The Promise (Part 1-Intorduction)

Randy_Muxnahtis

New member
Note: cerita ini 40% ilham dr kisah nyata..... sisanya cuma karangan penulis.... :)



Namaku Nathan. Aku adalah seorang mahasiswa fakultas sistem informatika di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Aku juga punya pekerjaan sampingan sebagai guru bahasa inggris di sebuah tempat kursus, lumayan, untuk menambah uang jajan. Di tempat kursus ini, aku mempunyai teman baik, yang juga seorang guru bahasa inggris bernama Billy. Bahkan, saking akrabnya hubungan antara aku dan Billy, murid-murid di kelasku sampai menganggap bahwa aku dan Billy adalah saudara kandung. Aku juga mempunyai seorang pacar bernama Hilda. Aku sudah jadian denganya sejak SMA. Saat ini aku sedang menikmati liburan semesteran kuliah, dan akan kembali kuliah sekitar satu setengah bulan lagi.

Sejauh ini, aku belum mempunyai rencana besar untuk menghabiskan masa liburan ini. Yang kulakukan adalah pergi bekerja sebagai guru di tempat kursus tersebut, mengurus hamster peliharaanku, atau pergi dating dengan Hilda, hal-hal semacam itu. Setauku, Billy juga sedang liburan semesteran. Aku dan Billy berasal dari universitas yang berbeda. Meskipun demikian, waktu liburan semesteran kami hampir bersamaan. Ada beberapa kesempatan Billy sering menanyaiku tentang rencana liburan, dan jawabanku hampir selalu sama "no plan at all", dan Billy juga sependapat denganku.

Akan tetapi, pada suatu ketika aku selesai mengajar, aku menemukan sebuah amplop cukup besar di dalam folder tempat aku menyimpan daftar absensi. Ketika kubuka, isinya adalah beberapa film DVD beserta secarik kertas kecil dengan tulisan tangan Billy. Isinya menjelaskan bahwa DVD itu adalah miliknya, dia meminjamkan DVD miliknya kepadaku dengan tujuan agar aku tidak merasa jenuh dengan liburan ini. Aku boleh meminjam DVD tersebut selama yang aku mau, hanya saja apabila sudah selesai, kapan-pun itu, aku harus ingat untuk mengembalikanya, dan juga memberikan komentar tentang film-film itu. Aku hanya bisa bengong sesaat melihat kejutan itu sebelum akhirnya aku tersenyum kecil sambil menggeleng-gelnegkan kepalaku. Memang, kadang-kadang Billy agak aneh perilakunya. Sebelumnya pernah, ada salah satu kursi murid yang rusak dan dia menulis surat kepadaku untuk tidak membiarkan salah satu murid favoritnya duduk di kursi rusak itu. Ya Ampun! Ada-ada saja perilaku Billy ini. Tanpa berkata apa-apa, aku memasukan DVD tersebut ke dalam tas dengan pikiran aku akan menontonya kalau sempat.

Aku sama sekali tidak menyangka bahwa DVD itu akan menjadi sumber masalah yang akan membuat liburanku menjadi liburan paling panjang yang pernah aku alami.


The Promise (Part 2)
Beberapa hari setelah aku mendapat DVD dari Billy, pacarku Hilda mengajaku pergi ke Bali untuk mengisi masa liburan ini. Karena liburan ini aku cenderung senggang, aku menyetujui idenya. Maka kamipun memesan tiket pesawat dan berencana untuk tinggal di Bali selama sekitar 4 hari. Kami juga mengajak 3 orang teman kami yang lain, biar tambah seru. Sekitar 2 hari sebelum berangkat, aku menyiapkan koper beserta keperluan lainya untuk di Bali nanti. Ketika aku sedang menyiapkan barang-barang untuk di Bali nanti, terpikir olehku untuk membawa serta DVD yang Billy pinjamkan. Ya, lumayan, kalau aku lagi senggang di hotel, aku bisa nonton DVD. Maka aku memasukan DVD milik Billy ke dalam koper, kebetulan DVD itu adalah barang terakhir yang akan kubawa, maka setelah aku memasukan DVD tersebut, aku menutup koper. Setelah itu, aku berdiri dan berpikir sebentar, mencoba untuk mengingat sekiranya ada barang yang mungkin lupa aku masukan ke dalam koper. "Sepertinya semua beres," kataku pelan kepada diriku sendiri. Aku sudah meminta ijin cuti dari atasanku, Miss Priska, tidak bisa masuk mengajar di kursus karena mau liburan ke Bali, dan Miss Priska tidak keberatan dan berencana untuk meminta Billy untuk menggantikanku mengajar selama aku pergi. Jadi, secara teori, semua beres.

