Bagaimana persepsi kalian mengenai sistem politik di Indonesia saat ini..?

waterflow_rio

New member
Bagaimana persepsi kalian mengenai sistem politik di Indonesia saat ini..?

Kalau menurut saya.. sistemnya udah bener.. bener dalam arti hirarki/susunan nya.. tapi tidak pada pengelolaannya.. dengan kata lain.. SDM nya yang bermasalah.. untuk lebih lanjut.. introspeksi diri aja.. gak cuma di lingkup pemerintahan/birokrasi.. di lingkup masyarakat aja banyak yang gak beretika dan moral.. dan menurut saya juga.. hal yang paling fundamental (dasar) dalam membangun negara adalah berawal dari individual orang per-orangannya.. sekarang gimana menurut kalian...?

[<:)[<:)[<:)

Sumber -> I'm a student of Political Science...
 
Last edited:
Re: Bagaimana

mendingan kembali seperti zaman pak Harto yaa, sebanyak-banyaknya 3 parpol

ga terlalu ngerti politik :)

Tapi kan den nilai demokrasinya minim.. maksudnya.. ketiga partai itu kan gak mungkin menampung semua kepentingan rakyat.. tujuan dibuatnya "sistem multi-partai" sekarang kan untuk lebih memperjelas kepentingan-kepentingan kelompok...

terlalu banyak parpol, bikin pusing

sumber -> i'm just a jealous guy :D

Sama aja kayak milih jurusan diuniversitas.. mana yang menurut pribadi lebih mewakili.. itu lah yang dipilih.. sisi positifnya banyak partai kan justru memperluas pilihan rakyat.. karna gak mungkin semua rakyat di Indonesia ini punya kepentingan yang sama.. misalnya : pengen berantas korupsi -> demokrat.. pengen fokus ke ekonomi mikro -> PDIP.. atau pengen berdasarkan agama -> partai2 agamais (PKS, PPP, dll).. terlepas dari terwujudnya keinginan itu secara keseluruhan...
 
Re: Bagaimana

Sistem multi partai itu melemahkan sistem presidensil yang keduanya sama-sama kita anut. Sistem multi partai itu membuat Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil, program pemerintah banyak yang tidak berjalan efektif.
Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro. Di sisi lain sistem gabungan ini menjamin stabilitas dalam berdemokrasi.

Semua itu ditambah dengan sikap individualistis politik, maka daku yakin negara ini nggak akan pernah punya suatu pemerintahan yang stabil dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Siapapun yang memerintah akan dihujani dengan kritik terus menerus, yang sebenarnya itu adalah implementasi dari sikap individualistis politik. Yang kalah dalam pemilu, selama 5 tahun akan selalu berusaha merongrong partai yang menang pemilu. Sehingga terbentuk pola bahwa yang kalah pemilu adalah sosok protagonis dan yang berkuasa adalah sosok antagonis.

Dan itu akan terjadi sepanjang waktu selama kita masih menganut kedua sistem ini bersamaan.
 
Re: Bagaimana

Sistem multi partai itu melemahkan sistem presidensil yang keduanya sama-sama kita anut. Sistem multi partai itu membuat Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil, program pemerintah banyak yang tidak berjalan efektif.
Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro. Di sisi lain sistem gabungan ini menjamin stabilitas dalam berdemokrasi.

Semua itu ditambah dengan sikap individualistis politik, maka daku yakin negara ini nggak akan pernah punya suatu pemerintahan yang stabil dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Siapapun yang memerintah akan dihujani dengan kritik terus menerus, yang sebenarnya itu adalah implementasi dari sikap individualistis politik. Yang kalah dalam pemilu, selama 5 tahun akan selalu berusaha merongrong partai yang menang pemilu. Sehingga terbentuk pola bahwa yang kalah pemilu adalah sosok protagonis dan yang berkuasa adalah sosok antagonis.

