Jakarta 'Kebanjiran' Beras Oplosan; Operasi Pasar Salah Sasaran

gupy15

Mod
Friday, 16 February 2007,

Jakarta 'Kebanjiran' Beras Oplosan; Operasi Pasar Salah Sasaran


YOGYA (KR) - Pedagang beras ternyata lebih pintar. Dalam operasi pasar beras, para pedagang berhasil mengecoh petugas. Itulah sebabnya, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai, operasi pasar (OP) beras yang dilakukan di DIY dalam beberapa hari terakhir salah sasaran. Sebab, beras yang dijual Bulog tersebut justru dibeli para pedagang beras di pasar-pasar yang kemudian dijual lagi ke masyarakat umum sehingga harga beras tetap tinggi. Karena itu, Gubernur minta kepada Disperindagkop DIY dan Bulog DIY supaya mengarahkan OP langsung ke masyarakat, antara lain ke kelurahan-kelurahan, balai-balai desa, atau lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal/ permukiman penduduk, bukan di pasar-pasar.

?Tadi malam saya sudah mengarahkan lewat Disperindagkop DIY, OP beras itu jangan sampai yang membeli justru para pedagang pasar khususnya para pedagang beras. Kalau yang beli pedagang beras ya akhirnya beras OP tadi dibeli Rp 3.700 kemudian dijual kembali dengan harga Rp 4.000 atau bahkan Rp 4.500. Akhirnya ya masyarakat harus membeli beras dengan harga mahal lagi. Kalau seperti itu percuma saja, harga tak akan turun,? tegas Sultan HB X menjawab pertanyaan KR di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (15/2).

Gubernur tampak cukup prihatin sekaligus kesal dengan OP yang tidak tepat sasaran karena justru dimanfaatkan oleh para pedagang beras tersebut. ?Lho iya, mestinya operasi pasar itu dilakukan di kawasan permukiman atau yang berdekatan dengan tempat tinggal penduduk, jangan di pasar. Masak karena operasi pasar terus kegiatannya diadakan di pasar,? tegas Sultan dengan nada tinggi.

Gubernur tak ingin operasi pasar di DIY kejadiannya seperti yang ada di Jakarta. ?Jadi mestinya sebagian besar diarahkan ke masyarakat langsung. Mosok seperti di Jakarta, wong operasi pasar kok beli berasnya karungan. Kalau yang membeli beras berkarung-karung seperti itu kan pedagang. Ya bagaimana harga bisa turun? Ini kan malasnya Bulog saja untuk membungkus beras perkilogram.

Mestinya beras yang dijual itu kan dibungkus perberapa kilogram, eceran gitu. Sebab, masyarakat membeli beras itu dalam jumlah kilograman, bukan kuintalan,? tandas Gubernur lagi.

Terkait mahalnya harga beras, sudah saatnya masyarakat Indonesia sadar bahwa bukan hanya beras yang menjadi makanan pokok. Masih banyak potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal. ?Salah satunya adalah umbi-umbian yang nilai gizinya ada yang lebih besar dari beras,? ungkap Prof Dr Suhardi, Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM.

Sedang menurut peneliti Inspect sekaligus pakar Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Ma?ruf SE MSi mengatakan, kenaikan harga beras yang terjadi di berbagai daerah termasuk DIY secara tidak langsung dipengaruhi oleh terbatasnya persediaan beras yang ada di Jakarta. Ironisnya kondisi tersebut justru dimanfaatkan oleh para spekulan untuk mencari keuntungan pribadi.

Kenaikan harga beras yang cukup drastis tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tapi perlu dukungan dan sikap proaktif dalam stakeholder terkait termasuk masyarakat. Sebab tanpa adanya selektivitas dan kecerdasan dari konsumen, harga beras di pasaran akan dimanfaatkan oleh para spekulan untuk mencari keuntungan pribadi. Jika hal itu sampai terjadi secara otomatis beban yang harus ditanggung oleh masyarakat termasuk petani menjadi bertambah berat.

Hal senada dikemukakan Ketua Insitut Pertanian (Intan) yang juga pakar Pertanian Yogyakarta Ir Setyo Indroprahasto MSi. Menurutnya, dalam situasi seperti ini, masyarakat tidak panik tidak bisa makan, kalau seandainya beras habis. Karena masyarakat sendiri bisa memanfaatkan kearifan lokalnya selama ini, seperti kembali makan jagung, singkong, atau umbi-umbian lainnya, termasuk juga sukun, sebagai makanan pengganti beras.

Kepala Dinas Pertanian DIY Dr Ir Ahmad Kasiani mengemukakan, akibat mundurnya musim tanam, produksi beras diperkirakan akan sedikit menurun. Namun demikian, DIY tetap suprlus beras, karena jumlah produksi padi masih jauh lebih tinggi dari kebutuhan beras warga DIY.

