Kasus M. Nazarrudin [update]

Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

saya yakin, kita semua akan melihat semua kasus mereka kelak di akherat dengan kebenaran yang sebenar benarnya, hari itu tak ada lagi suatu kesembunyian dan kebohongan..............semua akan di perlihatan......di hadapan allah
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

SMS dari Singapura
"Kejutan" Baru dari Nazaruddin
Inggried | Jumat, 17 Juni 2011 | 12:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Nazaruddin mengeluarkan "peluru" baru. Dari Singapura, dalam pesan singkatnya kepada Koran Tempo, Kamis (16/6/2011) malam, ia mengungkapkan hal baru. Mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat itu menuding anggota Badan Anggaran, Anglina Sondakh, I Wayan Koster, dan Mirwan Amir, yang bermain dalam penganggaran proyek wisma atlet SEA Games yang bernilai Rp 191 miliar. Nama Nazaruddin sendiri dikaitkan dengan pusaran kasus yang turut menjerat Sesmenpora Wafid Muharram sebagai tersangka.

"Yang bermain anggaran di Sesmenpora itu Ibu Angelina dan Pak Wayan Koster serta pemimpin Badan Anggaran, Pak Mirwan Amir, bukan saya," demikian Nazaruddin, seperti dimuat Koran Tempo, Jumat (17/6/2011).

Nazaruddin menyatakan, dia akan membuka semuanya karena tak ingin difitnah dan menjadi bagian dari apa yang disebutnya sebagai rekayasa. Selanjutnya, Nazaruddin meminta agar mengonfirmasikan kepada Tim Pencari Fakta (TPF) Partai Demokrat yang dibentuk untuk menyelidiki dugaan keterlibatan Nazaruddin dan Angelina Sondakh dalam kasus ini. Menurut anggota Komisi VII DPR ini, Angelina sudah menyampaikan seluruh fakta kepada TPF. Uang yang diduga suap, kata Nazaruddin, berasal dari Wayan Koster dan Angelina, yang kemudian diserahkan kepada Mirwan Amir.

"Sama Mirwan Amir dibagi-bagi kepada pimpinan Banggar (Badan Anggaran). Itu penjelasan dia (Angelina) di depam tim TPF," ujarnya.

Selanjutnya, Nazaruddin meminta agar penjelasan selanjutnya dikonfirmasi kepada TPF. Menurut dia, keterangan Angelina disampaikan kepada anggota TPF Demokrat, di antaranya Jafar Hafsah, Max Sopacua, Benny K Harman, Edi Sitanggang, dan Ruhut Sitompul.

Saat dihubungi Kompas.com, Jumat siang, Ruhut mengatakan, berdasarkan keterangan yang diperoleh TPF dari Nazaruddin dan Angelina, keduanya membantah terlibat kasus itu.

"Kami sudah tanya langsung ke mereka. Katanya tidak terlibat," kata Ruhut yang tengah berada di luar negeri.

Sementara itu, Ketua TPF Demokrat Benny K Harman belum menjawab panggilan saat dihubungi melalui telepon.

Dikaitkannya nama politikus Partai Demokrat dalam kasus dugaan suap Sesmenpora berasal dari pernyataan Kamaruddin Simanjuntak, mantan pengacara salah satu tersangka, Mindo Rosalina Manulang. Ia menyebutkan, Rosa hanya mengantarkan bos PT DGI yang juga menjadi tersangka, M El Idris, untuk bertemu Wafid atas perintah atasannya, Nazaruddin. Namun, setelah mencopot Kamaruddin, Rosa menarik keterangannya terkait Nazaruddin.

Sejak 23 Mei lalu, Nazaruddin bertolak ke Singapura dengan alasan menjalani pengobatan. Ia mangkir dari panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus dugaan suap Sesmenpora. KPK melayangkan panggilan kedua. Jika sampai panggilan ketiga ia tetap mangkir, KPK akan melakukan penjemputan secara paksa.


Sumber: Kompas



-dipi-
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

partai demokrat terjadi perpecahan di antara kader nya di satu sisi ingin menyelamatkan 1 orang disisi lain borok luka di partai makin terbuka lebar
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Kasus Dugaan Suap Sesmenpora
OC Kaligis: Nazaruddin Siap Perang!
Ary Wibowo | Heru Margianto | Jumat, 1 Juli 2011 | 09:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum M Nazaruddin, tersangka kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet Sea Games di Palembang, OC Kaligis, menyatakan, kliennya siap membongkar semua keterlibatan beberapa pihak terkait kasus tersebut. KPK menetapkan Nazaruddin sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap Sesmenpora terkait pembangunan Wisma Atlet Sea Games di Palembang.

