus dengannya. "Ternyata di UI banyak, di bawah tanah, enggak keliatan, ada anak Komunikasi 2005 juga, anak FISIP, dan anak FIB," ungkapnya.

Bahkan, ada seorang anggota NII yang merupakan senior Andi, sejurusan dengan Andi di Departemen Ilmu Komunikasi. Andi juga mengungkapkan, menurut para anggota NII yang sempat dikenalnya, saat itu Presiden NII adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi UI.



Sumber: kompas



-dipi-
 
"Ada Bukti Kaitan Bom Bali 2002 dengan NII"
KAMIS, 28 APRIL 2011, 18:32 WIB Elin Yunita Kristanti, Mohammad Adam

57604_10.jpg

VIVAnews -- Negara Islam Indonesia (NII) sedang jadi sorotan. Tak hanya diduga terkait hilangnya dan praktek pemerasan, organisasi ini juga disebut-sebut terlibat jaringan teror.

Meski belum ada bukti kuat, Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin mengungkapkan ada keterkaitan antara NII dengan pelaku aksi teror bom. Yang dia maksud adalah Iqbal, bomber Bom Bali 2002.

Iqbal adalah pelaku bom bunuh diri di Paddy's Cafe, Kuta 12 Oktober 2002. Dalam surat wasiatnya, Iqbal menyerukan agar keturunan DI/TII membangun kembali kejayaan NII yang digagas oleh Kartosoewiryo.

"Suratnya memang isinya seperti itu, menerangkan bahwa ada perlawanan-perlawanan yang diharapkan dari keturunan-keturunan," ujar Tubagus di DPR RI, Jakarta, Kamis 28 April 2011. Untuk diketahui, kala itu, Tubagus berdinas di TNI

Ia lalu mengutip isi pesan terakhir iqbal: "Ingat wahai para mujahidin, imam kita Sekarmaji Marijan Kartosoewirjo dulu waktu membangun dan menegakkan sekaligus memproklamirkan kemerdekaan NII dengan darah dan nyawa para syuhada, bukan dengan berleha-leha, santai-santai seperti sekarang. Kalau kalian benar ingin membangun kembali kejayaan NII yang hari ini terkubur, siramlah dengan darah-darah antum agar antum tidak malu dihadapan Allah nanti padahal kalian mengaku sebagai anak-anak dari DI/TII."

Menurut Tubagus, NII ada hubungannya juga dengan para syuhada yang ikut pergi 'berjihad' misalnya ke Moro, Afghanistan, dan lain sebagainya. Data mengenai nama-mana keturunan DI/TII dan di mana keberadaan mereka itu pun sudah ada.

"Tapi tidak banyak, hanya sebagian. Ada daftarnya. misalnya si ini yang anaknya si ini ikut ke sana, lalu si ini ikut ke sini, dan sebagainya," kata Tubagus.

Sewaktu masih berdinas di TNI, Tubagus mengaku pernah menyampaikan laporan mengenai data tersebut. Namun tidak ada tindak lanjut dari pemerintah."Saya sudah sampaikan ini. Tapi kembali pada sikap pemerintah juga tidak ada tindak lanjutnya, khususnya di era reformasi ini," kata dia.

Tubagus menambahkan, selain cara ekstrem, ada juga gerakan perlawanan NII melalui jalur ideologi."Ada juga NII yang memang melalui perlawanan katakanlah ideologi. Artinya mengambil dengan baik-baik barangkali melalui pemilu, partai, dan lain sebagainya," kata Tubagus.
 
FPI: Isu NII, Permainan Bodoh Intelijen
SABTU, 30 APRIL 2011, 00:01 WIB Elin Yunita Kristanti, Dwifantya Aquina

92133_10.jpg

VIVAnews -- Front Pembela Islam (FPI) menuding menyebarnya kasus cuci otak dan hilangnya beberapa mahasiwa diduga Negara Islam Indonesia (NII) adalah bagian dari isu yang dirancang sistematis.

"Kalau kami lihat, NII yang diisukan ini NII palsu, ini bagian dari permainan intelijen, sengaja ada upaya untuk mem-blow up isu itu," kata juru bicara FPI, Munarman, kepada VIVAnews.com, Jumat, 29 April 2011. "Negara memanfaatkan isu untuk melakukan black propaganda. Kami tidak akan masuk ke permainan bodoh seperti ini."