Dan itu akan terjadi sepanjang waktu selama kita masih menganut kedua sistem ini bersamaan.

begitulah ciri khas negara berkembang non, mudah terpancing emosinya,,, >:l >:l >:l
 
Sistem multi partai itu melemahkan sistem presidensil yang keduanya sama-sama kita anut. Sistem multi partai itu membuat Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil, program pemerintah banyak yang tidak berjalan efektif.
Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro. Di sisi lain sistem gabungan ini menjamin stabilitas dalam berdemokrasi.

Semua itu ditambah dengan sikap individualistis politik, maka daku yakin negara ini nggak akan pernah punya suatu pemerintahan yang stabil dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Siapapun yang memerintah akan dihujani dengan kritik terus menerus, yang sebenarnya itu adalah implementasi dari sikap individualistis politik. Yang kalah dalam pemilu, selama 5 tahun akan selalu berusaha merongrong partai yang menang pemilu. Sehingga terbentuk pola bahwa yang kalah pemilu adalah sosok protagonis dan yang berkuasa adalah sosok antagonis.

Dan itu akan terjadi sepanjang waktu selama kita masih menganut kedua sistem ini bersamaan.

Mungkin butuh penelitian lebih lanjut ya non.. [<:)
karna sebenarnya yang perlu dilirik itu bukan presidensil atau multipartai atau gimana-gimananya.. kalo mau di ubah.. ini udah merupakan perubahan loh.. ada reformasi birokrasi.. artinya diadakan perubahan besar-besaran terhadap perangkat2 pemerintah.. tapi apa ? hasilnya masih gak terlalu menggembirakan.. kayaknya masalahnya bukan dihubungan antara definisi presidensil dengan sistem multi-partainya non.. tapi dilingkup kinerja nya yang mungkin disebabkan banyak faktor.. tapi belum bisa dibuktiin jugak sih..

tapi pendapat non Second_Sister mengena ke topik.. hehehe...

begitulah ciri khas negara berkembang non, mudah terpancing emosinya,,, >:l >:l >:l

Emang negara punya emosi ya non ? hahaha.. [<:)
 
Entahlah sepertinya lagi carut marut ya? Mungkin bulan depan baru pulang

bener nih den.. kesannya orang Indonesia itu gak pantas bikin negara.. dosen saya pernah bilang: "Bisa kalian bayangkan (bayangkan bayangkan bayangkan).. jika saja negeri ini tidak punya pemerintahaan.. tidak akan jauh berbeda ama yang ada pemerintahannya.."

artinya tuh pak dosen pesimis amat yak.. tapi emang kenyataannya begitu.. bahkan katanya kita butuh Diktator yang bisa memutuskan segala perkara dengan TEGAS.. bukannya semi-semi gimana gitu..

tapi ngemeng2.. pulang kemana den...? >:l
 
Mungkin butuh penelitian lebih lanjut ya non.. [<:)
karna sebenarnya yang perlu dilirik itu bukan presidensil atau multipartai atau gimana-gimananya.. kalo mau di ubah.. ini udah merupakan perubahan loh.. ada reformasi birokrasi.. artinya diadakan perubahan besar-besaran terhadap perangkat2 pemerintah.. tapi apa ? hasilnya masih gak terlalu menggembirakan.. kayaknya masalahnya bukan dihubungan antara definisi presidensil dengan sistem multi-partainya non.. tapi dilingkup kinerja nya yang mungkin disebabkan banyak faktor.. tapi belum bisa dibuktiin jugak sih..

tapi pendapat non Second_Sister mengena ke topik.. hehehe...
Implikasi penerapan sistem multipartai yang melemahkan sisten presidensil itu bahkan sudah buaanyak banget penelitiannya lho.
Sebagai mahasiswa ilmu politik mestinya tahu buku-bukunya Mainwaring, Stepan, Skach, Linz dll. Nah di situ banyak dibahas soal kedua sistem ini.

