Sistem pendidikan Home-Schooling jauh lebih efektif daripada Public School.

Kelompok anda masuk ke dalam tim


  • Total voters
    20
  • Poll closed .
Status
Not open for further replies.
Lha klo sudah ada kesepakatan antara anak dan orang tua yg saling stuju, dan anak merasa mampu knapa tidak?

Inget sistem itu alat bukan tujuan jd bisa dipake atau tidak..misal apa ada peraturan cara sampai dari Jakarta ke kebandung? Bisa saja toh kita naik mobil pribadi/angkutan umum/jalan kaki ato yg lain, yg penting tujuan ke bandung tercapai..sama halnya dg HS yg terpenting output anak menguasai skill/keahlian yang disukai dan diinginkan, toh mau pake metode/sistem/kurikulum apa saja itu gak masalah.

Satu hal nih yang aden lupakan, bahwa dalam sebuah proses pendidikan itu bukan hanya hasil (output) yang di kejar atau di harapkan, tetapi hakikatnya adalah dalam pendidikan itu juga dikembangkan sebuah proses pembelajaran yang berlangsung sesuai tingkatan kemampuan individu dan saat proses tersebut berlangsung diharapkan terjadi proses pembelajaran yang lain selain materi pelajaran yang sebenarnya. Misalnya dalam proses pembelajaran Sosiologi, bukan hanya individu diharapkan mengetahui dan memahami apa Sosiologi itu tetapi dalam proses pembelajaran Sosiologi itu juga ada proses pembelajaran yang lain, misalnya dalam berdiskusi tentang materi tersebut anak di didik untuk bisa menerima pendapat orang lain juga belajar moral dan etika dalam menyanggah pendapat teman yang lain...
seperti contoh yang aden sampaikan di atas, menurut saya cenderung mengarah pada hasil akhir.... dan ini bukanlah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Nah back to topic, apakah seperti ini HS lebih efektif???


di postingan atas sudah saya jelaskan bahwa peserta HS tidak harus/perlu ikut ujian kesetaraan kalau mereka tidak niat untuk melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi.
HS kan fleksibel bisa pake kurikulum apa saja…klo memang dari awal niat melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi ya tinggal ambil kurikulum diknas ( standar nasional). Lha trus apa bedanya dg PS? Beda la waktu belajar tidak di patok seperti di PS….anak jg tidak perlu mengambil mapel yg mungkin dianggap tidak begitu dibutuhkan (mulok dll)…misalkan HS tingkat SMP, anak bisa saja hanya mengambil mapel yg nanti di ujikan seperti unas ( mtk, indo,ingris,ipa) dan mapel yg menjadi minat anak tsb.


Perlu dingat Home Schooling (HS) itu dijelaskan sebelumnya adalah sebuah proses sekolah yang berlangsung di rumah, Nah.. yang namanya Sekolah tentu harus menggunakan kurikulum sebagai panduan dalam proses pendidikannya dan biasanya di akhiri dengan Ujian Akhir. Hasil dari Ujian Akhir ini maka diterbitkanlah Surat Tanda Tamat Belajar yang sekarang lebih dikenal dengan istilah IJAZAH sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan proses pendidikan pada satu tingkat/jenjang pendidikan.
Kalau aden katakan HS tidak harus/perlu ikut ujian kesetaraan... sudah barang tentu tidak akan mendapatkan Ijazah. Kalau sudah seperti ini masalahnya terus tujuan HS memangnya kemana???
Kalau arahnya sekedar meningkatkan kemampuan siswa saja, tanpa home scholing orang bisa belajar khan.......
 
