Seorang TKW Dipancung di Arab Saudi

Keluarga Tidak Mengetahui Beredarnya Video Pemancungan Ruyati
Senin, 27 Juni 2011 10:22 WIB

20110623010918ruyati.jpg


Cikarang (ANTARA News) Pihak keluarga Ruyati, TKI yang dihukum pancung di Arab Saudi mengaku belum mengetahui adanya video eksekusi Ruyati yang diambil dari berita PressTV. Video itu sudah beredar luas di situs internet Youtube, di Suka Tani, Senin.

Anak pertama almarhum Ruyati, Evi Kurniati mengatakan dia belum melihat video tersebut. Sebelumnya memang pernah menonton sebuah tayangan di salah satu televisi swasta nasional, namun dia tidak menyangka jika video tersebut adalah ibunya.

"Astagfirullahaladzim, tidak menyangka sampai video Ibu saya beredar di internet. Sungguh tidak punya perasaan," kata Evi dengan suara sedih.

Selain Video, Evi juga mengatakan belum melihat foto Ruyati usai dieksekusi pancung juga marak beredar di internet.

Evi mengatakan akan segera mencari tahu video dan foto tersebut di internet melalui bantuan kerabatnya. Dia ingin melihat detik terakhir ibunya sebelum dihukum pancung.

"Saya akan segera cari tahu. Terimakasih atas informasinya," kata Evi.

Video detik-detik eksekusi mati Ruyati beredar di Youtube dengan judul video Pemancungan Ruyati, berdurasi 1.03 menit. Video tersebut diambil dari tayangan PresTV, dan diunggah oleh seseorang yang menggunakan nama Faham83 pada hari Minggu (26/6).

Video tersebut sudah ditonton oleh 414 orang, dengan beragam komentar yang kebanyakan menyalahkan lemahnya diplomasi Pemerintah Republik Indonesia.


Antaranews



-dipi-
nh videonya
bkn ruyati ktnya

[ame="http://www.youtube.com/watch?v=-d1Tab4Mqzk"]YouTube - ‪Video Pemancungan Ruyati‬‏[/ame]
 
Kementerian Dalam Negeri Saudi menegaskan bahwa Pemerintah Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Abdullah Ibn Abdulaziz Al Saud, berkomitmen untuk menegakkan keamanan, keadilan dan penerapan perintah Allah terhadap siapapun yang menyerang dan membunuh orang lain.

“Pemerintah memperingatkan siapapun yang mencoba melakukan tindakan itu, baik laki-laki atau perempuan, akan dihukum berdasarkan hukum agama,” demikian pernyataan pemerintah Saudi.

dari situsnya http://lintas-kabar.com/2011/06/19/pancung-tki-ini-sikap-pemerintah-saudi/
 
Kementerian Dalam Negeri Saudi menegaskan bahwa Pemerintah Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Abdullah Ibn Abdulaziz Al Saud, berkomitmen untuk menegakkan keamanan, keadilan dan penerapan perintah Allah terhadap siapapun yang menyerang dan membunuh orang lain.

“Pemerintah memperingatkan siapapun yang mencoba melakukan tindakan itu, baik laki-laki atau perempuan, akan dihukum berdasarkan hukum agama,” demikian pernyataan pemerintah Saudi.

sangat tegas sekali
 
Ini Dia Algojo Pancung Termasyhur di Arab Saudi Yang Memenggal Ruyati

image.tempointeraktif.com_10-300x219.jpg

perintah Allah


Namanya Abdallah bin Said al-Bishi. Ia mewarisi profesi ayahnya sebagai algojo pancung bagi terpidana mati di Arab Saudi. Boleh dibilang ia merupakan algojo paling masyhur. Stasiun televisi dari Libanon, LBC TV, pernah menyiarkan wawancara khusus dengan Abdallah pada 4 November 2006.

Algojo seperti Abdallah inilah yang bertugas mencabut nyawa terpidana mati, termasuk Ruyati binti Satubi, yang dipancung Sabtu pekan lalu. Jumlahnya memang tidak diketahui pasti, setidaknya ada enam algojo yang ditunjuk Pemerintah Arab Saudi. Abdallah ditempatkan untuk Kota Mekkah.

