Pembebas kaum papa dan wanita

Aan

New member
Hampir semua media hari itu, Sabtu, 14 Oktober, memasang headline plus foto besar peraih nobel perdamaian tahun 2006, Muhammad Yunus asal Bangladesh. Rasanya rugi kalau kita sampai ketinggalan berita tentang tokoh yang dijuluki Bankirnya Orang Miskin ini. Baru kali ini, sepanjang 61 tahun sejarah penghargaan nobel, Komite Nobel memberikan penghargaan nobel perdamaian bukan kepada selebriti yang sudah terkenal di dunia, juga bukan figur dan badan yang dijagokan, tetapi yang peduli pada pemberdayaan kaum papa dan wanita.

Sebelumnya, banyak kalangan menjagokan mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari yang berjasa meredakan konflik Aceh. Tokoh lain yang dijagokan adalah Mantan Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans yang berjasa merekonstruksi Kamboja dan Vietnam; aktivis etnik Uighur Rebiya Kadeer yang menuduh Pemerintah China menyiksa orang Uighur di barat daya Xinjiang; dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ada satu pelajaran penting yang saya peroleh setelah membaca berita dan profil pendiri Bank Grameen yang kini memiliki 2.226 cabang di 71.371 desa dan mampu menyalurkan kredit puluhan juta dollar AS per bulan kepada 6,6 juta warga miskin ini. Meski ia bergelar profesor ekonomi di Universitas Chittagong, ahli dalam bidangnya, alias orang cerdas dan pintar, dia bisa 'mengaplikasikan' apa yang dia punya untuk membantu orang lain. Bandingkan dengan diri kita sendiri, orang-orang pintar di televisi, para pakar, tokoh partai, semua orang yang mengaku dirinya pintar, lebih sering beretorika (omong doang) dengan ilmunya tanpa pernah menyentuh realita. Suka berjanji tapi tidak pernah menepati. Kasih solusi, tapi tidak pernah terjun sendiri membuktikannya. Diberkati tetapi tidak pernah (ogah) memberkati orang lain. Dalam bahasa Muhammad Yunus yang merasa bersalah, ""Ketika banyak orang sedang sekarat di jalan-jalan karena kelaparan, saya justru sedang mengajarkan teori-teori ekonomi yang elegan."

Bermula dari memberikan pinjaman sebesar 27 dollar AS kepada seorang ibu miskin, perajin bambu, di tahun 1974, tekadnya membantu kaum miskin agar bisa mengangkat derajat mereka sendiri berbuah sedikit demi sedikit. Kini, ia bersama Bank Grameen sudah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dan lembaga untuk lebih memerhatikan orang-orang miskin, orang-orang terbuang dan terpinggirkan.

Saya tidak tahu betul dan tidak ambil peduli sejauh mana pemahaman agama yang dianut oleh Muhammad Yunus. Tetapi sebagai orang Kristen, kita seharusnya malu karena ada orang-orang yang meskipun tidak 'Kristen', namun menghidupi dan meyakini jalan dan teladan yang sudah diberikan Yesus Kristus selama Ia di dunia. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).
 
Back
Top