Last edited by a moderator:
@bos miki..
ooh.. itu berarti interpretasi bos atas tulisan saya ya kan..??
saya toh tidak pernah menyatakan kursus = HS

xixixi

gini ya bos miki...
pertanyaan saya tentang kursus itu bos.. untuk mencoba memberikan batasan yang jelas tentang apa yang akan kita bahas..
bahwa pembahasan kita nanti.. tidak boleh merancukan antara home schooling dengan kegiatan pembelajaran diluar sekolah (yang bisa diwakili oleh kursus kursus)
sebab saya memiliki kekhawatiran nantinya yang anda bahas adalah keunggulan keunggulan home schooling.. (dan sama sekali bukan tentang mengapa home schooling bisa jauh lebih effektif)

sebab jika kita menunjukkan keunggulan keunggulan home schooling yang hanya berupa kemampuan untuk lebih fokus dalam mengakomodir minat anak didik mah menurut saya sangat bisa di gantikan perannya oleh kursus kursus yang banyak diambil oleh peserta didik kan..?? dan kursus.. sama sekali bukan home schooling..
begitu maksud saya..
so.. interpretasi anda tentang saya mengatakan bahwa kursus = home schooling.. adalah salah besar toh..??

 

sangat banyak keefektifan home-schooling d bandingkan dengan public-school d antaranya adalah soal WAKTU. Pada public school sangat terikat waktu, pk. 06. 30 WIB sudah masuk jam pertama belajar. Ini memberatkan peserta didik yang menggunakan angkutan umum. Mereka setidaknya pk. 05. 00 WIB harus bangun menyiapkan perlengkapan sekolah, mandi, sarapan, lantas menunggu angkutan umum, dll. Demikian setelah pulang sekolah pk. 13. 30 WIB, memungkinkan sampai rumah pk. 15. 00 atau lebih. dalam kelelahan mereka ini harus mengerjakan PR utk esok harinya.

Sedangkan home-schooling dapat mengatur waktu kapan mereka melaksanakan proses belajar mengajar

:D
mmhh... kalo ini..
sorry saya agak miss nih di postingan ini..
sebab.. kok saya melihatnya ini bukan berbicara tentang efektifitas ya..??

mmhh.. kalo bicara tentang flexibilitas dari home schooling saya akan sangat menyetujui postingan ini..
tapi...kalau kita bicara tentang efektifitas.. asli darkgrey puyeng..
 
saya ndak ngerti maksud bos darkgrey tentang public school, kursus dll itu.. yang saya rasa pertanyaannya berputar2 dan (sangat) terkesan ingin menyesatkan kami..

setahu saya, pendidikan yang didapat seseorang itu ada 3
1. Pendidikan Formal, melalui sekolah
2. Pendidikan Informal, pendidikan dalam keluarga, dalam hal ini termasuk homeschooling.
3. Pendidikan Non Formal, kursus, organisasi kepemudaan dll.
 
Satu hal nih yang aden lupakan, bahwa dalam sebuah proses pendidikan itu bukan hanya hasil (output) yang di kejar atau di harapkan, tetapi hakikatnya adalah dalam pendidikan itu juga dikembangkan sebuah proses pembelajaran yang berlangsung sesuai tingkatan kemampuan individu dan saat proses tersebut berlangsung diharapkan terjadi proses pembelajaran yang lain selain materi pelajaran yang sebenarnya. Misalnya dalam proses pembelajaran Sosiologi, bukan hanya individu diharapkan mengetahui dan memahami apa Sosiologi itu tetapi dalam proses pembelajaran Sosiologi itu juga ada proses pembelajaran yang lain, misalnya dalam berdiskusi tentang materi tersebut anak di didik untuk bisa menerima pendapat orang lain juga belajar moral dan etika dalam menyanggah pendapat teman yang lain...
seperti contoh yang aden sampaikan di atas, menurut saya cenderung mengarah pada hasil akhir.... dan ini bukanlah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Nah back to topic, apakah seperti ini HS lebih efektif???

jelas yg dikejar utama dlm pendidikan adalah IQ (kecerdasan/skil)...untuk EQ dan SQ itu opsi kedua (di HS jg dapet hal ini. jika dirasa kurang, dari keluarga dan lingkungan sekitar dirasa sudah cukup)..sekarang coba tanyakan pd masyarakat umum...knp anda sekolah??pasti kebanyakan yg jawab "biar pinter biar bisa jd dokter biar bisa bla bla bla.....(IQ)". lha memang kenyatannya pendidikan melihat dari hasil akhir/output. siswa belajar sampai 9 thn ditentukan kelulusannya hanya dg ujian nasional (IQ), knapa lulus tidak ditentukan dg ujian test perilaku/moral/etika,bersosialisasi/bergaul/berpendapat?