"Kita akan bongkar semua, kalau sudah seperti ini kita siap perang," ujar Kaligis ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (1/6/2011).

Ia menuturkan, dalam beberapa hari ini dirinya telah melakukan komunikasi intensif dengan Nazaruddin. Dalam komunikasi tersebut, anggota Komisi VII DPR itu mengungkapkan, sejumlah uang dalam kasus ini mengalir ke sejumlah anggota Dewan termasuk ke Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Menurut Kaligis, kliennya saat ini merasa kecewa dengan penetapan dirinya sebagai tersangka. Pasalnya, Nazaruddin merasa dirinya selalu dianggap bersalah dalam kasus tersebut.

"Dia (Nazaruddin) mengatakan kalau dia itu tidak pernah menerima sepeser uang pun dari kasus Menpora itu. Makanya dia itu bingung dan menilai itu semua rekayasa," katanya.

Seperti diberitakan, Kamis (30/6/2011), Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Bibit Samad Rianto mengungkapkan, Nazaruddin disangka melanggar tiga pasal penerimaan suap yaitu Pasal 5 Ayat 2 dan atau Pasal 12 huruf a dan b, dan Pasal 11 Undang-Undang tentang Tindak Pidana Korupsi.

Namun, Bibit belum dapat mengungkapkan peran Nazaruddin dalam kasus tersebut. Menurut Bibit, penetapan Nazaruddin sebagai tersangka sudah berdasarkan bukti, baik berupa keterangan saksi maupun bukti dokumen.

Kasus ini melibatkan tiga tersangka lainnya yakni Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam, Direktur Pemasaran PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, dan Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah, Mohamad El Idris.

Sebelumnya, KPK menjadwalkan tiga pemanggilan pemeriksaan terhadap Nazaruddin dalam kapasitasnya sebagai saksi terkait kasus itu. Namun, Nazaruddin mangkir dari tiga kali pemanggilan tersebut. Ia mengaku berada di Singapura untuk berobat jantung.


Kompas



-dipi-
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Cape deh!!!!!!!!!!! ntar kalau diperiksa alasannya sakit,kasus tidak bisa dilanjut
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Ada Indikasi Nazaruddin dan Nunung Sesungguhnya Berada di Indonesia!

1309580531615684990.jpg

Nunun dan Nazaruddin

Salah satu topik yang ramai dibicarakan saat ini adalah berbagai upaya untuk memulangkan Nazaruddin dari Singapore. Perkembangan terakhir, setelah lebih dari satu bulan kemudian paska kepergiannya ke Singapore, adalah penetapan dia sebagai tersangka oleh KPK dan pencabutan paspor RI-nya. Kemudian Presiden SBY memberi perintah kepada Kapolri dan KPK untuk segera menangkap dan memulangkan bekas bendahara umum DPP Partai Demokrat itu ke Indonesia.

Namun segala macam upaya tersebut diperkirakan akan mengalami gagal total. Sebagaimana upaya yang sama terhadap Nunun Nurbaeti, terkait kasus dugaan suap paska pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom.

Saat ini Nunun benar-benar sudah nyaris mustahil ditemukan. Padahal paspornya sudah dicabut, dan sudah masuk dalam daftar buronan interpol. Dia seolah-olah sudah hilang ditelan bumi. Entah dalam arti kiasan, ataukah benar-benar ditelan bumi alias sudah almarhum dan dikebumikan.

Status Nazaruddin pun kelihatannya secara bertahap sedang menuju ke arah sana. Semakin misterius, sampai hilang juga bak ditelan bumi.

Semua orang memusatkan perhatian ke Singapura, ketika para petinggi Demokrat menyebarkan berita bahwa yang bersangkutan kini berada di Singapore, tetapi mereka sendiri tidak tahu dia tinggal di mana.

Demikian juga dengan status Nunun, pusat perhatian orang semula ke Singapore. Tempat awal dia dikabarkan menghilang. Kemudian tersebar berita dia berada di Thailand, kemudian katanya sekarang ada di Kamboja. Padahal paspornya sudah dicabut.

