Alasan Warga Tionghoa Memilih Jadi Pedagang Dan Alergi Berpolitik

Dipi76

New member
Ini Alasan Warga Tionghoa Memilih Jadi Pedagang
Maria Natalia | Heru Margianto | Sabtu, 21 Januari 2012 | 15:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pada umumnya warga Tionghoa di Indonesia memilih bekerja di bidang perdagangan. Hal ini menurut anggota Komunitas Glodok, Hermawi Taslim, karena pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, tak ada pilihan bidang pekerjaan lain. Ruang gerak warga Tionghoa, kata dia, dibatasi saat itu.

"Kita dulu ketakutan masuk bidang lain, apalagi politik, lalu masuk ke dunia dagang. Zaman Soeharto enggak ada pilihan lain. Dulu kalaupun di dunia politik, orang Tionghoa hanya jadi bendahara. Lebih baik berdagang, enggak banyak aturan," ujar Taslim dalam diskusi "Imlek dan Peran Tionghoa Kini" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (21/1/2012).

Sementara itu, sejarawan yang banyak mendalami kehidupan Tionghoa di Indonesia, JJ Rizal, mengatakan, warga Tionghoa mulai terbiasa berdagang karena pada zaman penjajahan Belanda, penduduk asal China menjadi perantara jual-beli untuk berhubungan dengan masyarakat. Hal ini membuat warga Tionghoa dipandang sebagai penguasa ekonomi.

"Dulu orang Tionghoa jadi perantara untuk berhubungan dengan masyarakat dan sering disebut hantu uang atau mesin uang kekuasaan. Secara ekonomi dulu dikuasai masyarakat Tionghoa," ungkap Rizal.

Ia memaparkan, dulu warga Tionghoa susah menggeluti bidang lain karena trauma terhadap pembantaian dan diskriminasi yang terjadi pada tahun 1990-an, undang-undang yang membatasi ruang gerak, dan dijadikan "sapi perahan" yang diperas dengan berbagai alasan, ketika negara gagal dalam perekonomian.

"Orang Tionghoa dulu sering diperas ketika kekuasaan gagal urus negara," ungkapnya.

Namun, setelah perkembangan reformasi, kata Rizal, warga Tionghoa kini bukan hanya bekerja sebagai pedagang. Perlahan-lahan mereka mulai mencoba bidang baru, seperti olahraga, pekerja kantoran, dan berprestasi di dunia politik.

Rizal mengimbau agar masyarakat pribumi Indonesia juga membukakan pintu lapangan kerja bagi warga Tionghoa mengekspresikan keahlian mereka yang lain selain berdagang.


Kompas



-dipi-
 
Re: Alasan Warga Tionghoa Memilih Jadi Pedagang

Masih Ada Warga Tionghoa Alergi Berpolitik
Maria Natalia | Pepih Nugraha | Sabtu, 21 Januari 2012 | 12:58 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Menghadapi era reformasi ternyata sebagian warga keturunan Tionghoa di Indonesia masih menyimpan trauma untuk ikut berkiprah di dunia politik. Hal ini diungkapkan oleh Esther Yusuf, Ketua Yayasan Solidaritas Nusa Bangsa dalam diskusi "Imlek dan Peran Tionghoa Kini" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (21/1/2012).

"Warga Tionghoa memiliki trauma yang sangat besar dalam dunia politik. Kalau dulu orang berpolitik, dikejar-kejar, tidak diperbolehkan, berorganisasi saja enggak bisa. Ini jadi peringatan keras hingga saat ini, ada yang memilih untuk tidak ikut dunia politik," ujar Esther. "Jadi semacam ada alergi terhadap dunia politik," sambungnya.

Selain dunia politik, kata Esther, pilihan pekerjaan sebagai pegawai negeri juga tidak banyak diminati oleh etnis Tionghoa. Hal itu karena di zaman Orde Baru pekerjaan selalu disangkutpautkan dengan etnis. Warga Tionghoa dipertanyakan kewarganegaraannya sehingga tak mudah mendaftar sebagai pegawai negeri. "Pekerjaan sebagai pegawai negeri juga menjadi trauma bagi warga Tionghoa sehingga kita lihat tidak banyak yang menjadi pegawai negeri," jelasnya.

Terakhir Esther mengimbau agar di masa reformasi ini warga Tionghoa mulai perlahan-lahan meninggalkan trauma masa lalu yang masih melekat. Menurut dia, semua pekerjaan dapat dilakukan, yang terpenting warga Tionghoa juga memberikan apa yang terbaik untuk bangsa ini.

"Jangan alergi bergelut di politik dan pegawai negeri. Aturan sudah terbuka saat ini. Sebagian kelompok masyarakat di Indonesia sudah sangat semangat untuk membuka diri. Jadi mari kita lakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk negara di berbagai bidang kerja," katanya


Kompas



-dipi-
 
warga tionghoa di dunia hiburan nampaknya udah banyak tuh. Di TV nasional banyak yg jadi host, komedian hingga artis
 
Mafia dalam arti sebenarnya lho. :d
Nggak boleh disebut namanya, cukup kita sebut saja "You Know Who" seperti sebutan untuk Lord Voldemort di Harry Potter. ~LoL~

Kalau koruptor, di jaman Orba pun udah banyak tuh.

Tapi kita juga nggak bisa menutup mata bahwa orang-orang keturunan China banyak sekali yang berjasa untuk negeri ini. Di kalangan pengusaha, politikus, akademisi, olahragawan dll banyak yang sudah dilakukan untuk negeri ini. Itu bukti bahwa orang keturunan China nggak bisa dipisahkan dari apa yang disebut sebagai bangsa Indonesia, dan sudah selayaknya mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbagai bidang seperti suku bangsa lainnya yang ada di negeri ini.

Tapi sayangnya diskriminasi itu pun masih terjadi sampai saat ini.
Berapa banyak ya orang China yang jadi pegawai negeri?? ~LoL~
 
Back
Top