jelas dilihat dari output yg ingin dicapai proses pembelajaran HS lebih efektif


Perlu dingat Home Schooling (HS) itu dijelaskan sebelumnya adalah sebuah proses sekolah yang berlangsung di rumah, Nah.. yang namanya Sekolah tentu harus menggunakan kurikulum sebagai panduan dalam proses pendidikannya dan biasanya di akhiri dengan Ujian Akhir. Hasil dari Ujian Akhir ini maka diterbitkanlah Surat Tanda Tamat Belajar yang sekarang lebih dikenal dengan istilah IJAZAH sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan proses pendidikan pada satu tingkat/jenjang pendidikan.
Kalau aden katakan HS tidak harus/perlu ikut ujian kesetaraan... sudah barang tentu tidak akan mendapatkan Ijazah. Kalau sudah seperti ini masalahnya terus tujuan HS memangnya kemana???

udah jelas dipostingan "tidak harus/perlu" itu artinya opsi.
untuk mengejar kurikulum, ijazah, jelas HS lebih efektif dg proses pembelajaran yg fokus dan tak terikat waktu.
contohnya saja kita belajar materi persamaan linier, dg waktu 30 menit kita sudah mengerti/faham,
di HS kita bisa mengganti materi selanjutnya atau selesai. nah kalau di PS(faham atau tidak)proses belajar akan diakhiri kalau waktu yg ditentukan sudah habis. (tidak efektif)

Kalau arahnya sekedar meningkatkan kemampuan siswa saja, tanpa home scholing orang bisa belajar khan.......
ini jg bisa saya balik...tanpa public school orang bisa belajar khan.......
 
dalam pengamatan team Akreditasi Sekolah baik tingkat DIKDASMEN maupun DIKMENTI tahun ini, membuktikan jika silabus 2003 maupun silabus 2006 yang d terapkan d sekolah umum tak menjawab kebutuhan kurikulum yang d perlukan. Hanya beberapa daerah yang mampu melaksanakannya semisal DKI Jakarta dan kota2 besar lainnya. Perangkat penunjang yang termaktub pada RPP guru yang tentu mengacu pada silabus itu tak tersedia untuk "materi ajar" seperti ketersediaan perangkat multi media. Sehingga sekolah umum yang ada d daerah yang tak terjangkau jaringan internet atau tak terjangkau listrik terpaksa d bantu oleh guru untuk mendongkrak nilai raport Ujian Akhir Sekolah [UAS] demi mengantisipasi nilai yang sudah pasti anjlok jika melakukan UN nantinya. Sebab jika nilai UAS tak d dongkrak besar kemungkinan peserta didik akan gagal lulus dan mendapatkan ijazah. Ketetapan kelulusan peserta didik mengacu pada Nilai UAS + Nilai UN. Sedangkan mana soal2 UN yang d berikan pada daerah2 tak terjangkau internet atau tak terjangkau listrik sama dengan soal2 yg d berikan pada sekolah2 umum yang ada d perkotaan. Maka tak heran jika kita menyaksikan d daerah yang d maksudkan ada pengawas ruang UN yang membiarkan peserta didik nyontek berjamaah saat pelaksanaan UN

Banyak aspek yang harus kita nilai. Jumlah siswa PS sekarang berkisar 21 juta (data GN OTA). Dan juga Departemen Pendidikan telah mengeluarkan bantuan multi media dan jaringan internet gratis pada sekolah2 yang di sebut program JARDIKNAS sejak thn lalu. Tentu jika masih ada sekolah di daerah2 yang blm mendapatkan bantuan tersebut bukan berarti kesalahan terletak pada dinas pendidikan nasional. Banyak faktor yang menjadi kendala, misalnya pihak PLN yang belum menyediakan aliran listrik utk daerah yang yang dimaksudkan.

