Puisiku bag I

Irawansaja

New member
LANTUNAN PENGAMEN KECIL
Kaki kecilnya seakan tlah hafal dengan celah dan ruang di tengah jalan
Kadang terlihat berlari, terhenti, bergerak dan sesekali berjalan pelan
Dia ada dari bayangan tubuhnya yang memanjang ke barat hingga ke timur
Keringat yang selalu membasahi kulitnya tak akan pernah bisa membuat warna hitamnya luntur

Nyaring dan lantang lagu yang jarang berubah keluar dari mulut kecilnya
Wajah kecil tanpa dosa itu berharap satu arti, semoga seseorang membeli lantunannya
Dia akan terus bernyanyi hingga sang penikmat menolak atau memberinya
Terulurlah tangannya bila dia berhasil meraih iba orang yang mendengar dendangannya

Apakah hanya itu dunia yang dia miliki
Dunia yang keras, terik, hingar dan menakutkan
Butuh seribu keberanian saat dia terbangun dan melangkah setiap hari
Dan sering tertanam kekecewaan saat dia pulang dengan sedikit penghasilan

Berkali-kali pilu hatinya saat melihat sosok sebaya berseragam sekolah
Dia selalu ragu, gundah dan resah, apakah masih ada cita-cita yang bisa dia tuju
Makan saja susah, yang dia harapkan mungkin hanya suatu keajaiban yang datangnya tiba-tiba
Saat sosok sebaya itu menatapnya, dia tegar berdiri, tapi sebenarnya hatinya perih dan matanya malu

Anak sekecil itu menjalani kehidupan yang belum tentu orang dewasapun bisa
Anak sekecil itu berkelit di keramaian jalanan kota, mencari rejeki lewat alunan lagu dari mulut kecilnya
Dia lebih berani dari beberapa pengecut dewasa yang hidup dari tedeng ketiak orang tua mereka
Dia telah bangga dengan menorehkan sejarah hidupnya, menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang dicintainya.

Dia lebih berarti dari mereka-mereka yang berdasi, karna disetiap detik hidupnya penuh arti dan makna yang hanya dia sendiri yang mengerti
Selamat berjuang sahabat kecilku, karna bumi selalu mengagumimu, dan karna orang-orang sepertimulah yang membuat tanah bulat ini selalu bisa berputar diporosnya dan tak pernah terhenti.

By. Irawan

Tentang Niatku

Aku mencintaimu tercampur dengan jiwa yang menyayangimu
Aku mengkhawatirkanmu terbalut rasa terimakasihku
Tidak taukah kamu bahwa aku berani lebih hidup karna ada cintamu
Tidak mengertikah kamu, bahwa suaramu adalah lagu pembelai terkatupnya mataku
Tidak terasakah kamu bahwa tingkahmu adalah angin yang membangunkan lelapku

Kadang aku tidak percaya kenapa cinta ini semakin bertambah
Kadang aku merasa semua kata terlalu sedikit tuk menguraikannya
Kadang aku ragu mampukah diriku tuk tidak mengingatmu sedetik saja
Kadang aku pasrah saat tatapan mesramu dan lambaian tanganmu memisahkan kita tuk sementara
Kadang aku kecewa saat aku terlanjur berbuat salah
Dan Sering aku takut apakah kebahagiaan ini untuk selamanya

Aku benci dengan kisah perpisahan
Aku muak dengan segala tontonan pertengkaran
Aku marah karna belum bisa memberikanmu janji yang tersumpahkan
Aku tidak pernah mengerti kenapa tercipta waktu
Aku hanya ingin yang terbaik buatmu
Aku hanya ingin mengisi hariku dengan senyummu

Terimakasih karna kau sudi menemaniku
Terimakasih karna kau tlah mendewasakanku
Terimakasih karna kau membuat aku lebih mengenal diriku
Terimakasih karna kau telah memaafkan semua salahku
Terimakasih karna kamu telah menjaga cinta ini tetap suci tak ternodai
Terimakasih karna kau telah menuntun egoku dengan kasih
Terimakasih kau lebih dulu menyapaku saat aku mulai tidak mengerti

Apapun yang terjadi kamu layak mendapatkan yang terbaik meski bukan denganku
Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah melupakanmu meski raga kita tlah jauh
Apapun yang terjadi kebahagiaan hidupku adalah saat aku bersamamu
Apapun yang terjadi aku tetap menemanimu meski hanya dengan jiwaku
Apapun yang terjadi akan kucari dirimu saat kamu sendiri dan membutuhkanku
Karna kau pernah menjaga kesucian cinta kita dan itu sangat berarti dalam hidupku
Kau membuat aku lebih dekat dengaNYA , dan itu anugrah tanpa batasan waktu
Terimaakasih cintaku, jika takdirku bersamamu akan kujaga kamu sampai matiku

By. Irawan.

Si Kecil Di Jalanan

Berjalan kakinya menyusuri kerasnya tepian trotoar yang menyilaukan
Keringat mulai membasahi kulit hingga metetes di ujung-ujung rambutnya
Kadang matanya terpecing karna melawan terangnya sinar sang surya
Kaki kecilnya terus menapak seakan tak kenal apa itu lelah dan papah

Bunyi perut pertanda paksakan tangan tuk bekerja
Terlantunkan suara kadang parauh, lemas dan terengah
Dibersihkannya kaca mobil dari sandaran debu yang manja
Diteriakannya judul, berita koran-koran dan majalah
Disaputnya sepatu-sepatu hingga berkilau meski nyilu tangannya
Bila beruntung, ada sedikit orang yang memberikan rupiah tanpa dia bekerja
Bathinnya tersenyum dan hatinya berdoa
Semoga si pemberi ikhlas dan bahagia di kehidupan dua alamnya

Pernah bentakan kasar mendera telinganya
Pernah jongkrokan keras meninpa kepalanya
Pernah tamparan air terlindas roda membasahi tubuhnya
Pernah terampas jerih payahnya oleh mereka yang tidak berhati manusia
Pernah berdarah kulit mungilnya, terjatuh tuk mengejar rupiah
Sering tetesan air matanya tersembunyikan dari mereka –mereka di jalan raya.

Hari ini adalah hari ini
Si kecil itu tidak ingin tahu bagaimana esok hari
Nasi di mulut mungil itu adalah harta mereka sampai mati
Jelas di mata mereka kekayaan dipamerkan tanpa henti
Kemana si kaya, butakah mereka, tulikah mereka, apa mereka masih mempunyai hati
Si kecil tanpa cita-cita, tanpa harapan hanya naluri tuk bertahan hidup yang tak dimengerti.

By. Irawan.
 
Back
Top