Dijelaskan Munarman, sejak awal NII memang sengaja dipelihara. Tujuannya, kata dia, anti negara Islam. "Mestinya masyarakat tahu bahwa ini bagian dari upaya pembusukan Islam," tambah dia.

Munarman mengaku punya bukti bahwa NII terkait intelijen. "Ada tokoh intelijen yang ramai disebut media termasuk di dalamnya. Kami ada bukti video, waktu dia masih jadi kepala intelijen," kata dia, tanpa menyebut siapa tokoh yang dimaksud.

Video tersebut, jelas dia, menunjukkan kehadiran tokoh intelijen tersebut menghadiri acara wisuda di lembaga pendidikan yang diduga terkait NII. "Video itu sudah kami edarkan ke masyarkat dan ormas Islam lain," kata dia.

Dugaan serupa juga muncul dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Ia mensinyalir ada sikap pembelaan, pembiaran, bahkan pemeliharaan dari pejabat atau mantan pejabat tinggi negara terhadap NII.

"Si pejabat atau mantan pejabat itu sering datang ke acara-acara yang diindikasikan diadakan NII. Tapi kami tidak bisa menyebut satu persatu mantan pejabat itu," kata Din Syamsuddin dalam keterangan pers di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 29 April 2011.

Sebelumnya, terkait dugaan keterkaitan NII dengan intelijen dibantah pemerintah. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto mengatakan, tak ada keterlibatan TNI dan intelijen di balik gerakan yang disebut akan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. "Kayak kurang pekerjaan saja TNI sama intelijen," ujarnya.

Sementara, Kepala Badan Intelijen Negara, Sutanto, meminta masyarakat untuk tidak mengait-ngaitkan intelijen dengan Pesantren Al-Zaytun--yang diduga basis NII. "Jangan berpikir pada masa lalu. Sekarang transparan. Masyarakat bisa melihat apa yang kami lakukan," ujar mantan Kapolri ini.
 
NII Meresahkan, Mengapa FPI Tak Bereaksi?
Elin Yunita Kristanti, Dwifantya Aquina

95263_10.jpg

VIVAnews - Makin banyaknya laporan korban menghilang diduga direkrut Negara Islam Indonesia (NII) membuat masyarakat resah. NII juga dikaitkan dengan kasus cuci otak dan pemerasan.

Menanggapi kasus FPI, Front Pembela Islam (FPI) mengaku geram. "Ini sudah meresahkan masyarakat, kalau memang sesat kenapa pemerintah diam saja? FPI meminta Presiden untuk tegas menyikapi masalah ajaran NII ini," ujar Ketua DPD FPI Jakarta, Habib Salim Umar Alatas, saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, 29 April 2011 malam.

Habib Salim menegaskan, FPI mengutuk sikap-sikap anarkis yang disinyalir akibat disusupi ajaran NII seperti pengeboman. Dia pun membantah anggapan masyarakat yang mengatakan FPI melemah menyikapi masalah NII, tak seperti saat menyikapi masalah Ahmadiyah.

Untuk saat ini, menurut dia, FPI masih terus mengkaji ajaran sesat NII yang dianggap telah merusak masyarakat. "Kami masih menyelidiki kesalahan NII, sejauh mana keterlibatan mereka merusak masyarakat, kami lagi pantau," tegasnya.

FPI pun menyesali sikap pemerintah yang seakan tebang pilih menyikapi sesuatu. Habib Salim mencontohkan dalam beberapa aksinya, banyak anggota FPI yang ditindak tegas aparat hukum bahkan sampai dijebloskan ke dalam penjara. Sedangkan, lanjut dia, saat kejadian NII ini merebak ke masyarakat, pemerintah seakan tak ada gaungnya.

"Polisi juga harus tangkap mereka, kenapa FPI saja yang selalu
dipojokkan? Kenapa pemerintah tidak senang dengan kami? Padahal kami ini membela negara, sedangkan NII yang sudah merusak dan mencuci otak generasi muda kok didiamkan saja," ungkapnya dengan nada tinggi.

