Yudas Iskariot: Pengkhianat atau Pahlawan?

Aan

New member
Di tangan orang yang tidak paham, segepok naskah kuno tidak berarti apa-apa. Itulah nasib Injil Yudas. Selama hampir tiga dekade, lembar-lembar papirus yang dibungkus dengan kulit binatang hanyalah dihargai sebatas barang kuno. Sampai akhirnya, di kamar sebuah hotel di Jenewa, Mei 1983, manuskrip berbahasa campuran Yunani dan Koptik itu ditawarkan kepada Dr. Stephen Emmel, yang mendapat tugas dari Southern Methodist University untuk mengecek naskah tersebut.

Harga yang ditawarkan US$ 3 juta. Angka ini di luar kemampuan universitas. Injil Yudas sempat ditawarkan secara diam-diam. Namun, tidak ada satu pun perpustakaan besar di Amerika yang berminat, karena mereka juga mempertanyakan asal-muasalnya. Tiba-tiba sebuah lembaga nirlaba yang berkedudukan di Basel, Maecenas Foundation, membeli manuskrip itu. Lembaga ini diketuai Mario Jean Roberty, seorang pengacara.

Menurut pemilik sebelumnya, naskah kuno itu ditemukan di Muhafazat al-Minya, Mesir, antara 1950-an dan 1960-an. Keberadaan teks itu diungkap di depan publik pertama kali oleh Rudolf Kasser dalam konferensi pakar-pakar Koptik di Paris, Juli 2004. Kemudian, pada 30 Maret 2005, juru bicara Maecenas menyatakan rencananya untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Naskah yang kondisinya sangat rapuh itu kini terus dalam proses penyelamatan dan pemeliharaan.

Maecenas Foundation juga mengumumkan komposisi tim yang terdiri dari beberapa pakar sejarah Koptik, yang diketuai Rudolf Kasser, bekas profesor di Universitas Jenewa. Rudolf Kasser dikenal luas sebagai pemimpin terjemahan manuskrip kuno yang ditemukan di Nag 'Hammadi, Mesir, pada 1945.

Teks Nag 'Hammadi memuat ungkapan iman dari penulis-penulis Gnostik (pengetahuan mistik) pada awal pembentukan komunitas Kristen. Teks-teks Nag 'Hammadi sebagian besar memiliki kesamaan tahun dengan naskah kuno Injil Yudas. Tulisan-tulisan Gnostik pada awal pembentukan agama Kristen dikategorikan sebagai bid'ah oleh para pemimpin Gereja Kristen abad kedua sampai abad keempat.

Bila kerja tim sesuai rencana, dalam waktu satu tahun proyek itu akan kelar. Direktur Maecenas, Roberty, menyatakan bahwa uji karbon usia papirus itu menunjukkan, naskah tersebut kemungkinan besar berasal dari awal abad ketiga atau keempat Masehi.

"Kami telah menerima hasil uji karbon, teks lebih tua dari yang kami kira, pada periode antara awal abad ketiga dan keempat," kata Roberty, seperti dikutip situs online middle-east.

Belakangan, menurut Rudolf Kasser, 79 tahun, dokumen itu berasal dari tahun 220 sampai 340 Masehi. Ia juga menyatakan bahwa dokumen itu tak mungkin palsu. Dan untungnya, selama 1.700 tahun, secara tak sengaja naskah papirus itu terus-menerus berada dalam kegelapan. Kondisi ini menyebabkan tinta kuno di dalam lembar papirus itu tidak pudar dan terlindungi dari sinar matahari yang bisa merusakkannya.

Harus dipahami pula, selama berabad-abad manuskrip itu tidak mendapat penanganan yang memadai. Satu halaman naskah kemungkinan telah hilang ketika berada di pasar barang antik. Manuskrip Injil Yudas yang masih benar-benar utuh tinggal tiga perempatnya. Setelah restorasi dan proses terjemahan selesai, naskah itu nantinya disimpan di Museum Koptik, Kairo, Mesir. Koptik adalah sebutan untuk menunjuk komunitas Kristen kuno di Mesir, yang tradisi keagamaannya hingga kini masih eksis terjaga.