Kenapa bisa paspornya sudah dicabut, tetapi dia masih bisa bepergian ke beberapa negara? Apakah benar dia menggunakan paspor palsu, atau menggunakan paspor orang lain?

Dalam statusnya seperti ini apakah mungkin hal itu terjadi? Mungkinkah pengamanan di Imigrasi Singapore, Thailand dan Kamboja sedemikian lemahnya sehingga Nunun bisa masuk keluar seenaknya dengan “paspor palsu” itu? Lalu, apa kerjanya interpol?

Kejanggalan lain juga sebetulnya terlihat dari sikap KPK yang tidak mengusik suaminya, Adang Daradjatun, yang bersikeras tidak mau diajak kerjasama untuk memberitahu keberadaan sesungguhnya istrinya itu. Bahkan berkali-kali dia membela Nunun, dengan mengatakan istrinya itu tidak bersalah dan tidak seharusnya dipanggil KPK.

Padahal sebagai seorang mantan Wakapolri, dan sekarang duduk di Komisi Hukum DPR lagi, dia seharusnya lebih dari tahu bahwa sikapnya tidak patut, bahkan bisa termasuk kategori perbuatan melanggar hukum. Sedangkan untuk bisa membuktikan salah-tidaknya istrinya itu, justru harus dengan kehadirannya di KPK.

Sikap KPK pun tidak kalah janggalnya, seperti yang saya katakan, aneh, KPK berupaya terus mencari keberadaan Nunun, bahkan KPK kemudian menyatakan dia sebagai buronan dan memasukkannya ke dalam daftar buronan interpol, tapi kenapa tidak mau memanggil juga Adang, minimal untuk diminta keterangannya karena tidak mau mengungkapkan keberadaan istrinya itu? Bukankah menyembunyikan, atau tidak mau memberitahu keberadaan seorang buronan juga adalah suatu tindak pidana tersendiri?

Kembali ke masalah paspor. Apakah faktor paspor palsu merupakan satu-satunya kemungkinan, meskipun paspornya sudah dicabut Nunun masih tetap bisa bebas berkeliaran tanpa bisa terlacak secara tepat?

Saya kemudian berpikir, bisa jadi ada kemungkinan lain yang membuat Nunun seolah-olah hilang ditelan bumi. Demikian juga dengan status Nazaruddin yang mengarah ke posisi yang sama dengan Nunun.

Tanpa sadar kita sebenarnya telah masuk ke dalam perangkap skenario ciptaan para politikus dan pejabat negara hitam yang mengarah fokus kita kepada keberadaan Nunun dan Nazaruddin di luar negeri.

Dengan fokus yang berhasil dibentuk itu, mulai dari masyarakat awam sampai dengan para pakar, dan institusi penegak hukum yang di luar lingkaran konspirasi tersebut selalu menganalisa dan memberi komentar dan opininya berdasarkan keberadaan dua buronan ini di Singapore, atau negara lain. Alhasil semua orang pun menganggap mereka memang sulit sekali dilacak karena berada di negara asing yang tidak punya perjanjian ekstradisi dengan Indonesia.

Padahal sesungguhnya dua buronan kakap ini sejak awal tidak berada di luar negeri, melainkan di dalam negeri. Di Indonesia!

Keberhasilan para konspirator politik itu yang merasa terancam kalau sampai dua buronan ini benar-benar ditangkap dan ditahan KPK (dan Polisi) karena menyimpan banyak rahasia busuk mereka, membuat kita seperti mencari suatu benda di seberang sana, padahal sesungguhnya benda itu berada di samping kita. Maka tidak bakalan ketemu.

Indikasi perkiraan ini ada.

Dalam kasus Nazaruddin, banyak terjadi kejanggalan. Seperti tidak ada saksi mata yang melihat dia benar-benar naik pesawat ke Singapore. Sedangkan sejumlah petinggi Demokrat, termasuk tim khusus yang dibentuk ke Singapore, mengaku telah bertemu dengan Nazaruddin, tetapi semua pengakuan itu tidak ada buktinya sama sekali. Apakah benar ada pertemuan-pertemuan tersebut, ataukah hanya fiksi.

Apalagi kemudian muncul pernyataan yang saling bertentangan dari mereka. Semula bilang bertemu dua kali di sebuah tempat yang dirahasiakan (ini juga merupakan satu kejanggalan tersendiri, kenapa dirahasiakan?), tetapi kemudian bilang tidak pernah ketemu, hanya komunikasi satu arah saja, seperti yang dinyatakan oleh Sutan Bhatoegana pada 14 Juni lalu.