Daku nggak terlalu berharap untuk dirubah, tapi yang perlu diingat bahwa tidak ada satupun negara di dunia ini dengan kedua sistem itu yang berhasil dengan baik, baik itu secara politik maupun ekonomi. Sistem multipartai dan presidensialisme adalah sebuah "kombinasi yang sulit" yang tak ditemukan dalam satu pun dari 31 kasus demokrasi yang stabil. Dibandingkan dengan sistem dua partai, sistem multipartai cenderung menghasilkan polarisasi ideologi. Sementara itu, dalam sistem presidensial koalisi antarpartai cenderung lebih sulit dibangun dibandingkan dalam sistem parlementer. Di tengah ketiadaan kekuatan partai mayoritas, kemungkinan bagi terjadinya jalan buntu legislatif eksekutif menjadi terbuka.

Stabilitas itu suatu hal yang sangat susah dicapai di dalam penggabungan 2 sistem ini, dan itu sangat jelas berdampak pada carut marutnya keadaan suatu negara.
Di negara ini, Gus Dur itu salah satu korbannya. Dengan perolehan suara partainya yang kecil, yang otomatis jumlah kursi di lembaga legislatif kecil, dia bisa jadi presiden. Tapi kedudukannya sedari awal sudah sangat labil karena dia nggak cukup punya amunisi di badan legislatif.

Bahkan untuk yang dipilih langsung oleh rakyat dengan suara mayoritas seperti SBY. Siapa yang berani menjamin bahwa DPR yang sekarang karena amandemen menjadi lembaga tertinggi negara itu, nggak selalu menggoyang SBY? Kecuali kalau partainya SBY bisa meraih lebih dari 51 persen kursi, itu mungkin baru stabil. Tapi hal seperti itu akan sangat mustahil di sistem multi partai.

Ada satu penelitian yang dilakukan oleh Linz, yang mengatakan bahwa tidak ada satupun dalam 50 tahun terakhir, suatu negara yang menganut kedua sistem ini yang bisa keluar dari negara berkembang untuk menjadi negara maju. Dan itu terjadi karena pembagian kekuasaan yang sama besar antara eksekutif dan legislatif karena kedua sistem ini.

Amerika serikat yang konon katanya negara paling demokratis dan paling liberal di dunia, nggak berani benar-benar menerapkan sistem multi partai di negaranya, karena dampaknya yang akan sangat negatif.

Itu Amerika yang secara pola pikir dan maturity berpolitiknya udah stabil masih nggak berani menerapkan sistem ini. Gimana jadinya jika ini diterapkan ke negara-negara berkembang yang masih mementingkan kepentingan ideologi dan kepartaiannya ketimbang kepentingan nasional? Ya hasilnya bakal seperti yang dibilang oleh penelitiannya Linz, tidak akan ada negara berkembang yang menjadi negara maju karena menerapkan 2 sistem ini secara bersamaan.


Sumber ====>>> I'm just a housewife
 
Politik di negara kita Indonesia tercinta ini sebagian para politikusnya masih berorientasi pada kepentingan golongan, sebagian lagi yang bertujuan untuk membesarkan/memajukan kesejahteraan rakyat ( punya rasa mencintai negara Indonesia ). Agenda-agenda politik ada beberapa untuk kepentingan golongannya saja, dan bila masih banyak terdapat koruptor yaitu golongan orang-orang yang tidak mempunyai rasa cinta pada bangsa Indonesia ini, maka segala jenis program-program pembangunan tidak akan berjalan dengan benar dan maksimal. Pertanyaannya, berapa tahun lagi negara kita bisa sejahtera, maju, besar, disegani dan berpengaruh di dunia internasional?
 
Last edited:
bener nih den.. kesannya orang Indonesia itu gak pantas bikin negara.. dosen saya pernah bilang: "Bisa kalian bayangkan (bayangkan bayangkan bayangkan).. jika saja negeri ini tidak punya pemerintahaan.. tidak akan jauh berbeda ama yang ada pemerintahannya.."

artinya tuh pak dosen pesimis amat yak.. tapi emang kenyataannya begitu.. bahkan katanya kita butuh Diktator yang bisa memutuskan segala perkara dengan TEGAS.. bukannya semi-semi gimana gitu..

tapi ngemeng2.. pulang kemana den...? >:l

pulang ke Indonesia Den XD pengen makan soto :3

Iya sih, sempet liat sindirian di Youtube SBY masih prihatin terus, belum keliatan take action den.