Public School (PS) jauh lebih terorganisir dan efektif dibandingkan dengan Home-Schooling (HS)
 


ini jg bisa saya balik...tanpa public school orang bisa belajar khan.......



ini pernyataan tak elok
memang, tanpa PS tiap orang bisa belajar

namun tanpa PS maka pendidikan nasional akan menjadi liar. Masing2 dari HS akan membuat kurikulum sendiri yang dapat menyesatkan. Misalnya: seorang pemodal asing yang pro kemerdekaan papua mendirikan HS, tentu kurikulum yang akan diberikan pada pelajar HS adalah yang mengagungkan kebebasan bernegara dan akan mengesampingkan pendidikan yang berorientasi kebangsaan (PKN, Seni Budaya, dll)
 

Banyak aspek yang harus kita nilai. Jumlah siswa PS sekarang berkisar 21 juta (data GN OTA). Dan juga Departemen Pendidikan telah mengeluarkan bantuan multi media dan jaringan internet gratis pada sekolah2 yang di sebut program JARDIKNAS sejak thn lalu. Tentu jika masih ada sekolah di daerah2 yang blm mendapatkan bantuan tersebut bukan berarti kesalahan terletak pada dinas pendidikan nasional. Banyak faktor yang menjadi kendala, misalnya pihak PLN yang belum menyediakan aliran listrik utk daerah yang yang dimaksudkan.

Public School (PS) jauh lebih terorganisir dan efektif dibandingkan dengan Home-Schooling (HS)

saya tak melihat PS efektif atau lebih efektif ketimbang HS....apa dg jmlh siswa yg banyak itu efektif? atau bantuan multi media dan internet (yg jg blom menyeluruh)? apa ini yg anda bilang efektif?
 
saya tak melihat PS efektif atau lebih efektif ketimbang HS....apa dg jmlh siswa yg banyak itu efektif? atau bantuan multi media dan internet (yg jg blom menyeluruh)? apa ini yg anda bilang efektif?

dengan terorganisasinya sistem pendidikan menyebabkannya dia efektif daripada liar keberadaannya dan tak jelas kurikulumnya semacam HS ini. Dan saya belum melihat data bahwa HS telah menghasilkan tenaga ahli tanpa mengenyam pendidikan PS
 
dengan terorganisasinya sistem pendidikan menyebabkannya dia efektif daripada liar keberadaannya dan tak jelas kurikulumnya semacam HS ini.

liar dan tak jelas kurikulumnya,maksudnya gimana?
HS legal dimata hukum indonesia..kurikulum jg bisa menyesuaikan, bisa memakai kurikulum diknas maupun kurikulum adaptasi internasional.

Dan saya belum melihat data bahwa HS telah menghasilkan tenaga ahli tanpa mengenyam pendidikan PS

sama aja kek gini, saya belom melihat data bahwa orang punya hp dual sim tanpa sebelumnya punya hp single sim..**

tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa mengenyam pendidikan PS Misalnya Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, serta tokoh dalam negeri seperti K.H. Agus Salim dan Ki Hajar Dewantara.

knapa masih sedikit tenaga ahli yg dihasilkan? lha karena HS memang lebih baru daripada PS, HS di indonesia baru ada sekitar thn 1990-an.

menurut saya postingan anda belom mengenai akar topik
;)
 
liar dan tak jelas kurikulumnya,maksudnya gimana?
HS legal dimata hukum indonesia..kurikulum jg bisa menyesuaikan, bisa memakai kurikulum diknas maupun kurikulum adaptasi internasional.

HS memang legal sama halnya dgn lembaga kursus lainnya jika mengurus izinnya jadi legal.
PS memiliki acuan yang jelas, yaitu kurikulum pendidikan yang terstruktur. Sedangkan HS itu tak jelas kurikulumnya. Tak ada acuan pembelajaran yang baku. Suka2 pemilik HS.






tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa mengenyam pendidikan PS Misalnya Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, serta tokoh dalam negeri seperti K.H. Agus Salim dan Ki Hajar Dewantara.