Kenapa bilang telah bertemu dengan Nazaruddin di Singapore, tetapi merahasiakan lokasi dan waktunya? Karena mereka khawatir, apabila itu disebutkan, orang bisa melakukan cek-silang, apakah benar pada waktu itu ada orang lain yang kebetulan berada di sana melihat mereka. Karena sesungguhnya memang pertemuan itu tidak pernah ada. Pernyataan itu hanyalah merupakan bagian dari trik untuk membentuk pemikiran publik bahwa Nazaruddin memang berada di Singapore.

*

Indikasi lain adalah bukti manifes penumpang pesawat Garuda yang dikatakan digunakan oleh Nazaruddin terbang ke Singapore pada tanggal 23 Mei 2011. Kenapa tidak ada upaya sama sekali untuk mencari bukti bahwa benar Nazaruddin telah ke Singapore dengan pesawat Garuda tersebut?

Wartawan pernah menanyakan tentang manifes tersebut kepada pihak Garuda, tetapi mendapat jawaban dari pihak Garuda bahwa untuk pengecekan tersebut tidaklah gampang.

Pada waktu itu, Mei 2011, beberapa hari setelah kabar Nazaruddin sudah ke Singapore, Senior Manager Public Relation PT Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengatakan kepada wartawan bahwa belum bisa memastikan keberadaan Nazaruddin dalam manifes penerbangan Senin, 23 Mei 2011 pukul 19.30 WIB, rute Jakarta-Singapore, yaitu jadwal penerbangan yang dikatakan pihak Demokrat digunakan Nazaruddin ke Singapore (Jawa Pos, 28 Mei 2011).

Alasannya adalah bahwa karena data manifes penumpang yang tersimpan dalam revervasi hanya bertahan 2 x 24 jam. “Kalau lewat itu, data otomatis dihapus, biar nggak penuh diserver,” katanya waktu itu.

Meski begitu, Iksan menjelaskan bahwa masih ada data cadangan yang bisa diselidiki untuk mencari tahu apakah Nazaruddin benar-benar telah terbang ke Singapura. Data tersebut bisa didapatkan melalui bagian inventori. Sayang, bagian inventori hanya ada ketika jam kerja. Selain itu, nama penumpang harus dicari satu per satu. ”Kita mesti cek dulu satu-satu ada tidaknya nama Nazaruddin di inventori. Ada petugasnya sendiri pas jam kerja,” tambah dia.

Kesimpulan dari pernyataan Ikhsan ini adalah memang sulit untuk mencari data tersebut. Apalagi sekarang, sudah lebih dari sebulan. Semua data itu sudah terhapus dari server.

Tapi apakah memang benar demikian? Apakah memang sulit mencari nama penumpang di manifest sebuah penerbangan, apalagi semakin lama berselang?

Mengkaji dari kasus yang sama sebelumnya, ternyata untuk menelusuri nama penumpang di manifes tersebut tidaklah sulit. Apalagi kalau waktunya masih belum lama.

Dalam kasus Nazaruddin, Ikhsan mengatakan hal itu sulit dilakukan. Padahal waktu itu baru sekitar 3 hari Nazaruddin dikabarkan sudah terbang ke Singapore dengan pesawat Garuda.

Jadi, apakah pernyataan pihak Garuda ini juga merupakan bagian dari upaya penghilangan bukti bahwa sebenarnya Nazaruddin tidak ke mana-mana pada waktu itu?

Kasus yang sama sebelumnya yang saya maksudkan adalkah dalam kasus pembuktian Gayus Tambunan ke Bali, padahal dia dalam staus tahanan pada November 2010 lalu.

Terbukti penelusuran nama penumpang di manifes penerbangan tidaklah sulit.

Dalam pernyataannya, pihak maskapai penerbangan Lion Air, Mandala Air, dan Indonesia Air Asia, mengatakan setelah diteliti di manifes penumpang penerbangan mereka masing-masing, tidak ditemukan ada nama Gayus Tambunan, yang terbang pada hari Kamis, 4 November 2010 hingga Sabtu, 6 November 2010.

Pernyataan itu mereka keluarkan pada tanggal 15 dan 16 November 2010, atau 11 sampai 12 hari dari perkiraan waktu Gayus ke Bali, waktu itu (Kompas.com, 16 November 2010).