Akhirnya, aku, Hilda dan teman-teman kami yang lainya berangkat ke Bali. Pesawat yang kami tumpangi akan take off pada jam 8:45 pagi, maka kami berangkat ke bandara sekitar jam 6:30. Sejauh ini, kami tidak mendapat masalah. "Hm, sepertinya liburan ini bakal jadi fun," pikirku dalam hati ketika pesawat sudah berada di angkasa. Aku duduk santai di kursi pesawat dan memejamkan mata, hendak beristirahat barang sejenak. Penerbangan berlangsung singkat, dan kamipun tiba di bandara Ngurah Rai Bali. "So, enaknya gimana, kita jalan-jalan dulu sebentar baru ke hotel, atau ke hotel dulu, baru jalan-jalan?" tanya Aldo, salah seorang temanku ketika kami keluar dari bandara. "Mendingan ke hotel dulu, kita taro barang-barang kita, terus baru kita jalan-jalan," Hilda menjawab. Aku tidak memberi komentar, karena menurutku, kami ke hotel atau jalan-jalan dulu, tidak masalah. Jadi, kami mencari taxi dan menuju hotel yang sudah kami sepakati sebelumnya. Hotel yang kami tinggali merupakan hotel bintang tiga. Setelah check in, kami segera menyimpan koper kami di kamar, dan aku bersyukur atas ide Hilda, aku merasa lelah karena terus membawa koper, dan kurasa teman-temanku yang lain juga berpikir demikan. Akhirnya beban koper kami hilang, jadi kami bisa lebih santai. Karena kami hanya tinggal selama 4 hari di Bali, maka kami harus pandai mengatur waktu, terutama soal tempat wisata yang akan kami kunjungi. Kebetulan, kami sudah lama tidak berenang, jadi kami memutuskan untuk pergi ke pantai Kuta dan berenang di sana. Hari sudah siang ketika kami merasa puas dan lelah berenang. Kami kembali ke hotel untuk merapikan diri kami, kulihat jam tanganku, masih sekitar 3 jam lagi sebelum matahari terbenam. Yah, sambil menunggu, mungkin sebaiknya aku menonton DVD yang kubawa. Kami memutuskan untuk tinggal di hotel pada hari itu, dan akan berkeliling-keliling Bali besok. Jadi, aku menyalakan TV serta DVD player di kamar dan mulai menonton. Aku menonton DVD film action mandarin, judulnya Wushu. Sekitar 15 menit kemudian, Aldo, Hendra dan Karina bergabung denganku. Hilda sedang tidur karena merasa lelah. Film itu mungkin film paling keren yang pernah kutonton, alur ceritanya cenderung simple akan tetapi sekitar 95% dari film itu berisi action bela-diri wushu dan itulah yang membuat film itu menarik. Aldo, Hendra dan Karina juga tampak menyukainya. "Wah, boleh juga selera Billy," kataku dalam hati sambil terus menonton. Sekitar satu setengah jam kemudian, film tersebut selesai, dan itu berarti masih ada sekitar satu setengah jam lagi sebelum kami melihat sun set di pantai Kuta. Kami memutusakn untuk bermain kartu sambil menunggu sun set. Akan tetapi, permainan kartu itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar setengah jam, karena kami akhirnya merasa bosan. Singkat cerita, kami sudah berada di pantai Kuta dan menikmati sun set. Setelah kami menikmati sun set, kami berkeliling di sekitar Kuta untuk merasakan keramaian di sana. Malam harinya kami memutuskan untuk karaoke di hotel. Kami karaoke selama sekitar 2 jam. Akhirnya Aldo, Hendra dan Karina merasa mengantuk. Tinggal aku dan Hilda. Aku masih cukup segar, dan Hilda, karena tadi siang dia sempat tidur, juga belum mengantuk. Namun, karena kami tidak mempunyai kegiatan malam itu, maka aku memutuskan untuk mononton DVD lagi. Kali ini, aku memutar DVD kartun yang berjudul Rugrtas The Movie: Rugrats In Paris. Film tersebut cukup menghibur. Hilda juga menonton film itu bersamaku. Akhirnya, sekitar jam 12 malam, aku dan Hilda diserang rasa mengantuk dan pergi tidur.