mereka diatas itu tak bisa diklaim bahwa mereka hanya belajar di HS.
Benyamin Franklin, Dia menghabiskan dua tahun di Sekolah Latin Boston sebelum keluar pada usia sepuluh tahun dan bekerja untuk ayahnya.
Thomas Alfa Edison, mendapat terlambat sekolahnya, dan, sebagai akibatnya, pikirannya sering berkeliaran, membuat salah seorang guru untuk memanggil dia “kacau.” Ia drop out.
K.H. Agus Salim, Pendidikan ELS dan HBS
Ki Hajar Dewantara, Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera)


menurut saya postingan anda belom mengenai akar topik ;)

topik yang kita perdebatkan adalah: Sistem pendidikan Home-Schooling jauh lebih efektif daripada Public School.
dan PS tentu lebih efektif daripada HS sesuai paparan saya sebelumnya
 
apakah ada yang lupa..?
yaah sekedar mengingatkan saja

kalau sebenarnya Sudah lama Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) giat melakukan sosialisasi sekaligus pelaksanaan sekolah rumah (Homeschooling ) dimana layanan pendidikan ini dilakukan oleh orang tua atau keluarga sebagai pendidik utamanya.

Homeschooling dalam UU Sisdiknas, tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 dalam Pasal 27 ayat (1) yaitu kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan secara mandiri. Serta pada ayat (2) yaitu hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hokum Homeschooling dilindungi oleh Undang-Undang.

jangan salah sangka juga, anak-anak didik yangmengikuti Home schooling banyak lho yang bisa melanjutkan kuliah sampai luar negeri...

dan mengenai PS, Sering kita tahu bahwa seringnya pergantian kurikulum tanpa memperhatikan visi baik content maupun format penerapan dilapangan. Akibatnya guru kesulitan menginterpretasikan dan mengimplementasikan program kurikulum yang di buat oleh pemerintah, akhirnya siswalah yang menjadi terbelenggu untuk menerima konsep dan program pendidikan tersebut.
Ini sangat kurang efektif untuk pemahaman anak-anak didik dalam belajar dan mengerti apa yang harus mereka mengerti. Gabungan beberapa Homeschooling majemuk bisa menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok dan jadwal pelajaran.

Homeschooling menjadi pilihan alternative ketika masyarakat mulai menyadari bahwa pola pendidikan formal di Indonesia belum menyentuh substansi kebutuhan riel tantangan dalam era globalisasi yang harus menyiapkan kompetensi yang relevan dan obyektif terhadap kebutuhan skiil dalam beraktivitas (bekerja atau berwirausaha), apalagi dengan fakta bahwa pergaulan bebas dan narkoba sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda Indonesia.
 
Last edited:
saya ndak ngerti maksud bos darkgrey tentang public school, kursus dll itu.. yang saya rasa pertanyaannya berputar2 dan (sangat) terkesan ingin menyesatkan kami..

setahu saya, pendidikan yang didapat seseorang itu ada 3
1. Pendidikan Formal, melalui sekolah
2. Pendidikan Informal, pendidikan dalam keluarga, dalam hal ini termasuk homeschooling.
3. Pendidikan Non Formal, kursus, organisasi kepemudaan dll.


:nyahaha
hilangkan kecurigaan anda cak ketua..
saya justru ingin membatasi. agar bahasannya jangan bolak balik cuma kasih lihat keunggulan home schooling aja.. tapi malah tidak menunjukkan dimana home schooling bisa "jauh lebih effektive"



jelas yg dikejar utama dlm pendidikan adalah IQ (kecerdasan/skil)...untuk EQ dan SQ itu opsi kedua (di HS jg dapet hal ini. jika dirasa kurang, dari keluarga dan lingkungan sekitar dirasa sudah cukup)..sekarang coba tanyakan pd masyarakat umum...knp anda sekolah??pasti kebanyakan yg jawab "biar pinter biar bisa jd dokter biar bisa bla bla bla.....(IQ)". lha memang kenyatannya pendidikan melihat dari hasil akhir/output. siswa belajar sampai 9 thn ditentukan kelulusannya hanya dg ujian nasional (IQ), knapa lulus tidak ditentukan dg ujian test perilaku/moral/etika,bersosialisasi/bergaul/berpendapat?