Dalam perkembangan kemudian, pihak Lion Air menemukan di manifes ada nama istri Gayus, Milana, dalam penerbangan dari Jakarta ke Bali. Dari situ kemudian ditemukan juga nama Sony Laksono, yang kemudian diketahui adalah nama samaran dari Gayus Tambunan. Jadi, terbukti benar Gayus dan istrinya telah menggunakan Pesawat Lion Air terbang dari Jakarta ke Bali pada Kamis, 4 November 2010, pukul 13.05 WIB, dengan Boeing 737-400 ER nomor penerbangan JT 012, dan kembali ke Jakarta pada Sabtu, 16 November 2010, dengan nomor penerbangan JT 027, pukul 20.20 WITA (TribunNews.com, 18 November 2010).

*

Dalam kasus yang mengungkapkan keberangkatan Gayus Tambunan ke Macau pada 24 November 2010, juga membuktikan bahwa ternyata untuk mencari nama penumpang di manifes penerbangan sebuah maskapai penerbangan tidaklah sulit. Meskipun telah lewat sampai beberapa bulan. Bahkan semua temuan itu bisa dibuat sedemikian rincinya.

Dari pencarian nama di manifes penerbangannya, pihak Mandala Air berhasil menemukan nama Sony Laksono (nama samaran Gayus) yang terbang ke Macau pada 24 September 2010, dengan nomor penerbangan RI-870, pukul 20.00 WIB. Padahal pencarian di manifes tersebut baru dilakukan pada awal Januari 2011, sekitar 3 bulan kemudian (Vivanews.com, 5 Januari 2011).

Pada kasus Gayus yang pelesiran ke Singapore pun, ternyata terbukti tidak sulit menemukan nama penumpang pesawat terbang di manifes.

Bahkan pada kasus yang terungkap berkat sebuah surat pembaca di Kompas itu, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum begitu pro-aktif menemukan bukti bahwa benar diam-diam Gayus ke Singapore padahal berada dalam status tahanan.

Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Denny Indrayana, waktu itu, 5 Januari 2011, memberi keterangan pers bahwa pihaknya telah secara resmi meminta dan menerima manifes resmi penerbangan dari Air Asia bahwa memang benar ada nama Sony Laksono, yang terbang pada tanggal 30 September 2010 ke Singapore. (Media Indonesia.com, 5 Januari 2011).

*

Rangkaian bukti dari kasus Gayus Tambunan tersebut di atas menyatakan bahwa mencari nama penumpang di manifes penerbangan adalah tidak sesulit seperti yang dinyatakan oleh Senior Manager Public Relation PT Garuda Indonesia Ikhsan Rosan. Bahkan meragukan pula pernyataannnya bahwa setelah lewat dua hari data manifes tersebut terhapus dari data di server komputer.

Dari sini, sepatutnya kita bertanya, kenapa tidak ada upaya apapun untuk membuktikan bahwa benar Nazaruddin, dan juga Nunun Nurbaeti telah bertolak dari Indonesia ke luar negeri?

Bahkan kemudian ada kesan seperti hendak menanam dalam pikiran kita bahwa sulit untuk mengecek ulang nama penumpang pesawat dalam sebuah manifes, apalagi setelah sedemikian lamanya.

Rekam medik Nazaruddin sebagai bukti kebenaran alasan dia diizinkan ke Singapore, dan kebenaran pernyataan kesaksian para petinggi Demokrat bahwa Nazaruddin benar menderita sakit serius, sama sekali tidak bisa dihadirkan.

Bukti bahwa Nazaruddin saat ini tinggal di Singapore pun sebenarnya merupakan misteri, karena pihak Demokrat tidak bisa membuktikannya. Mereka malah mengaburkannya dengan mengatakan bahwa mereka sendiri tidak tahu di mana Nazaruddin tinggal di sana.

Demikian juga dengan bukti bahwa memang benar Nazaruddin telah terbang dari Jakarta ke Singapore pada tanggal 23 Mei 2011, pukul 19.30 WIB dengan pesawat Garuda, tidak ada buktinya. Satu-satunya bukti adalah mencarinya di manifes penerbangan Garuda. Tetapi kenapa, itu tidak dilakukan?

Maka inidikasi bahwa jangan-jangan sebenarnya Nazaruddin itu tidak ke Singapore, melainkan masih berada di Indonesia, atau dia memang ke sana, tetapi bukan pada tanggal 23 Mei 2011, tetapi jauh setelah itu, bisa saja benar.