Satu tahun lebih setelah temuan itu diungkap ke publik, kini terjemahan Injil Yudas sudah bisa dikonsumsi publik. Sukses penyelamatan, otentifikasi, dan terjemahan naskah kuno itu tidak lepas dari jerih payah tim gabungan yang terdiri dari orang-orang National Geographic, Maecenas Foundation for Ancient Art, dan The Waitt Institute for Historical Discovery.

Secara terbatas, tayangan langsung melalui internet sudah bisa dikonsumsi media massa pada Kamis pekan lalu pukul 21.30 WIB. Selanjutnya National Geographic Channel menayangkannya secara spesial kepada publik pada Ahad 9 April malam, pukul 21.00 WIB. Di mata umat Kristen, pengungkapan Injil Yudas ini akan memberikan perspektif baru mengenai peran Yudas Iskariot.

Injil Yudas ini pada masa itu digunakan oleh komunitas Kristen Gnostik yang disebut Kainite. Keberadaan sekte Kainite ini pernah disinggung oleh Irenaeus dalam bukunya, Adversus Haeresis, di Lyon sekitar tahun 180 Masehi. Kata ''Kainite'' diambil dari tokoh dalam kisah di Perjanjian Lama, Kain yang membunuh saudaranya, Abil. Sekte Kainite menganggap Yudas Iskariot, yang dinilai Gereja Kristen sebagai pengkhianat, tidak sepenuhnya bisa dinilai sebagai penjahat.

Peran Yudas sebagai pengkhianat, menurut sekte Kainite, sebenarnya bagian dari misi Ilahi, sehingga terjadi penangkapan dan penyaliban atas diri Yesus. Menurut empat Injil yang diakui oleh Gereja, yakni Injil Markus, Matius, Lukas, dan Yohannes, Rasul Yudas Iskariot adalah pengkhianat. Ia telah mengkhianati Yesus dengan membantu tentara Romawi menemukan dan kemudian menyalibkannya.

Dikisahkan, Yudas mencium Yesus sebagai pertanda bahwa dialah orang yang tengah diburu penguasa Romawi untuk ditangkap. Yudas kemudian diceritakan mendapat 30 keping uang perak. Setelah kejadian itu, Yudas menyesali perbuatannya. Ia tidak sempat memakai uang pemberian tentara Romawi itu dan membuangnya. Menurut versi keempat Injil yang disebut Perjanjian Baru itu, Yudas kemudian mati gantung diri.

Pada tahun 325, di bawah tuntunan penguasa pertama Romawi yang masuk Kristen, Kaisar Konstantinus, Gereja Roma Katolik hanya mengakui empat Injil itu. Sedangkan 30-an Injil lainnya dikesampingkan. Injil-injil itu kini dikelompokkan dalam New Testament Apocrypha atau Perjanjian Baru yang kebenarannya diragukan.

Yang menarik dari Injil Yudas adalah munculnya dialog yang sangat erat antara Yudas dan Yesus. Dalam dialog itu disebutkan, Yudas mengkhianati Yesus karena sebenarnya dirinya sudah tahu sebelumnya dan mendapat perintah langsung dari Yesus. Yudas juga dilukiskan sebagai murid kesayangan Yesus dan sangat taat, sehingga mengikuti perintahnya.

Dalam Injil Yudas tak diungkap jelas bagaimana Yudas meninggal. Juga soal hadiah 30 keping uang perak dari penguasa Romawi. Menurut Craig A. Evans, salah satu anggota tim peneliti Injil Yudas, manuskrip Yudas ini hendak menegaskan kesaksian Irenaeus, yang ditulis pada akhir abad kedua. Injil Yudas juga dapat mempertahankan spekulasi awal yang berkaitan dengan motif Rasul Yudas mengkhianati Yesus, tuannya.

Komunitas Gnostik pada masa sejarah Gereja perdana memiliki keyakinan bahwa Yudas bertindak atas perintah Yesus. Dalam konteks ini, Injil Yudas, menurut Craig A. Evans, akan membuka pendekatan penelitian yang menarik.

"Injil Yudas juga telah memberikan informasi paling awal tentang mengapa Yudas melakukan apa yang ia lakukan," katanya.