Sebelumnya, Polri mengaku ada sejumlah hambatan untuk menindak NII. Polri juga kesulitan menjerat anggota NII dengan tuduhan melakukan tindakan makar. "Siapa sekarang yang berani terang-terangan (mengaku) saya adalah NII. Itu kan cuma cerita-cerita dari mulut ke mulut," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta.

Menurut Boy, tindakan-tindakan yang diduga dilakukan oleh anggota NII saat ini masih sulit dijerat dengan pasal makar. Paling-paling, tindakan itu hanya dikenakan pasal-pasal tentang kriminalitas biasa. "Yang mana yang mau ditindak. Kalau menipu jelas itu penipuan, menculik itu jelas menculik. Itu kriminal murni," kata dia.

source
 

Hipnotis >> Sugesti >> Cuci Otak

tuzki50.gif



AN menambahkan, cuci otak dilakukan oleh tiga mubaliq NII. Di ruangan cuci otak itu, salah seorang mubaliq menggambar di papan bahwa Indonesia itu diibaratkan Mekkah dan NII itu adalah Madinah.
berarti si AN belum sempat tercuci otaknya y den?..
(dia msh ingat kejadian saat hendak dicuci otakny)


Doktrin tidak perlu salat inilah yang membuat AN goyah dan mulai tidak tertarik dengan NII. Apalagi, sejak ikut pengajian, beberapa pengurus NII sering mendatangi rumah AN untuk menagih uang Rp 1 juta sebagai mahar.
berarti cuci otak gak semudah/secepat yg ane bayangkan y den.
si AN msh bisa keluar & tidak tertarik dengan NII..

timbul pertanyaan dr ane: :D
  • apakah si AN memang termasuk tipe org yg tak mudah dicuci otakny?
  • apakah cuci otak itu perlu waktu yg lama..?
  • setelah terkena cuci otak, apakah ybs bisa disembuhkan (seberapa besar kemungkinan bisa sembuh)?
  • dan apabila yg terkena cuci otak sudah sembuh, apakah dia msh bisa mengingat masa lalunya?..
  • satu yg bikin merinding : "tepukan pundak pelaku yg membuat seseorang bisa terhipnotis".. (gimana caranya y den)?. T.T .*mengerikan*
  • tuzki78.gif

 
Dana NII di Century Atas Nama Abu Maarik
JUM'AT, 29 APRIL 2011, 20:37 WIB Elin Yunita Kristanti, Ismoko Widjaya

10977610.jpg

Nasabah Century, Abu Maarik, diduga nama alias Panji Gumilang, pemimpin Al-Zaytun​

VIVAnews - Negara Islam Indonesia (NII) yang saat ini jadi sorotan diduga kuat punya kaitan dengan skandal Bank Century. Ada rekening organisasi itu di Century. Jumlahnya dikabarkan ratusan miliaran rupiah.

Dikonfirmasi, politisi Golkar yang juga anggota Pansus Hak Angket Bank Century, Bambang Soesatyo, mengatakan ia pernah menulis soal dana NII di bukunya, 'Skandal Gila Bank Century'.
"Dana Al-Zaytun di Century sudah ditulis di Bab 4, tertulis atas nama Abu Maarik," kata Bambang kepada VIVAnews.com, Jumat, 29 April 2011.

Menurut dia, Abu Maarik adalah nasabah terbesar kedua setelah Sampoerna. "Jumlahnya saya lupa," tambah dia.

Abu Maarik diduga nama lain dari Abu Toto alias Syekh Abdus Salam Panji Gumilang yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Panji Gumilang disebut-sebut sebagai Ketua Komandemen Wilayah 9 NII yang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Untuk diketahui, Kepala Pusat Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Yunus Husein dalam keterangannya di depan Pansus DPR pada 21 Desember 2009 menyebut ada simpanan atas nama nasabah Abu Maarik Rp46,2 miliar.

Untuk menguak benarkah ada dana NII di Century, Wakil ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso, menyatakan Tim Pengawas Pelaksanaan Rekomendasi Pansus Bank Century akan meminta PPATK mengklarifikasi dugaan adanya rekening misterius untuk membiayai gerakan NII.

"Saya akan cek tentang kebenaran sekian miliar yang konon katanya masuk dalam rekening yang disebut-sebut milik NII," ujar Priyo di DPR RI.