Esok harinya, aku, Hilda, Aldo, Hendra dan Karina merasa sangat segar dan siap untuk mengelilingi obyek wisata yang ada di Bali. Kami sarapan di hotel, dan kira-kira jam 9 pagi, kami sudah meninggalkan hotel dan mulai berkeliling. Pertama-tama, kami mengunjung Legian, hendak melihat lokasi kejadian tragedi bom beberapa tahun lalu. Di sana, kami semua hening sambil memejamkan mata, berdoa semoga arwah korban tewas dapat di terima di sisi Yang Maha Kuasa, bahkan Hilda dan Karina membeli seikat bunga dan meletakannya di tugu peringatan tragedi bom tersebut. Dari Legian, kami pergi ke Ubud. Di sana banyak dijual barang-barang kerajinan khas Bali. Sebetulnya aku ingin membeli salah satu barang kerajinan tersebut, namun karena hampir semua barang kerajinan tersebut tampak bagus, aku sampai bingung mau beli apa dan akhirnya aku meninggalkan tempat tersebut dengan tangan hampa. Dengan pandangan agak iri, aku melihat Hilda dan Karina membeli gelang sedangkan Aldo dan Hendra membeli semacam alat permainan yang terbuat dari kayu. dari Ubud, kami meneruskan ke Bedugul. Di sana, kami menikmati danau Tamablingan.

Seharian itu kami puas berjalan-jalan di Bali. Kami kembali ke hotel ketika hari hampir tengah malam. Aku masih belum begitu mengantuk meskipun sudah berjalan-jalan seharian. "Hm, sepertinya boleh juga gue nonton barang satu film lagi," pikirku. Hilda, Karina dan Hendra sudah tidur, hanya tinggal aku dan Aldo. "Aldo, gue mau nonton DVD, elu mau join ga?" Aku menawarkan. Aldo, yang saat itu sedang mendegarkan lagu di hp-nya, menjawab, "hm... Boleh juga... Emang ada DVD apa?" Aku mengeluarkan DVD yang berjudul Ocean Heaven. "Yang ini kayaknya bagus?" Kataku sambil menyodorkan DVD tersebut ke Aldo. Kami melihat bahwa film tersebut dibintangi oleh Jet Li, aktor mandarin yang tidak diragukan lagi kemampuanya. "OK," dia menyetujui. Singkat cerita, kami pun menonton film tersebut. Kalau boleh aku memberi sedikit gambaran tentang film Ocean Heaven, film tersebut bercerita tentang seorang ayah yang menderita penyakit kanker liver tahap akhir, dan hidupnya sudah tidak lama lagi, harus berjuang mengajarkan basic life skill, seperti memasak, naik-turun bus, mengganti pakaian, dll kepada anaknya yang berusia 20-an. Anaknya tersebut memiliki masalah dengan autisme. Dan, kalau anda sering menonton film Jet li, anda mungkin berpendapat bahwa dalam film ini Jet Li akan melakukan adegan fighting atau tembak-tembakan, tapi sayang, bayangan anda tersebut harus anda buang jauh-jauh, karena dalam film ini, Jet Li sama sekali tidak melakukan adegan semacam itu. Aku dan Aldo pun juga agak terkejut karena tidak menyangka bahwa Jet Li bisa berperan dengan begitu baik dalam film yang ber-genre drama dan tanpa fighting sedikit-pun. Sangat berbeda jauh dengan film-film Jet Li yang selama ini pernah aku (dan mungkin juga anda) lihat di TV atau bioskop. Akhirnya film itu selesai, dan kami tidur. Aku lupa untuk menyimpan kembali semua DVD yang aku tonton di Bali ini ke koper. Dan itulah yang akan membuat liburan ini menjadi liburan paling panjang yang pernah aku alami.


