Mengenal Rumah Tradisional Korea yang Berkonsep Menyatu dengan Alam

GuruRumah

New member
Properti Blog » Informasi Umum » Seperti Apa Rumah Tradisional Korea?
Seperti Apa Rumah Tradisional Korea?
Informasi Umum oleh Alex Pangestu pada January 16, 2012

Rumah tradisional Korea dikenal dengan nama hanok. Mari kita kenali rumah tradisional yang memiliki sifat menyatu dengan alam sekitarnya tersebut.
Rumah tradisional Korea Hanok giwajip

Hanok tipe giwajip, rumah tradisional Korea yang atapnya terbuat dari genting. Rumah tipe ini biasanya dihuni oleh kalangan atas. (Foto: bzo/Wikipedia)

Pada dasarnya, eksterior dan interior rumah tradisional Korea ditata sedemikian rupa dengan prinsip yang disebut Baesanimsu, yang secara harafiah berarti rumah ideal adalah rumah dengan gunung di bagian belakang dan sungai di depan, serta memiliki ondol atau gudeul, sebuah sistem penghangat ruangan bawah lantai.

Meskipun demikian, ada perbedaan desain hanok berdasarkan daerah. Di daerah utara yang lebih dingin, rumah dibangun berbentuk segi empat tertutup agar lebih baik dalam menyimpan panas. Sementara di daerah tengah, rumah berbentuk “L” sedangkan di selatan, rumah berbentuk “I”.

Selain daerah, bentuk-bentuk hanok juga berbeda berdasarkan status sosial pemiliknya. Untuk kalangan atas–dikenal dengan kelas yangban–rumah memiliki atap dari genting yang disebut giwa. Rumah tersebut disebut giwajip. Rumah-rumah umum memiliki atap dari jerami. Sebutan untuk rumah ini adalah chogajip.
Rumah Tradisional Korea Hanok Chogajip

Chogajip, tipe lain hanok, adalah tipe rumah tradisional yang umum digunakan di Korea. (Foto: Diruwiki/Wikipedia)

Saat pertama kali membangun hanok, pilar-pilar kayu dan bingkai-bingkai didirikan. Kemudian, bingkai rumah diisi dengan bata yang terbuat dari tanah dan rumput. Lantai terbuat dari batu dan tanah.

Hanji, kertas tradisional, digunakan untuk mengisi jendela dan pintu. Hanji juga digunakan untuk dinding. Hanji yang dilapisi minyak digunakan untuk lantai.

Lantai hanok tidak menempel pada tanah. Ada ruang untuk ondol yang menggunakan pemanas di bawah ruangan. Ruangan dibuat tidak terlalu besar agar panas yang dihasilkan sistem ondol bisa efektif. Karena lantai sudah dihangatkan, orang Korea tidak menggunakan kursi atau ranjang. Mereka duduk atau berbaring langsung di lantai.
Interior hanok

Salah satu sudut dalam hanok. Biasanya hanok dilengkapi dengan ondol, sistem penghangat di bawah lantai.

Hanok masih digunakan hingga kini. Di berbagai area di Korea, hanok tetap dipertahankan dan masih ditinggali. Hanok Living Experience Center dibangun di beberapa area agar masyarakat modern tetap bisa merasakan tinggal di rumah tradisional. Beberapa daerah yang disebutkan Korea Tourism Organization adalah Jeonju Hanok Village, tempat orang bisa menikmati budaya tradisional sekaligus mencicipi hanok. Selain itu ada Andong, Jirye Art Village, Suaedang, Imcheonggak, dan Rakkojae di Seoul.

Sekadar informasi tambahan, Korea Tourism Organization menyebutkan bahwa ada penelitian ilmiah yang menemukan bahwa hanok baik untuk penyakit kulit dan beberapa keuntungan medis lain.
 
Konsep yang bagus. Indonesia sesungguhnya sudah memiliki konsep tersebut. Tokoh yang melahirkan konsep arsitektur selaras alam tersebut adalah Romo J. B. Mangunwijaya. Rumah menurutnya, bukan sekadar rancang bangun semata tetapi juga merupakan bangunan kehidupan. Rumah mencerminkan penggunanya, menjamin kehidupan manusia, menampilkan unsur spiritual pribadi manusia yang menggunakannya. Oleh karena itu, sebuah bangunan rumah hendaknya juga memperhatikan kearifan alam dan disesuaikan dengannya. Rumah berhubungan dengan kehidupan, bukan sekadar penampilan bangunan sebagai benda mati. Rumah, dengan demikian memiliki jiwa yang akan memberikan kehidupan bagi penghuninya. Mari belajar dari Romo Mangun.
 
Back
Top