jelas dilihat dari output yg ingin dicapai proses pembelajaran HS lebih efektif


outputnya adalah.. ?? kecerdasan..?? atau kemampuan untuk lulus dari ujian persamaan..??
dan bagaimana bisa lebih efektifnya..?? karena waktunya flexible..??
saya takut anda membahas hal yang kasuistik disini..



udah jelas dipostingan "tidak harus/perlu" itu artinya opsi.
untuk mengejar kurikulum, ijazah, jelas HS lebih efektif dg proses pembelajaran yg fokus dan tak terikat waktu.
contohnya saja kita belajar materi persamaan linier, dg waktu 30 menit kita sudah mengerti/faham,
di HS kita bisa mengganti materi selanjutnya atau selesai. nah kalau di PS(faham atau tidak)proses belajar akan diakhiri kalau waktu yg ditentukan sudah habis. (tidak efektif)


ini jg bisa saya balik...tanpa public school orang bisa belajar khan.......

ooh.. paham.. paham.. jadi karena dia fokus.. dan waktu nya flexible..
hmm.. so.. korelasinya ke efektifitasnya bagaimana dengan fokus dan flexibilitas tadi..??
sebab contoh yang anda berikan adalah contoh yang sangat optimistis.. bagaimana jika saya balik.. kita belajar.. persamaan linier.. dan dalam waktu 3 semester belum paham paham.. gimana..??


gini ya bos..
kami.. kelompok hijau.. juga sebenarnya setuju kalau dibilang dalam kondisi kondisi tertentu.. HS lebih effektive dari public school.. ini kami sangat setuju..
tapi jika dijadikan topik pembahasan, yang berarti kita harus menggeneralisasi,
kita mau lihat dulu argumen kelompok merah tentang efektivitas hs (generally lho ya). karena kami juga punya argumen argumen yang menolaknya


apakah ada yang lupa..?
yaah sekedar mengingatkan saja

kalau sebenarnya Sudah lama Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) giat melakukan sosialisasi sekaligus pelaksanaan sekolah rumah (Homeschooling ) dimana layanan pendidikan ini dilakukan oleh orang tua atau keluarga sebagai pendidik utamanya.

Homeschooling dalam UU Sisdiknas, tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 dalam Pasal 27 ayat (1) yaitu kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan secara mandiri. Serta pada ayat (2) yaitu hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hokum Homeschooling dilindungi oleh Undang-Undang.

jangan salah sangka juga, anak-anak didik yangmengikuti Home schooling banyak lho yang bisa melanjutkan kuliah sampai luar negeri...

dan mengenai PS, Sering kita tahu bahwa seringnya pergantian kurikulum tanpa memperhatikan visi baik content maupun format penerapan dilapangan. Akibatnya guru kesulitan menginterpretasikan dan mengimplementasikan program kurikulum yang di buat oleh pemerintah, akhirnya siswalah yang menjadi terbelenggu untuk menerima konsep dan program pendidikan tersebut.
Ini sangat kurang efektif untuk pemahaman anak-anak didik dalam belajar dan mengerti apa yang harus mereka mengerti. Gabungan beberapa Homeschooling majemuk bisa menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok dan jadwal pelajaran.

Homeschooling menjadi pilihan alternative ketika masyarakat mulai menyadari bahwa pola pendidikan formal di Indonesia belum menyentuh substansi kebutuhan riel tantangan dalam era globalisasi yang harus menyiapkan kompetensi yang relevan dan obyektif terhadap kebutuhan skiil dalam beraktivitas (bekerja atau berwirausaha), apalagi dengan fakta bahwa pergaulan bebas dan narkoba sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda Indonesia.
nah utk postingan kak princess ini saya sangat setuju.. tapi.. sama sekali tidak menyentuh efektifitas hs yang dikatakan "jauh lebih efektif"
 
nah utk postingan kak princess ini saya sangat setuju.. tapi.. sama sekali tidak menyentuh efektifitas hs yang dikatakan "jauh lebih efektif"




mengapa, yang anda bahas ini ngga jauh-jauh dari kata "tidak menyentuh" ya..?
ngga ada kata lain kah..?
sanggahan lain kah..?