Abdallah memulai tugas pertamanya pada 1991, sepekan setelah ayahnya, Said al-Bishi wafat. Umurnya waktu itu 32 tahun. Ia sempat terkejut setelah beberapa pejabat dari Kementerian Dalam Negeri menunjukkan surat pengangkatannya sebagai algojo. Hari pertama, ia langsung memancung tiga orang.

Dengan pedang bernama “Sultan” warisan ayahnya, ia mengaku gugup saat pertama memenggal kepala orang. Pedang Sultan berbentuk melengkung seperti bulan sabit dengan panjang setengah meter. “Tiap orang sedikit gugup saat memulai pekerjaan barunya dan takut gagal,” kata Abdallah. Hingga kini, ia mengaku telah memancung lebih dari 100 kepala.

Di masa kecil, Abdallah pernah menyaksikan ayahnya memenggal kepala seorang pembunuh di depan gerbang Raja Abdul Aziz. Ia datang bersama ayahnya karena ingin melihat organ pencernaan seperti yang ia pelajari di sekolah. “Namun, yang saya lihat kepala manusia melayang, dari lehernya ada pancaran darah seperti sumur dan kemudian jatuh. Cukup dan saya tak tahan lagi,” ujarnya. Malamnya, ia susah tidur dan sekali bermimpi buruk

Sesuai syariat Islam, Saudi menerapkan hukum pancung terhadap terpidana mati kasus pembunuhan. Eksekusi bisa batal jika keluarga korban memaafkan dan pelaku diharuskan membayar diyat (uang pengganti) yang ditetapkan oleh keluarga korban.

Menurut ahli psikologi dari Kementerian Dalam Negeri Saudi, Dr Turki al-Atyan, syariat Islam memerintahkan hukuman mati dilaksanakan dengan cara dipenggal, bukan digantung atau ditembak. Ia mengungkapkan Saudi pernah menerapkan hukuman mati dengan cara ditembak.

Untuk memuluskan tugasnya, Abdallah hanya memakai pedang produksi Jowhar karena terbuat dari besi keras yang tidak mudah patah dan memang khusus untuk memancung kepala. Jowhar adalah sebuah kota kecil di Somalia, sekitar 90 kilometer sebelah utara Ibu Kota Mogadishu.

Cara memenggal pun ada dua: horizontal dan vertikal. Masing-masing memerlukan pedang khusus. Ia menyebut “Qaridha” sebagai pedang spesialis pancung dengan cara vertikal.

Ayah tiga anak ini mengaku tidak merasa berbeda saat akan memancung lelaki atau perempuan. Bahkan, ia mengaku pernah memenggal kepala teman-temannya yang menjadi terpidana mati. “Perbedaannya, kadang pria (yang akan dipenggal) tidak bisa mengendalikan kegelisahannya sehingga bingung duduk atau berdiri,” ujar Abdallah.

Selain memenggal kepala, Abdallah juga melaksanakan hukuman potong tangan atau kaki. Bedanya, kalau pancung, korban tidak dibius sama sekali, sedangkan potong tangan dibius lokal.

Ia menegaskan syarat utama menjadi algojo penggal adalah tidak boleh merasa iba terhadap orang yang akan dipancung. “Jika saya merasa iba, ia akan menderita. Bila hati ini merasa kasihan, tangan bakal gagal,” katanya.

Boleh jadi, profesi sebagai algojo pancung seperti pekerjaan turun-temurun bagi keluarga Al-Bishi. Menurut Abdallah, putra sulungnya, Badr, sudah dilatih menjadi algojo dan akan diangkat untuk bertugas di Ibu Kota Riyadh.

tempointeraktif.com
 
Last edited:
gimana kalau Abdallah bin Said al-Bishi jadi tukang jagal di indonesia saja

tuh banyak koruptor koruptor yang makan duit rakyat yang siap di jagal
 
Back
Top