Demikian juga halnya dengan keberadaan Nunun Nurbaeti. keduanya bisa jadi dari awal tidak pernah ke mana-mana. Mereka berdua ada di Indonesia. Karena di sinilah justru lebih aman, karena dilindungi langsung oleh para konspirator tingkat tinggi. Mereka dua bisa jadi sudah melakukan operasi plastik, dan semua upaya penghilangan identitas aslinya. ***

02 July 2011 | 11:24
Kompas
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Kalau hukum sudah dicampur dengan politik memang bakal susah dimengerti.
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Katanya
Ada juga aliran uang untuk Jenderal Polisi.
Kok mbulet
Makin ruwet
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

semua hanya omong2
polsi omong2
media omong2
KPK omong2
politisi omong2
rakyat omong2
presiden omong2

omong2 tentang nazaruddin
sementara nazaruddin entah dimana :)
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

minta Uya kuya hipnotis pengacara den Nazar, tanyain dmana tuh dia berada :)
 
Re: Kasus-Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Wawancara dengan Metro TV
Nazaruddin Kembali Muncul, Apa Katanya?
Inggried | Selasa, 19 Juli 2011 | 17:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M Nazaruddin kembali berbicara di media dalam wawancaranya dengan Metro TV, Selasa (19/7/2011) petang. Nazaruddin, dalam sejumlah pernyataannya, menunjukkan bahwa ia masih berada di luar negeri. Ia mengajukan sejumlah syarat untuk kembali ke Tanah Air. Salah satunya, jika ada bukti yang menunjukkan bahwa ia menerima aliran dana "haram".

"Kalau ada bukti bahwa ada aliran uang ke saya, saya akan kembali ke Indonesia," kata Nazaruddin dalam wawancara tersebut.

Hal lainnya, seperti pernah diungkapkan kepada sejumlah media, Nazaruddin kembali menguak adanya permainan dalam sejumlah proyek di pemerintahan oleh para elite Demokrat. Ia banyak mengungkap aliran uang kepada Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Puluhan miliar, kata Nazaruddin, digelontorkan untuk pemenangan Anas.

"Dari proyek Ambalat, untuk pemenangan Anas Rp 50 miliar. Dibawa dengan mobil boks yang dibawa Ibu Yuliani. Dan, Ibu Yuliani sekarang dilindungi Anas," papar anggota Komisi VII DPR itu.

Selain itu, kata Nazaruddin, ada pula uang sebesar Rp 35 miliar yang digunakan untuk pemenangan Anas. "Semua tahu, uangnya dari proyek mana, dari siapa ngambil-nya," ujar Nazaruddin.

Sejak meninggalkan Tanah Air pada 23 Mei 2011, Nazaruddin kerap memberikan kejutan melalui pernyataan-pernyataannya yang diungkapkan melalui pesan BlackBerry Messenger kepada sejumlah wartawan. Kini, ia telah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek wisma atlet SEA Games. Statusnya sebagai kader Demokrat juga telah resmi lepas setelah ia mendapatkan peringatan ketiga dan dipecat dari partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.


Kompas


-dipi-
 
Re: Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

makin kencang saja nyanyian nazarudin

teruskan nyanyian mu udin sedunia

rakyat menunggu nyanyian selanjut nya
 
Re: Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

kasihan pak sby yang selalu jadi tameng pertahanan para anggota partai demokrat yang bermasalah

bukan salah pak sby tapi salah kader kader nya yang korup dan bermasalah

seperti ruhut koar koar kesana kemari dan sok suci tahu nya selingkuh sama wanita yang uda punya anak

istri nya di telantarkan ngak di kasih nafkah

andi nurpati terkasus pemalsuan surat suara pemilu

nazarudin terkasus sesmenpora di palembang

masih banyak lagi kader kader partai demokrat yang bermasalah

salah siapa ini ? salah siapa lagi ini? tapi bukan salah pak sby kan?

atau mereka mereka mencari ketenaran dari pak sby

adowwwwwww adowwwwwwwwwwww adowwwwwwwwwwwww
 
Last edited:
Re: Kasus Kader Partai Demokrat M. Nazarrudin

Inilah Rekaman Nyanyian Nazaruddin di Metro TV Yang Buat Resah Elit Demokrat

Selasa ini mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin muncul dalam wawancara langsung dengan Metro TV secara live melalui sambungan telepon sekitar pukul 17.00 WIB. Nazaruddin diawal wawancara mengatakan berada di tempat aman dari rekayasa politik.

nazaruddin.jpg

Nazaruddin mengungkapkan permainan uang yang sangat kental dalam Kongres Partai Demokrat tahun 2010 lalu dengan terpilihnya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mengetahui permainan uang dalam Kongres Partai Demokrat.