menurutku, HS dengan adanya dukungan pemerintah seperti itu, sangat jauh lebih efektif ketimbang PS, ada banyak hal yang sudah kami sekelompok sebutkan dan itu semua lebih efektif dalam menunjang dan membuat anak-anak didik HS jadi generasi yang lebih terdidik dan memahami banyk hal, walaupun yang kami terangkan kebanyakan lagi-lagi dibilang "tidak menyentuh".

dengan beberapa cara yang berbeda, format yang berbeda, dan pengaplikasian yang berbeda ketimbang PS, anak-anak didik HS tidak tertinggal dengan anak-anak yang bersekolah di PS. Bahkan mereka bisa lebih baik, dan lebih memahami dengan mudah, karena sesuai yang dijabarkan oleh den jape,.. di HS, anak didik dijadikan apa...??? :):)):))(

itulah, HS mendahulukan anak didik lebih dahulu mengerti dan memahami, tanpa adanya pemberian beban dan gojlokan dengan tugas2 yang sebenarnya kurang pas untuk anak didiknya. ;)
 
Last edited:




mengapa, yang anda bahas ini ngga jauh-jauh dari kata "tidak menyentuh" ya..?
ngga ada kata lain kah..?
sanggahan lain kah..?

menurutku, HS dengan adanya dukungan pemerintah seperti itu, sangat jauh lebih efektif ketimbang PS, ada banyak hal yang sudah kami sekelompok sebutkan dan itu semua lebih efektif dalam menunjang dan membuat anak-anak didik HS jadi generasi yang lebih terdidik dan memahami banyk hal, walaupun yang kami terangkan kebanyakan lagi-lagi dibilang "tidak menyentuh".

dengan beberapa cara yang berbeda, format yang berbeda, dan pengaplikasian yang berbeda ketimbang PS, anak-anak didik HS tidak tertinggal dengan anak-anak yang bersekolah di PS. Bahkan mereka bisa lebih baik, dan lebih memahami dengan mudah, karena sesuai yang dijabarkan oleh den jape,.. di HS, anak didik dijadikan apa...??? :):)):))(

itulah, HS mendahulukan anak didik lebih dahulu mengerti dan memahami, tanpa adanya pemberian beban dan gojlokan dengan tugas2 yang sebenarnya kurang pas untuk anak didiknya. ;)

:D
anda pernah nonton harry potter..??
jiahahaha.. malah nanya harry potter..

mmhh.. kalo menurut kak princess or team merah.. sekolah yang model sekolahnya harry potter itu sekolah publik apa home schooling..??

special note : remember.. ini bukan jebakan betmen.. sumpe dah.. ini masih dalam kerangka menentukan batasan dulu.. jangan sampe nanti udah debat jauh jauh ternyata maksud kita tentang public school dan HS nya berbeda..


eh.. eh.. kata kak princess. yang banyak disebutkan oleh team merah..??
yang mana ya..?? yang mengenai flexibilitas waktu..?? yang mengenai fokus..??
ya kan kita tanya korelasinya gimana ke keefektifan.. apa karena flexibel jadi efektif..?? really..?? jelasin korelasinya deh..
apa karena fokus maka otomatis efektif..?? really..?? jelasin koneksinya deh


 
:D
anda pernah nonton harry potter..??
jiahahaha.. malah nanya harry potter..

mmhh.. kalo menurut kak princess or team merah.. sekolah yang model sekolahnya harry potter itu sekolah publik apa home schooling..??

special note : remember.. ini bukan jebakan betmen.. sumpe dah.. ini masih dalam kerangka menentukan batasan dulu.. jangan sampe nanti udah debat jauh jauh ternyata maksud kita tentang public school dan HS nya berbeda..