The Promise (Part 3)
Singkat cerita, waktu liburan kami di Bali sudah selesai. Kami kembali ke Jakarta. Setibanya kami di Jakarta, aku merasa sangat lelah sehingga begitu sampe rumah, aku langsung masuk kamar dan tidur, bahkan tanpa sempat mengganti pakaian. Aku tidur selama sekitar 5 jam. Ketika aku bangun, hari sudah petang. Dengan langkah gontai, aku berjalan ke kamar mandi. Setelah mandi, aku makan malam sambil menceritakan liburanku di Bali kepada keluarga. Yah, secara umum, tidak banyak yang bisa aku ceritakan. Setelah makan malam, aku memutuskan untuk membereskan barang-barangku yang ada di koper. Tak berapa lama, aku seolah mendapat mimpi buruk, semua DVD yang kubawa ke Bali tidak kutemukan di koper, masih tertinggal di Bali. "Oh, s**t!" kataku. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba berpikir jernih. "Uh... OK..... kemungkinan pertama, gue mejelaskan masalah ini ke Billy dan minta maaf dan mengganti semua DVD tersebut. Kemungkinan kedua, gue diem-diem aja, sambil cari DVD itu di toko kaset dan kemudian mengembalikanya ke Billy, tapi ga bilang bahwa DVD itu sebetulny tertinggal di Bali. Atau pilihan ketiga, yang gila, gue booking tiket pesawat ke Bali cuma buat ambil DVD yang tertinggal itu," kataku dalam hati. Aku berpikir selama beberapa saat. Akhirnya aku memutuskan untuk memakai solusi yang kedua. Aku bahkan tersenyum sendiri, "ga mungkin gue berbuat segila itu, balik lagi ke Bali cuma buat ambil DVD yang ketinggalan. Toh, di Jakarta kan banyak," kataku kepada diriku sendiri. Maka, aku kembali tenang dan melanjutkan aktifitasku hari itu seperti biasa.

Dua hari kemudian, aku pergi ke toko kaset untuk mencari DVD pengganti. Aku tidak bisa bilang apakah aku beruntung atau sial saat itu. Aku merasa cukup beruntung karena aku berhasil menemukan beberapa DVD yang sama dengan punya Billy. Cuma, sialnya, dari sekitar 5 DVD yang Billy kasih pinjam, aku hanya menemukan 3. Sedangkan yang 2 sisanya tidak bisa kutemukan. 2 DVD tersebut adalah Wushu dan Rugrats The Movie: Rugrats In Paris. Saat itu kupikir mungkin memang lagi kosong persediaan DVD tersebut, paling-paling sekitar 2 minggu lagi juga sudah ada di toko kaset. Jadi, hari berikutnya, aku mengembalikan 3 DVD itu ke Billy di tempat kursus. Aku berbohong bahwa aku belum menonton 2 DVD yang terakhir. Billy juga tampaknya tenang-tenang saja. Dia bahkan memintaku menceritakan liburanku. Jadi, aku menceritakan liburanku tanpa mengungkit soal DVD ketinggalan. Sebagai gantinya, aku berkata bahwa aku emang menonton DVD di hotel, dan memberi komentar tentang film itu. Tentu saja, aku juga harus berhati-hati, jangan sampai aku kelepasan bicara soal DVD yang ketinggalan. Billy tampak puas mendengar ceritaku dan bahwa aku cukup menyukai film-film tersebut (aku memang cukup menikmati film itu).

