Second_Sister
New member
Daku baca berita dari Daily mail ini
Atau berita dari tempo ini
Benarkah demikian?
Kalau benar, berarti history sebagai mata pelajaran harus dirubuah tuh di seluruh penjuru dunia.
Marco Polo 'never went to China and picked up tales of the Orient from other travellers'
By Mail Foreign Service
Last updated at 9:10 AM on 10th August 2011
Marco Polo, one of history’s greatest explorers, may in fact have been a conman, it was claimed yesterday.
Far from being a trader who spent years in China and the Far East, he probably never went further east than the Black Sea, according to a team of archaeologists.
They suspect the Venetian adventurer picked up stories about the mysterious lands of the Orient from fellow traders around the Black Sea who related tales of China, Japan and the Mongol Empire in the 13th century.
He then put the stories together in a book which purports to be his account of his travels between 1271 and 1291. It details his relations with Kublai Khan, the Mongol ruler.
But now an Italian team of archaeologists studying in Japan have cast doubts about one of their country's national heroes - although there have been competing claims to him from Croatia, which argues he was born there.
Following the research, Professor Daniele Petrella of the University of Naples told Italian history magazine Focus Storia there were many inconsistencies and inaccuracies in Marco Polo’s description of Kublai Khan’s invasions of Japan in 1274 and 1281.
‘He confuses the two, mixing up details about the first expedition with those of the second,’ Professor Petrella said.
'In his account of the first invasion, he describes the fleet leaving Korea and being hit by a typhoon before it reached the Japanese coast,' said Professor Daniele Petrella of the University of Naples, the leader of the archaeology team.
'But that happened in 1281 – is it really possible that a supposed eye witness could confuse events which were seven years apart?'
Polo’s description of the Mongol fleet did not square with the remains of ships the archaeologists excavated in Japan, as he had written of ships with five masts, while those which had been found had only three.
‘It was during our dig that doubts began to emerge about much of what he wrote,’ added Professor Petrella.
'When he describes Kublai Khan’s fleet he talks about the pitch that was used to make ships’ hulls watertight. He used the word 'chunam’, which in Chinese and Mongol means nothing.
'In fact, it is the Persian word for pitch. It’s also odd that instead of using, as he does in most instances, local names to describe places, he used Persian terms for Mongol and Chinese place names.'
The explorer claimed to have worked as an emissary to the court of Kublai Khan, but his name does not crop up in any of the surviving Mongol or Chinese records.
The famous travel book was said to have been dictated by Polo to a fellow prisoner named Pisa while he was in jail after returning from his adventures, and to be fair to Polo, it is thought Pisa embellished many of the stories.
But the latest claims back those made in a book by British academic Frances Wood in 1995 entitled 'Did Marco Polo go to China?'. She argued he never got beyond the Black Sea and that his famed account was a collection of travellers’ tales.
Read more: http://www.dailymail.co.uk/news/art...ales-Orient-Italians-claim.html#ixzz1Uo2qWSPp
Atau berita dari tempo ini
Marco Polo Ternyata Tak Pernah Menjelajah ke Cina
Rabu, 10 Agustus 2011 | 11:23 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Perjalanan Marco Polo ke Cina dan Timur Jauh menobatkan dirinya sebagai salah seorang penjelajah terbesar dalam sejarah. Namun arkeolog sekarang yakin bahwa ia tidak pernah benar-benar pergi ke sana.
Mereka menilai pedagang Venesia itu menulis cerita tentang Cina, Jepang, dan Kekaisaran Mongol bersumber dari cerita pedagang Persia yang ia temui di tepi Laut Hitam, yang berjarak ribuan mil dari negeri-negeri di Timur Jauh itu.
Dia kemudian melengkapinya dengan informasi lain untuk menjadikannya sebuah catatan laris, Description of the World, salah satu buku perjalanan pertama.
Arkeolog merujuk pada inkonsistensi dan ketidakakuratan dalam deskripsinya tentang upaya invasi Kubilai Khan ke Jepang pada 1274 dan 1281.
"Dia keliru terhadap kedua hal itu, mencampur perincian tentang ekspedisi pertama dengan yang kedua. Dalam catatannya tentang invasi pertama, ia menjelaskan armada Kubilai Khan meninggalkan Korea dan dihantam topan sebelum mencapai pantai Jepang," ujar Daniele Petrella dari University of Naples, pemimpin proyek arkeologi Italia di Jepang.
"Padahal itu terjadi pada 1281. Apakah mungkin seorang saksi mata keliru terhadap peristiwa yang terpisah tujuh tahun?"
Deskripsi Marco Polo tentang armada Mongol sangat bertentangan dengan sisa-sisa kapal yang digali tim itu di Jepang. "Pedagang Venesia itu menulis kapal bertiang lima, padahal sebenarnya mereka hanya memiliki tiga tiang," kata Profesor Petrella.
"Keraguan-raguan kami terkait tulisannya mulai muncul selama penggalian," katanya kepada edisi terbaru Focus Storia, sebuah majalah sejarah Italia.
"Ketika menjelaskan armada Kubilai Khan, ia berbicara tentang aspal yang digunakan untuk membuat lambung kapal kedap air. Dia menggunakan kata chunam, yang dalam bahasa Cina dan Mongol tak berarti apa-apa. Sebenarnya itu adalah kata Persia untuk aspal. Yang juga aneh, seperti yang banyak dilakukannya, ia tidak menggunakan nama lokal untuk menggambarkan tempat. Dia menggunakan istilah Persia untuk nama tempat Mongol atau Cina," tutur Petrella lagi.
Petualang itu mengklaim telah bekerja sebagai seorang utusan ke istana Kubilai Khan, tapi namanya tidak muncul dalam salah satu catatan Mongol atau Cina yang masih ada.
Sikap skeptis para arkeolog Italia terkait tulisan Marco Polo juga mendukung apa yang dikemukakan oleh seorang akademisi Inggris.
Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada 1995, Dr. Frances Wood, Kepala Bagian Cina di Perpustakaan Inggris, juga berpendapat Marco Polo mungkin tidak pernah keluar dari Laut Hitam.
Dia menunjukkan bahwa meskipun Marco Polo seorang pengamat kehidupan sehari-hari, tidak disebutkan dalam tulisan Marco Polo tentang kebiasaan perempuan Cina yang mengikat kaki, sumpit, minum teh, atau bahkan Tembok Besar.
"Tidak ada sama sekali dalam arsip Venesia yang mengatakan bahwa keluarga Polo memiliki kontak langsung dengan Cina," kata Dr. Wood kepada The Daily Telegraph. "Tidak ada barang-barang dari Cina yang pernah ditemukan dalam harta yang mereka tinggalkan."
"Sebuah teori menyatakan Marco Polo menyalin semacam buku panduan tentang Cina yang ditulis oleh seorang pedagang Persia."
Benarkah demikian?
Kalau benar, berarti history sebagai mata pelajaran harus dirubuah tuh di seluruh penjuru dunia.