Sementara itu, mantan bos Bank Century, Robert Tantular, membantah memiliki hubungan dekat dengan tokoh NII Abu Maarik. "Tidak pernah dengar nama itu. Setahu saya tidak ada hubungan Pak Robert dengan tokoh NII," kata pengacara Robert Tantular, Triyanto.
 
"Ada Bukti Kaitan Bom Bali 2002 dengan NII"
KAMIS, 28 APRIL 2011, 18:32 WIB Elin Yunita Kristanti, Mohammad Adam

57604_10.jpg

VIVAnews -- Negara Islam Indonesia (NII) sedang jadi sorotan. Tak hanya diduga terkait hilangnya dan praktek pemerasan, organisasi ini juga disebut-sebut terlibat jaringan teror.

Meski belum ada bukti kuat, Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin mengungkapkan ada keterkaitan antara NII dengan pelaku aksi teror bom. Yang dia maksud adalah Iqbal, bomber Bom Bali 2002.

Iqbal adalah pelaku bom bunuh diri di Paddy's Cafe, Kuta 12 Oktober 2002. Dalam surat wasiatnya, Iqbal menyerukan agar keturunan DI/TII membangun kembali kejayaan NII yang digagas oleh Kartosoewiryo.

"Suratnya memang isinya seperti itu, menerangkan bahwa ada perlawanan-perlawanan yang diharapkan dari keturunan-keturunan," ujar Tubagus di DPR RI, Jakarta, Kamis 28 April 2011. Untuk diketahui, kala itu, Tubagus berdinas di TNI

Ia lalu mengutip isi pesan terakhir iqbal: "Ingat wahai para mujahidin, imam kita Sekarmaji Marijan Kartosoewirjo dulu waktu membangun dan menegakkan sekaligus memproklamirkan kemerdekaan NII dengan darah dan nyawa para syuhada, bukan dengan berleha-leha, santai-santai seperti sekarang. Kalau kalian benar ingin membangun kembali kejayaan NII yang hari ini terkubur, siramlah dengan darah-darah antum agar antum tidak malu dihadapan Allah nanti padahal kalian mengaku sebagai anak-anak dari DI/TII."

Menurut Tubagus, NII ada hubungannya juga dengan para syuhada yang ikut pergi 'berjihad' misalnya ke Moro, Afghanistan, dan lain sebagainya. Data mengenai nama-mana keturunan DI/TII dan di mana keberadaan mereka itu pun sudah ada.

"Tapi tidak banyak, hanya sebagian. Ada daftarnya. misalnya si ini yang anaknya si ini ikut ke sana, lalu si ini ikut ke sini, dan sebagainya," kata Tubagus.

Sewaktu masih berdinas di TNI, Tubagus mengaku pernah menyampaikan laporan mengenai data tersebut. Namun tidak ada tindak lanjut dari pemerintah."Saya sudah sampaikan ini. Tapi kembali pada sikap pemerintah juga tidak ada tindak lanjutnya, khususnya di era reformasi ini," kata dia.

Tubagus menambahkan, selain cara ekstrem, ada juga gerakan perlawanan NII melalui jalur ideologi."Ada juga NII yang memang melalui perlawanan katakanlah ideologi. Artinya mengambil dengan baik-baik barangkali melalui pemilu, partai, dan lain sebagainya," kata Tubagus.

dulu diduga ada kaitan dengan al qaeda, sekarang NII ...yang benar yang mana ne? jangan2 al qaeda dan NII dikira sama dan dipukul rata ...
 
Kemenag Bakal Periksa Al Zaytun Terkait NII KW9
Sabtu, 30/04/2011 13:22 WIB Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

sda-lu10.jpg

Jakarta - Pemerintah mengaku tidak tinggal diam dengan kecurigaan publik terhadap keterkaitan Pondok Pesantren Al Zaytun dengan NII KW9. Lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Panji Gumilang itu bakal diperiksa.

"Memang harus ada survey yang mendalam terhadap lembaga-lembaga pendidikan yang dicurigai dan lembaga itu tidak boleh tertutup dengan pemerintah termasuk Al Zaytun," kata Menteri Agama Suryadharma Ali.