2 Minggu kemudian, aku kembali pergi ke toko kaset sambil berharap bisa menemukan sisa DVD yang hilang. Lagi-lagi aku kurang beruntung. Kudapati DVD tersebut kosong persediannya. Rasa panik mulai menjalar di tubuhku. "Waduh, mati gue, kalau DVD itu sampe hilang. Mungkin Billy ga marah, tapi tetap aja, gue merasa ga enak kalau DVD-nya hilang," kataku. Aku berpikir sebentar, "apa gue coba cari di toko yang jual DVD original?" maka, aku pun mengunjungi mal-mal yang ada toko DVD original dan mencari film tersebut. Lagi-lagi usahaku sia-sia. Akhirnya aku terpaksa menarik kesimpulan bahwa sepertinya 2 DVD itu memang DVD "keramat" alias langka banget. "S**t. Ga enak gue kalau begini. Kalau gue di posisi Billy, pasti merasa kehilangan juga, soalnya itu DVD langka. Wah, kayaknya terpaksa gue ambil jalan gila, balik lagi ke Bali demi film langka." Aku menghela napas. Maka, ketika di rumah, aku segera menyalakan komputer, membuka website penjualan tiket pesawat terbang dan memesan tiket untuk satu orang. Tujuan: Bali. Tanggal berangkat: 3 hari lagi. Lama tinggal: hm.... aku berpikir sebentar, agak ragu-ragu... Lama tinggal: (---)... yap, aku akan pergi ke Bali pada hari itu, dan kembali ke Jakarta pada hari itu juga. "Ok, ini rencanaya, berangkat ke Bali dengan pesawat pagi. Dari bandara pergi ke hotel yang waktu itu. Sore harinya pulang ke Jakarta!" Aku cuma pergi seharian, asalkan aku tutup mulut, kurasa tak seorang-pun yang akan tau bahwa aku pergi ke Bali dan pulang pada hari yang sama dengan hari kepergianku. Aku memutuskan tidak membawa barang apa-apa, kecuali dompet dan tas kecil. Kurasa dengan berpenampilan seperti itu, tak seorang-pun bakal menyangka bahwa aku akan pergi jauh. "Mission Impossible," kataku sambil tersenyum ketika aku mematikan komputer.

The Promise (Part 4)
Malam hari sebelum kepergianku ke Bali untuk mengambil kembali DVD yang tertinggal, aku bersikap seperti biasa. Aku baru saja pulang nonton film di bioskop bersama Hilda. Bahkan aku malah membahas film yang kami nonton dengan antusias bersama Hilda, dan tidak mengungkit soal kepergianku ke Bali esok harinya. Sebetulnya aku bisa saja dan mau saja cerita bahwa aku akan berbuat "gila" kepada pacarku itu. Tapi aku memilih untuk tutup mulut. Tidak, pikirku. Untukku saja sudah cukup gila, pergi ke Bali seorang diri, hanya demi DVD yang ketinggalan. Apalagi kalau Hilda mendengarnya. Maka aku menikmati sisa hari itu dengan bersenang-senang, hingga kalau kebetulan kau melihat atau bertemu denganku pada saat itu, kau pasti bakal menyangka aku sama seperti anak remaja normal lainya yang sedang date bersama pacar dan tidak menyangka bahwa aku akan melakukan "mission impossible" pada hari berikutnya. Kuantar Hilda pulang. Akan tetapi, setelah aku mengantar Hilda, aku tidak langsung plang ke rumah, melainkan aku masih ingin mencari udara segar. Maka aku berkeliling-keliling dengan motor Yamaha RX-King dan akhirnya aku singgah di sebuah kedai es campur di pinggiran jalan untuk menikmati satu porsi es campur.