“Permainan uang itu tahu. Karena ada salah satu yang kalah tahu, untuk bukti-bukti kemudian Anas mengakomodir yang lain,” terang Nazaruddin kepada Metro TV, Selasa (19/7).

Anas itu menang dari uang 20 juta dollar AS. Itu uangnya dari mana? Uangnya dari APBN. Uangnya dari proyek Ambalat.

Nazaruddin mengatakan, Proyek Ambalat sebesar Rp 1,2 triliun itu sudah direkayasanya. Yang menguasai uangnya itu namanya Mahfud dan uang itu lalu dibagikan cash dan tidak perorangan. Nazaruddin juga mengatakan, Proyek Ambalat itu namanya Mahfud yang tahu.

“Saya hanya menerima Rp 50 miliar, dan dihabiskan dalam kongres. Saya ini bawahannya Anas,” tegasnya.

Nazaruddin pun berkata, “ saya maunya cuma satu, keluarga saya ini dizolimi. Kalau bisa dibuktikan ada satu rupiah uang masuk ke uang saya. Saya akan pulang,” ungkapnya. “Saya mau bilang, waktu kongres semua biaya pemenangan Anas itu uangnya dari APBN. Dari proyek ambalat saya itu 50 miliar. Mahfud yang bawa itu dibawa ke Yuliani.”

Nazaruddin pun berkata, “KPK ambil cctv advont. Saya tidak mau ngomong katanya. Saya punya catatan dan uangnya itu uang Anas. Saya yang mendistribusikan dari uang Anas. Itu Anas tahu semua uangnya dari proyek mana.

Ketika ditanya kepada Nazaruddin uangnya dari manamenurut anda siapa otak besarnya?

Nazaruddin menjawab memang Anas orangnya. Nazaruddin mengaku mempunyai fakta dan tidak mau berbicara di luar fakta.

“Memang Anas orangnya. Saya cerita fakta. Saya tidak mau bicara diluar fakta,” tandasnya.

Mengenai KPK?

Dikatakan Nazaruddin, “yang ditanyakan ke saya apakah KPK sudah berani periksa ke depan. Saya rasa tidak berani, karena sudah ada deal-deal politik antara Anas dengan Chandra. Chandra dan Ari Raharja supaya tidak mau memeriksa Angie, Anas dan Koster”.

“Dealnya Anas tidak boleh dipanggil, Angie tak akan dipanggil. Nanti Adi Raharja akan menjadi pimpinan

Karena sudah ada bukti Anas untuk jadi tersangka,” ujarnya.

Dijelaskannya, Anas menjadi pengendali pengendali PT. Raharja.

Ketika ditanya Anda dendam kepada Anas?

Nazaruddin menjawab, “saya ingin membukti fakta, saya dan keluarga jadi terzholimi. Saya kasihan dengan keluarga saya. KPK harus membuktikan kalau ada satu rupiah saja. KPK dapat membuktikannya”.

Apakah Anda ke luar negeri anda diperintahkan Anas Urbaningrum?

Emang iya.. ada Anas, Saan Mustafa, dan sepupu saya Nasir. Ente, Anas berkata, “ente ke singapura selama tiga tahun. Setelah ganti kekuasaan ente balik”.

“Itu perintah pribadi Anas Urbaningrum,” ujarnya.

Waktu itu apakah KPK akan mencekal anda?

Saya tidak tahu. Saya rasa Pak SBY tidak tahu mengenai kepergian saya. Saya tidak bilang.

Ada penggulingan SBY oleh Anas dalam sms Anda?

Saya tidak bilang begitu. Saya hanya bilang Partai Demokrat harus bersihkan orang-orang tertentu.

Apakah Anda sudah mundur?

Saya sudah mundur dari Partai Demokrat. Saya sudah mundur dari anggota DPR.

Apakah Anda akan ke luar negeri?

Saya janji kepada KPK…… Tak lama kemudian telepon live Nazaruddin terputus..

sumber
 
Back
Top