Hal itu disampaikan Suryadharma usai menghadiri 100 Tahun KH Wahid Hasyim di Auditorium Kementerian Agama (Kemenag), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (30/4/2011).

Suryadharma mengatakan, soal pemeriksaan Al Zaytun ini, pihaknya telah membicarakan sejak beberapa waktu yang lalu. Persoalan ini akan dikoordinasikan dengan Kejaksaan, Intelijen, dan Kepolisian.

"Karena Kementerian Agama tidak punya kewenangan untuk membubarkan organisasi," katanya Ketua Umum PPP itu.

Namun kapan pemeriksaan itu bakal dilakukan, Suryadharma belum mengetahui secara pasti. "Sampai saat ini masih belum ada waktu yang ditentukan," kata Suryadharma.

Sebelumnya Panji Gumilang, pimpinan Al Zaytun dikait-kaitnya dengan NII KW9. Kelompok ini disebut-sebut sebagai NII palsu yang kerjanya merekrut orang untuk mengumpulkan dana.

Panji Gumilang disebut-sebut sebagai Abu Toto, pemimpin NII KW9. Namun dengan tegas, Panji Gumilang membantahnya. Dia juga membantah terkait dengan NII KW9. [detiknews]
 
Tittle : Two Faces of Al-Zaytun
Established in 1999, when the economic crisis was at its worst, Al-Zaytun rose as swiftly as a meteor to become Southeast Asia's most modern and most imposing pesantren, a school for Islamic studies with boarding facilities. Its success story, however, has aroused perplexing questions, such as the mysterious background of its leader, Abdus Salam Panji Gumilang.

There's nothing strange about this pesantren, whose effective management has been lauded even by its critics. An investigation by TEMPO, however, has found links between Panji Gumilang and the Indonesian Islamic State of Regional Command 9 (NII KW 9) and found manipulative practices in its fund raising methods as well as its penchant towards worshiping its leaders.

The controversy over Panji Gumilang has prodded the Department of Religious Affairs, the Police and the Indonesian Council of Ulemas (MUI) to conduct their own investigations of this Imam and his pesantren. The results will be published next week.


Pesantren Al Zaytun & Pimpinannya yakni Panji Gumilang dulu pernah diekspos besar2an di majalah tempo terkait keterlibatannya dengan NII.. tapi ampe sekarang adem ayem aja.. ck..ckk..ckk.. bener2 hebat ntu mereka :D
 
Tittle : Two Faces of Al-Zaytun



Pesantren Al Zaytun & Pimpinannya yakni Panji Gumilang dulu pernah diekspos besar2an di majalah tempo terkait keterlibatannya dengan NII.. tapi ampe sekarang adem ayem aja.. ck..ckk..ckk.. bener2 hebat ntu mereka :D

ini jawabannya den

Din Syamsuddin: Ada Pejabat Pelihara NII
JUM'AT, 29 APRIL 2011, 15:49 WIB Ismoko Widjaya

56774_10.jpg

VIVAnews - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mensinyalir ada sikap pembelaan, pembiaran, bahkan pemelirahaan dari pejabat atau mantan pejabat tinggi negara terhadap gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Indikasinya, beberapa pejabat tinggi itu sering membela NII.

"Si pejabat atau Mantan pejabat itu sering datang ke acara-acara yang diindikasikan diadakan NII. Tapi kami tidak bisa menyebut satu persatu mantan pejabat itu," kata Din Syamsuddin dalam keterangan pers di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 29 April 2011.

Din Syamsuddin menyampaikan hal ini bersama 11 organisasi masyarakat atau lembaga Islam tingkat pusat. Lembaga-lembaga Islam itu antara lain, Dewan Dakwah Islam Indonesia dan Korps Alumni HMI.

Din melanjutkan, pembiaran itu sebagai bentuk komoditas politik yang sudah dilakukan sejak lama. Usaha-usaha politik yang membiarkan dan secara sistematis memelihara gerakan NII telah mendiskreditkan dan merusak citra politik umat Islam.

Mabes Polri mengeluhkan sulitnya memberangus gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang meresahkan warga. Polri juga mengaku kesulitan menjerat anggota NII dengan tuduhan melakukan tindakan makar.

"Apa terbuka mereka. (NII) Itu kan dari cerita ke cerita," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis 28 April 2011.
 
Back
Top