Jam alarm di HP-ku berbunyi. Waktu menunjukan jam setengah 6 pagi. Segera aku bangun dan merapikan diri. Aku akan berangkat ke Bali dengan pesawat jam 9 pagi. Sekitar setengah jam kemudian, aku sudah duduk di meja makan untuk menikmati sarapan. Hari itu hari minggu. Sarapan hari itu berupa nasi goreng, tetapi setelah aku menghabiskan 1 piring, aku malah membuat cereal. Begitulah aku kalau makan. Maksudku, yah, kadang-kadang, pola makanku agak kacau. Aku suka makan banyak sekaligus, dan itu cukup untuk sekitar 9 jam. (Aku pernah makan bubur dan menghabiskan semangkuk cereal untuk sarapan pagi, dan aku baru kembali merasa lapar sekitar jam 3 sore tanpa makan siang). Mungkin kau akan berpendapat pola makan seperti itu tidak baik, tapi begitulah aku. Singkat cerita, aku sudah berada di bandara. Sebelum berangkat, aku hanya pamit kepada orang tuaku, dengan mengatakan bahwa aku ada urusan dan akan kembali agak malam. Kalaupun orang tuaku masih heran dan ingin bertanya "ada urusan apa di hari minggu, yang harusnya bisa santai sejenak, liburan, dan kenapa harus pagi-pagi?" mereka tak sempat melakukanya, karena aku langsung mengambil tas kecil yang berisi beberapa barang dan berjalan keluar. Aku merasa agak bosan menuggu keberangkatanku. Kuliah jam tangan Seiko yang kupakai. Jam tangan tersebut merupakan hadiah dari Hilda waktu ulang tahunku. Masih sekitar 1 jam lagi. "Hm..." aku berpikir sebentar. Tebak apa yang kulakukan sambil menunggu pesawat berangkat? Aku mampir di sebuah restoran cepat saji di bandara dan memesan hamburger, soft drink dan kentang goreng. Sambil makan, aku memainkan game di HP. Sudah kubilang, pola makanku agak kacau. Belum 3 jam aku makan pagi, dan sekarang aku sudah enak-enak menyantap hamburger.

Akhirnya aku tiba di Bali. "Ok, let's see...." Aku diam sebentar, agak bengong karena tidak menyangka bahwa aku betul-betul melakukan "mission impossible" dan sejauh ini, lumayan berhasil. Mudah sekali! Kenapa harus nonton film Mission Impossible ala Tom Cruise kalau aku sendiri bisa melakukanya, dan tanpa perang pengganti, sutradara dan hal-hal semacam itu pula! Aku menghela napas. Gila. Aku menggeleng-geleng kepala. Betul-betul gila. Segera, aku memanggil taxi dan menuju hotel tempat aku menginap beberapa waktu lalu. Semakin aku mendekati hotel, jantungku berdebar semakin kencang. Bagaimana tidak? Hotel itu adalah penentu ending kegilaanku di Bali ini.

The Promise (Part 5-End)

Akhirnya aku tiba di hotel tempat aku menginap beberapa waktu lalu. Segera, aku menghampiri meja resepsionis dan menjelaskan masalah. Petugas hotel yang melayaniku hanya bisa bengong mendengar ceritaku yang "aneh bin ajaib". Dan aku tidak menyalahkanya. Maksudku, memang, tamu yang ketinggalan barang di hotel, itu mungkin saja terjadi, dan itu hal yang wajar. Tetapi, kalau kasus yang terjadi saat ini, barang yang tertinggal, namun, setelah hampir 1 bulan baru kembali untuk mencarinya, dan, masih mending kalau barang yang tertinggal tersebut mungkin berupa laptop atau perhiasan atau barang berharga lainya. Sedangkan ini, hanya demi beberapa DVD? Aku tidak yakin itu pernah terjadi di hotel manapun. Petugas hotel itu hanya diam sebentar setelah aku selesai bercerita. Tapi dari ekspresinya, aku bisa melihat bahwa dia juga sedang berpikir. Aku pribadi juga tidak berniat untuk membesar-besarkan masalah ini. Asal pihak hotel tersebut mau mengembalikan DVD tersebut, maka masalah selesai. Akhirnya pelayan tersebut menghubungi bagian cleaning service dan menjelaskan masalahnya.