Dictator? Well there's a lot anti-communism here, i think it won't work. better try American system dude :D
 
Multipartai hendaknya menjadi iklim yang mnyehatkan bagi demokrasi bangsa ini. Bagi saya, yang menjadi persoalan utama adalah adanya konsep yang menjadikan negara sebagai 'sapi perah' untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan diri dan juga kelompok tertentu. Masih belum ada manusia Indonesia yang punya jiwa humanis yang berani mempertaruhkan pengabdian dirinya bagi kepentingan bangsa dan negara ini.
 
Multipartai hendaknya menjadi indikasi menuju semakin sehatnya iklim demokrasi kita. Persoalan yang menurut saya perlu disadari adalah adanya semangat untuk menjadikan negara ini sebagai 'sapi perah' demi memperkaya diri dan juga kelompok tertentu. Jika semangat ini tetap ada dalam konsep manusia Indonesia, maka sesempurna apa pun sistem yang ada, hasilnya tetap akan bobrok.
 
Implikasi penerapan sistem multipartai yang melemahkan sisten presidensil itu bahkan sudah buaanyak banget penelitiannya lho.
Sebagai mahasiswa ilmu politik mestinya tahu buku-bukunya Mainwaring, Stepan, Skach, Linz dll. Nah di situ banyak dibahas soal kedua sistem ini.

Daku nggak terlalu berharap untuk dirubah, tapi yang perlu diingat bahwa tidak ada satupun negara di dunia ini dengan kedua sistem itu yang berhasil dengan baik, baik itu secara politik maupun ekonomi. Sistem multipartai dan presidensialisme adalah sebuah "kombinasi yang sulit" yang tak ditemukan dalam satu pun dari 31 kasus demokrasi yang stabil. Dibandingkan dengan sistem dua partai, sistem multipartai cenderung menghasilkan polarisasi ideologi. Sementara itu, dalam sistem presidensial koalisi antarpartai cenderung lebih sulit dibangun dibandingkan dalam sistem parlementer. Di tengah ketiadaan kekuatan partai mayoritas, kemungkinan bagi terjadinya jalan buntu legislatif eksekutif menjadi terbuka.

Stabilitas itu suatu hal yang sangat susah dicapai di dalam penggabungan 2 sistem ini, dan itu sangat jelas berdampak pada carut marutnya keadaan suatu negara.
Di negara ini, Gus Dur itu salah satu korbannya. Dengan perolehan suara partainya yang kecil, yang otomatis jumlah kursi di lembaga legislatif kecil, dia bisa jadi presiden. Tapi kedudukannya sedari awal sudah sangat labil karena dia nggak cukup punya amunisi di badan legislatif.

Bahkan untuk yang dipilih langsung oleh rakyat dengan suara mayoritas seperti SBY. Siapa yang berani menjamin bahwa DPR yang sekarang karena amandemen menjadi lembaga tertinggi negara itu, nggak selalu menggoyang SBY? Kecuali kalau partainya SBY bisa meraih lebih dari 51 persen kursi, itu mungkin baru stabil. Tapi hal seperti itu akan sangat mustahil di sistem multi partai.

Ada satu penelitian yang dilakukan oleh Linz, yang mengatakan bahwa tidak ada satupun dalam 50 tahun terakhir, suatu negara yang menganut kedua sistem ini yang bisa keluar dari negara berkembang untuk menjadi negara maju. Dan itu terjadi karena pembagian kekuasaan yang sama besar antara eksekutif dan legislatif karena kedua sistem ini.