Francois Gaudard, anggota tim peneliti Injil Yudas yang lain, menilai temuan Injil ini sangatlah penting. Isinya merehabilitasi peran Yudas. Selama ini, Yudas digambarkan sebagai sosok pengkhianat yang jahat. Namun, dalam Injil Yudas, nama Yudas direhabilitasi karena dipandang sebagai murid terdekat Kristus. Bahkan Yudas adalah orang yang dipilih untuk "mengkhianatinya" dalam rangka memenuhi perintah Tuhan.

Yang paling luar biasa dari naskah kuno itu, menurut Rudolf Kesser, adalah kesaksian Yudas dari masa lalu dalam bentuk percakapan antara Yudas dan Yesus. Yesus menjelaskan pada Yudas bahwa dirinya harus meninggalkan ke-12 muridnya. Yesus berkata, sangat penting seseorang membebaskan dia dari tubuh manusianya. Dan dia lebih memilih dibebaskan seorang teman daripada oleh seorang musuh.

Sehingga, tambah Rudolf Kesser, Yesus meminta Yudas, temannya, untuk mengadukannya, mengkhianatinya.

"Di mata awam, hal itu adalah pengkhianatan. Tapi, di antara Yesus dan Yudas, hal itu sama sekali bukan pengkhianatan," ujarnya.

Walau para ilmuwan teologi telah memiliki hipotesis tentang hal itu, untuk pertama kalinya sebuah naskah kuno membela ide tersebut.

Di mata Elaine Pagels, anggota dewan penasihat naskah kuno National Geographic, Injil Yudas telah mentransformasi pemahaman orang tentang agama Kristen pada masa-masa perdana. Penemuan itu, bersamaan dengan temuan Injil Thomas dan Injil Maria Magdalena, menurut profesor agama Yayasan Harrington Spear Paine di Universitas Princeton itu, telah mengkritisi mitos agama monolitik.

"Penemuan itu telah menunjukkan betapa beragam dan menariknya gerakan-gerakan komunitas Kristiani pada masa-masa awal," katanya.
 
Memang Yudas Iskariot tidak mungkin menghianati Isa as anak maryam, tapi dia memang orang terpilih dari Alloh SWT untuk menyelamatkan nabi Isa as.Mana mungkin ke 12 orang pengikut Nabi menghianati orang sekaliber Nabi Isa hanya demi 30 keping perak.
"maka yesus yg mengetahui semua yg akan menimpa dirinya maju kedepan dan berkata kepada mereka: siapakah yang kamu cari?"

Jawab mereka: " Yesus dari nazaret." katanya kepada mereka:" akulah dia."Yudas yang menghianati Dia berdiri juga di situ bersama mereka.

Ketika ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia, " mundurlah dia dan jatuh ketanah. (Yohanes 18: 4-6)

Apabila di perhatikan, maka makna apakah yg di maksud pada kalimat"Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa dirinya, maju kedepan dan berkata kepada mereka:"Siapakah yang kamu cari" dan dengan jawaban yg aneh mereka mengatakan " Yesus dari Nazaret."
Yang paling mengherankan adalah ketika yesus mengatakan : "Akulah Dia, " Mundurlah mereka dan jatuh ke tanah."

Padahal selama bertahun-tahun Yesus setiap hari mengajar di Bait Alloh, jadi tidak mungkin para imam kepala dan pengikutnya tidak kenal kepada Yesus, dan seharusnya dialog di atas tidak perlu.

Dalam injil Yohanes, peristiwa yang paling mengherankan adalah ketika yesus menjawab: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.

Ada apa dengan kalimat" Akulah Dia" sehingga menyebabkan mereka mundur dan jatuh ketanah.

untuk cerita selanjutnya baca bukuYUDAS PENGKHIANAT ATAU PENYELAMAT ( tinjauan kitab suci dan sejarah ) karya MUSADIQ MARHABAN
 
injilnya ketemuanya di mesir
trus bahasa yunani

yg tau sejarah kitab suci di satukan
harusnya tau yah
itu tuh mencurigakan


Gb
 
Back
Top