Singkat cerita, aku kini berada di kantor bagian cleaning service. Seorang petugas tampak sedang mencari-cari sesuatu di lemari besar. Aku menunggu dengan gugup dan cemas. Akhirnya, DVD itu pun ketemu. Akhirnya! Aku menarik napas lega. Segera aku menyambar DVD tersebut, membuka plastik pembungkusnya untuk melihat kondisi kaset di dalamnya. Semua tampak OK. Aku tersenyum lega dan senang. "Untung masih ada," kataku kepada si petugas. Si petugas mengangguk singkat dan berkata, "Hotel ini ada kebijakan untuk menyimpan barang milik tamu yang ketinggalan selama 2 bulan. Kalau seandainya tamu tersebut tidak kembali, maka akan diproses lebih lanjut oleh pihak manager. Tapi, selama saya kerja di sini, baru kali ini ada tamu yang tertinggal DVD." Aku tersenyum. Si petugas tampak ragu-ragu sebentar, lalu meneruskan, "kalau laptop, HP, itu biasa tertinggal. Tapi kalau DVD, itu cerita baru." Dia nyengir. Aku juga ikut tersenyum dan menjelaskan kepadanya apa yang kualaimi selama ini. Bagaimana aku juga berjuang mencari DVD itu di Jakarta, tapi tidak berhasil. Si petugas tampak menyimak. Sekitar satu jam kemudian, aku meninggalkan hotel tersebut. Aku melihat jam tangan Seiko yang kupakai. Masih sekitar 4 jam lagi pesawatku berangkat ke Jakarta. Jarak dari hotel ke bandara hanya sekitar 30 menit, jadi aku masih punya cukup waktu untuk bersantai. Tapi aku mau ngapain? Akhirnya aku meutuskan untuk pergi ke sebuah mall. Kebetulan, di mall ada acara konser musik. Jadi aku menikmati konser tersebut. Setelah itu aku mampir ke sebuah cafe, memesan sandwich dan segelas ice lemon tea. Setelah itu aku mengelilingi mall tersebut sekali lagi dan pergi ke bandara.

Akhirnya aku sampai di Jakarta. Hari sudah sore ketika aku tiba di rumah. Aku menghela napas. "Mission Accomplished!" kataku berbisik kepada diriku sendiri. DVD sudah tersimpan aman di dalam tasku. 2 hari berikutnya aku mengembalikan sisa film tersebut ke Billy. Aku hanya mengembalikan film Wushu dan Rugrats The Movie: Rugrats In Paris. Aku sengaja tidak mengembalikan semua filmnya, karena akan aneh untuk Billy kalau aku mengembalikan juga film yang "sudah aku kembalikan sebelumnya". Billy hanya bertanya kepadaku, komentar soal film itu. Aku memberi komentar Wushu itu film keren, full action. Sedangkan Rugrtas, yah, meskipun film kartun, tapi inti ceritanya cukup menarik. Billy tersenyum kecil. "Ok," katanya sambil mengambil DVD dari tanganku dan menyimpanya ke dalam tasnya.

Setelah aku pulang, aku menatap sisa DVD Billy yang mau-tak mau menjadi miliku. Aku tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala, "gila. Liburan yang gila. Betul-betul gila."

--------------------------------------------------TAMAT---------------------------------------------------
 
@all: sebetulnya ide dasar/ide utama dr cerita ini secara keseluruhan adalah, pergi ke bali dan pulang kembali ke jakarta dalam waktu 1 hari (karena biasanya orang pergi ke bali dan tinggal/menginap di sana selama (mungkin) 3-4 hari atau mungkin 1 minggu. nah, melalui cerita ini, saya mau coba buat "gebrakan" sesuatu yg baru, pergi ke bali dan pulang lagi ke jakarta dlm waktu 1 hari :D thx atas masukanya :)
 
Back
Top