eh.. eh.. kata kak princess. yang banyak disebutkan oleh team merah..??
yang mana ya..?? yang mengenai flexibilitas waktu..?? yang mengenai fokus..??
ya kan kita tanya korelasinya gimana ke keefektifan.. apa karena flexibel jadi efektif..?? really..?? jelasin korelasinya deh..
apa karena fokus maka otomatis efektif..?? really..?? jelasin koneksinya deh



aku ngga terlalu mengerti film, maaf

menurutku, dengan adanya fleksibilitas, focus belajar, itu menunjang dan sangat membantu ke-efektifan HS,

:)(
:):)):)):))(

bukankah, beljar atau sekolah itu mempunyai maksud, supaya anak didik jadi mengerti apa yang dia pelajari...??
come ooonn....

pernahkah merasakan saat-saat, dan jam jam pelajaran yang aduuhhh sangat tidak mengenakkan, tidak mengasyikkan, bahkan, menyebalkan..??
lalu, jika sudah begitu, apakah yang dia pelajari itu, dia pahami..??
aku pikir, TIDAK SAMA SEKALI. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri,
inget inget kuku,..
 
Last edited:
homeschooling lebih efektif... anak didik lebih mampu menyerap pelajaran yang disampaikan dan teknik mendidiknya pun ndak kaku.


@non Puput
 
bukankah, beljar atau sekolah itu mempunyai maksud, supaya anak didik jadi mengerti apa yang dia pelajari...??
come ooonn....
setuju..
setuju sekali..
yang kami di team hijau belum setuju kan jika dikatakan "jauh lebih efektif di HS"




pernahkah merasakan saat-saat, dan jam jam pelajaran yang aduuhhh sangat tidak mengenakkan, tidak mengasyikkan, bahkan, menyebalkan..??
lalu, jika sudah begitu, apakah yang dia pelajari itu, dia pahami..??
aku pikir, TIDAK SAMA SEKALI. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri,
inget inget kuku,..

and menurut kak princess hal ini sama sekali tidak akan terjadi di HS ya kak..??
hebat sekali ya HS itu..??
xixixi

hati hati kak.. jangan dirancukan dengan HS success story yaa..
 
hehehe.. apa PS itu efektif ya? secara efektifitas PS itu sendiri sangat perlu dipertanyakan. menurut ane sebuah sekolah bisa disebut efektif bila fungsi ekonomi, sosial kemanusiaan, politis, budaya dan pendidikan, bisa berjalan dengan baik.
Lalu apa PS telah berjalan efektif?
- Klo dilihat dari fungsi ekonomi, yang menuntut siswa untuk mampu menjalankan aktifitas ekonomi, meragukan.. PS malah terkesan cenderung mengeruk duit wali murid.
- Sosial kemanusiaan, sebagai wadah siswa untuk beradaptasi dengan masyarakat. Hehehe.. ini pun meragukan.. pada umumnya siswa akan canggung bila berinteraksi langsung dengan masyarakat. ini pasti jargon yang didengung2kan para guru klo 'tugas kalian adalah belajar' :p
- Fungsi politis, media siswa untuk mendapatkan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. dalam hal ini yang ditekankan PS palingan hafal Pancasila.
- Budaya, sebagai wahana interaksi transformasi dan transisi budaya. di sebagian besar PS, budaya cuma penggembira.
- Pendidikan, sebagai media siswa untuk proses pendewasaan dan kepribadian. Nol besar, PS sama skali tidak peduli akan hal ini. PS justru lebih peduli akan harumnya nama almamater, klo ada siswa yang terkena masalah diluar sekolah pasti jawabnya 'Itu bukan tanggung jawab kami, karena jam sekolah sudah usai.', dan klo ada murid yang jadi menteri padahal sudah lulus dari situ puluhan tahun lalu, rame2 deh, 'beliau dulu adalah murid sekolah ini'

Homeschooling, jelas jauh lebih efektif, dimana ruang belajar siswa tidak dibatasi tembok kelas dan pagar tinggi berduri. dimana siswa bisa langsung mengaktualisasikan dirinya tanpa harus takut dengan feodalisme guru, apalagi klo gurunya berjiwa militer murni wkwkwkwkwk. dan yang pasti bisa belajar dengan lebih menyenangkan
 
Last edited:
Status
Not open for further replies.
Back
Top