Amerika serikat yang konon katanya negara paling demokratis dan paling liberal di dunia, nggak berani benar-benar menerapkan sistem multi partai di negaranya, karena dampaknya yang akan sangat negatif.

Itu Amerika yang secara pola pikir dan maturity berpolitiknya udah stabil masih nggak berani menerapkan sistem ini. Gimana jadinya jika ini diterapkan ke negara-negara berkembang yang masih mementingkan kepentingan ideologi dan kepartaiannya ketimbang kepentingan nasional? Ya hasilnya bakal seperti yang dibilang oleh penelitiannya Linz, tidak akan ada negara berkembang yang menjadi negara maju karena menerapkan 2 sistem ini secara bersamaan.


Sumber ====>>> I'm just a housewife

Hehehe.. sumbernya lumayan aneh non.. kalo bisa tulisin detail bukunya dong non.. kan bisa jadi masukan..

saya akui memang literatur di kampus saya itu tidak begitu lengkap (apa yang dibutuhkan pasti ada).. oleh karenanya lah saya nulis ini thread.. berharap begitu banyak masukan..

eniwei.. tetep.. satu hal yang sangat fatal di negeri ini itu memang penghuni negeri ini sendiri.. seperti saya misalnya.. masih sering ngedepanin kepentingan pribadi saya.. jadi kalau dalam konteks sistem-birokrasi ada yang kayak saya.. dari sudut pandang struktural-fungsional itu bakalan mempengaruhi keseluruhan sistem.. tambah lagi orang2 yg kayak saya itu ada ditiap2 sistem-birokrasi..

entah kenapa saya lebih suka memandang segala sesuatu dengan sederhana.. tapi melalui proses yg rumit (yang saya sendiri nyaris epilepsi memahaminya) terlebih dahulu.. saya berpikiran bahwa semua jenis sistem itu tidak mungkin salah sama sekali atau benar sama sekali.. misalnya Amerika.. yang kita lihat sistem politik mereka tidak begitu diselimuti konflik seperti negara2 lainnya yang lebih sering bermasalah.. oke.. coba lihat penduduknya.. hampir seluruh warga Amerika melek hukum/politik (Rodee dkk.). Apakah sistemnya yang keren..? gak deh.. orang2 sana yang memang dasarnya udah sadar diri (kesadaran politik).. atau Inggris misalnya.. kok gak heboh konflik ya..? apa sistemnya sama ama Amerika..? bertolak belakang malah.. tapi lihat warganya.. saya rasa udah bisa ditebak..

secara sederhana.. pertanyaannya adalah.. siapa yang menggerakkan mesin sistem politik sebuah negara..? rakyatnya sendiri toh.. tapi buka berarti sistem itu tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan berjalannya kinerja sebuah negara secara keseluruhan.. tapi penentu baik-buruknya proses mesin politik itu bekerja kan ada ditangan rakyatnya..

oke lah.. bisa dikatakan kalau menurut beberapa tokoh di atas korelasi antara sistem multipartai-presidensial belum pernah sukses menghantar sebuah negara ke arah kemajuan.. negara mana dulu.. negara kita ini multi-kultural.. kalo misalnya perolehan suara untuk kursi parlemen tidak stabil.. yah.. itu hal yang lumrah.. bahkan memang itu lah ciri khas negara yang multi-kultural.. kalo masalah bejibunnya partai kan kembali lagi ke UU.. disitu udah di atur.. dan yang mengaturnya pun orang yang BERHAK dan BERKOMPETEN untuk mengaturnya.. kita harus hargain kerja mereka.. kalo tidak puas ya sampein.. dengan catatan jangan ngancur2in properti rakyat (maaf oot)..

mungkin respon saya belum begitu menutupi semua tanggapan non second_sister.. tapi intinya nasib negara ini tidak berada ditangan sistem.. tapi ditangan anak bangsanya sendiri.. terlepas dari penilaian terhadap sebuah sistem.. karna sistem itu ibarat baju.. baju itu hanya akan cocok dipakai untuk badan yang juga sesuai ama ukuran yang memakainya.. sistem politik dinegara ini siapa yang buat..? dan atas dasar apa menggunakan itu..? untuk siapa sistem itu di buat..? jawabannya cuma satu..