Menurut Kasiani, kebutuhan beras penduduk DIY sebanyak 23 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi beras mencapai 400 ribu ton pertahun. ?Kalau pun produksi gabah turun karena cuaca, tetap masih surplus,? ujarnya.

Sementara itu dari Semarang diberitakan, para pengusaha slep yang memproduksi gabah menjadi beras, mulai bicara. Budi Sabarsah, pemilik perusahaan slep CV Sri Makmur Semarang, sekaligus pedagang beras antardaerah mengatakan, tidak benar bila stok beras produksi petani di Jawa Tengah diborong ke Jakarta untuk mengatasi korban banjir.

?Stok di tangan pedagang beras di Jateng masih melimpah, karena ditolak para pedagang beras di Jakarta, yang sejak musibah banjir, justru Jakarta ?kebanjiran? beras oplosan,?jelasnya.

Menurut Budi, terakhir beras Jateng dijual ke Jakarta, sebelum datang banjir. Setelah itu, yang beredar di Jakarta justru beras oplosan antara beras OP yang dibeli dari Dolog seharga Rp 3.700/kg, dicampur beras impor yang harganya murah. Selanjutnya, beras tersebut diganti karung dan dijual ke pasar bebas di Jakarta dengan harga berkisar Rp 6.000/kg. ?Saya tahu persis, beras itu dioplos di beberapa tempat di Pasar Induk Cipinang Blok M. Setelah berganti karung, beras oplosan itu dijual dengan harga Rp 6.000/kg,? ungkapnya.

Di Jakarta, Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo menegaskan, para pedagang yang diketahui melakukan pembelian beras OP yang dilakukan pemerintah kemudian dijual kembali dengan harga pasar, akan ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku, karena ulah mereka merupakan tindakan kriminal.

?Sudah ada (kasus itu) yang ditemukan dan akan dikenakan sanksi hukum yang berlaku. Itu kan merupakan tindakan kriminal,?tegas Widjanarko Puspoyo seusai mengikuti rapat koordinasi pengendalian harga beras dengan 13 gubernur di kantor presiden Jakarta, Kamis (15/2) sore.

Menko Perekonomian Boediono menambahkan, untuk mengatasi penyalahgunaan itu, pemerintah selalu melakukan evaluasi dan dipantau (monitor) setiap harinya. ?Akan ada tim pengendali,untuk laporkan setiap minggunya (rapat bersama) tentang pelaksanaan OP dan upaya menurunkan harga beras pada tingkat yang normal,? tegasnya.

Widjanarko menegaskan lagi, pihaknya sedang tertibkan kasus itu. Pasalnya mereka (para pedagang-red) sendiri sudah menandatangani pernyataan antara lain bersedia untuk tidak menukar karung, membayar tunai dan lainnya.

Selain itu untuk meredam terjadinya penyimpangan saat operasi pasar, polanya akan dimodifikasi dengan menerapkan tiga tipe. Tipe pertama, operasi pasar di pasar grosir atau pasar induk dengan jumlah 50 ton per tempat dan harganya Rp 3.450 per kilogram. Tipe kedua, operasi pasar di pasar-pasar tradisional dengan jumlah 5 ton per tempat. ?Harga jualnya diatur sendiri antara grosir dan pasar,? jelasnya.Tipe yang ketiga, operasi pasar dengan sasaran kepengecer kecil atau rumah tangga dengan kemasan khusus dan harganya Rp 3.700 per kilogramnya.

Menurut Dirut Perum Bulog,target pemerintah dengan impor beras (500.000 ton) dan operasi pasar, menurunkan harga beras nasional pada akhir Februari 2007 ini menjadi rata-rata Rp 4.250 per kilogram untuk jenis beras IR 64 tipe 3.

?Target secara nasional, rata-rata harga beras akan turun menjadi Rp 4.250 per kilogram pada akhir Februari ini. Jadi bisa saja di satu daerah harganya Rp 5.000 tetapi di daerah lain Rp 3.800. Itu target rata-rata harga beras nasional untuk IR 64 tipe 3, tipe terendah yang paling banyak dikonsumsi rakyat,? jelasnya lagi. Ditambahkan, harga beras jenis IR 64 tipe 3 di pasaran dan di tangan pembeli kini masih tinggi yang bervariasi antara Rp 4.700 sampai Rp 5.500 per kilogram.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri meminta kepada para gubernur agar OP benar-benar diawasi dan dipastikan beras itu sampai ke rakyat miskin yang membutuhkannya.

Terpisah, Ketua DPR-RI HR Agung Laksono mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah cepat menemukan solusi kesulitan beras. ?Jadi, kalau perlu segera dilakukan impor. Tidak ada jalan lain untuk mengatasi persoalan beras tersebut,? katanya. (Tim KR/ cPanel? )..



http://click.adbrite.com/mb/click.p...aab1aa17b14&variation_id=73833&keyword_id=176
 
Back
Top