saya ingin mengklarifikasi mengenai sumber yang saya tulis dithread head (sumber -> I'm a student of Political Science...) karena seolah-olah tulisan itu terkesan sombong.. sebenarnya maksud saya menulis itu bertujuan untuk menunjukkan kalo saya ini pelajar.. bukan dosen.. bukan ahli.. bukan sok tau.. bukan juga ibu rumah tangga (maaf.. oot lagi).. artinya saya membuat itu dengan tujuan untuk menunjukkan keinginan saya belajar dan bertukar pikiran dengan para member of indonesiaindonesia.. just it.. dan satu lagi.. saya tidak sedang tidur waktu menulis ini (?).. so..

salam binal...
 
Politik di negara kita Indonesia tercinta ini sebagian para politikusnya masih berorientasi pada kepentingan golongan, sebagian lagi yang bertujuan untuk membesarkan/memajukan kesejahteraan rakyat ( punya rasa mencintai negara Indonesia ). Agenda-agenda politik ada beberapa untuk kepentingan golongannya saja, dan bila masih banyak terdapat koruptor yaitu golongan orang-orang yang tidak mempunyai rasa cinta pada bangsa Indonesia ini, maka segala jenis program-program pembangunan tidak akan berjalan dengan benar dan maksimal. Pertanyaannya, berapa tahun lagi negara kita bisa sejahtera, maju, besar, disegani dan berpengaruh di dunia internasional?

Waah.. I love this country.. khususnya ndang-ndut.. iya den.. walau gimanapun saya juga percaya disetiap gerombolan penyamun itu pasti ada seseorang yang waras hatinya.. tapi tetep aje yg penyamun selalu nge-mayorin.. wong banyakan mereka.. lagi mumet nih den.. pokoknya makasih komennya.. this is so valuable for me.. :D

sulit juga untuk bilang yang baik2,
cz perbandingannya 10:2

hahaha.. ape dah.. [<:)

pulang ke Indonesia Den XD pengen makan soto :3

Iya sih, sempet liat sindirian di Youtube SBY masih prihatin terus, belum keliatan take action den.

Dictator? Well there's a lot anti-communism here, i think it won't work. better try American system dude :D

MAKAN SOTO..? gak elit amat den.. hahaha.. tambahin cendol kek.. biar matching sekalian.. :))

heran ya den.. sebenarnya negara ini tuh negara proletarian (pekerja/petani: kelas oleh Lenin) loh.. dan ideologi komunis kan gak salah2 amat (kecuali agama).. oke lah.. masalah agama kan bisa di sesuain di UU.. banyak kok ideoogi yang menyesuaikan ama keadaan negaranya sendiri.. tapi apa karna doktrin orba yang masih nempel2 di masyarakat yak den.. menurut aden gimana..? dalam hal pengaruh sebuah sistem/ideologi terhadap prospek suatu negara kedepannya...?

Multipartai hendaknya menjadi iklim yang mnyehatkan bagi demokrasi bangsa ini. Bagi saya, yang menjadi persoalan utama adalah adanya konsep yang menjadikan negara sebagai 'sapi perah' untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan diri dan juga kelompok tertentu. Masih belum ada manusia Indonesia yang punya jiwa humanis yang berani mempertaruhkan pengabdian dirinya bagi kepentingan bangsa dan negara ini.

Iklim yang menyehatkan, setuju.. angin seger tuh.. dan.. NAH.. manusia Indonesianya den.. kayak model2 saya ni.. paling gak tahan diledekin ama uang seratus ribuan (murah amat yak).. sampe2 demi itu bisa aja bacok2an ama sodara.. parah manusia Indonesia kayak saya.. perlu perombakan sistem pendidikan kali yak.. tau deh den...
 
Back
Top