d-net
Mod
Saat Keluarga Saksikan Jasad 3 TKI Malaysia
"Karena situasi di Malaysia agak berbeda, mereka tidak berani tanya, apalagi menggugat."
Tak ada kata menyerah bagi keluarga tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas mencurigakan di Malaysia. Setelah mengadu ke Kementerian Luar Negeri kemarin, mereka akan menemui Polda Nusa Tenggara Barat. Dengan permintaan sama: otopsi.
Pendamping pihak keluarga dari LSM Koslata, M Soleh mengatakan, permintaan otopsi pada jasad Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Noon (28), secara resmi akan disampaikan siang nanti ke polisi. Ada dua yang ingin mereka pastikan dari eksaminasi post mortem tersebut, apakah benar ketiganya tewas akibat luka tembak, dan mengapa ada jahitan di tubuh korban terutama di bagian mata. "Karena keluarga tidak mengetahui informasi saat mayat sampai di Mataram," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 25 April 2012.
Soleh lantas menceritakan awal mula kecurigaan pihak keluarga. Kala itu kakak korban Abdul Kadir yang bernama Hirman, ditemani sejumlah TKI, melihat jasad adiknya di Rumah Sakit Port Dickson. Ia melihat jahitan di dada kiri ke kanan, dada turun ke bawa perut, dan perut dari kiri ke kanan ketiga TKI. Juga mata. "Karena situasi di Malaysia agak berbeda, mereka tidak berani tanya, apalagi menggugat," cerita Soleh.
Apalagi, saat itu mereka dalam posisi yang emosional, sedih kehilangan anggota keluarga. "Tidak ada bayangan apapun, yang terpikir, 'pokoknya adikku harus pulang'," tambah dia.
Saat itu keluarga korban tak mengetahui bahwa tiga tubuh yang membujur kaku itu tewas akibat ditembus timah panas aparat kepolisian Malaysia.
Polemik baru muncul di Mataram. Saat keluarga dan sejumlah pemerhati buruh migran Mataram menerima informasi tiga korban meninggal akibat luka tembak. Disebutkan, dua korban yakni Abdul Kadir dan Mad Noon tewas akibat tembakan bertubi-tubi. Sementara Herman dinyatakan meninggal akibat tembakan di kepala.
"Logika, ada bekas luka tembak di tubuh korban, khususnya Herman di bagian kepala. Namun, saat melihat jasad dari kepala hingga perut, para saksi saat itu tak melihat ada luka tembak atau belum melihat karena saat itu mereka tidak tahu ketiganya tewas ditembak," kata dia. Saksi, dia menambahkan, ia hanya melihat jahitan yang sempurna.
Sementara, keluarga saat itu juga tak diberi tahu bahwa itu jahitan bekas otopsi. "Keluarga dan kami baru dapat informasi otopsi kemarin di Kemenlu."
Lalu, mengapa ada kecurigaan organ para TKI dipreteli?
Soleh menjelaskan, kematian misterius tak hanya menimpa tiga TKI tersebut. Beberapa waktu lalu di sekitar desa tempat mereka tinggal, juga terjadi kasus yang sama. Buruh migran pulang dalam kondisi tak bernyawa dengan luka jahit.
Dan yang paling aneh adalah jahitan pada mata. Soleh menceritakan, pihaknya sempat meminta informasi dari dokter forensik. "Dikatakan, otopsi itu ada prosedur khususnya, ada teknisnya. Membuka lebar tubuh sampai mata, secara medis juga patut dipertanyakan motifnya."
Elin Yunita Kristanti
vivanews
"Karena situasi di Malaysia agak berbeda, mereka tidak berani tanya, apalagi menggugat."
Tak ada kata menyerah bagi keluarga tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas mencurigakan di Malaysia. Setelah mengadu ke Kementerian Luar Negeri kemarin, mereka akan menemui Polda Nusa Tenggara Barat. Dengan permintaan sama: otopsi.
Pendamping pihak keluarga dari LSM Koslata, M Soleh mengatakan, permintaan otopsi pada jasad Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Noon (28), secara resmi akan disampaikan siang nanti ke polisi. Ada dua yang ingin mereka pastikan dari eksaminasi post mortem tersebut, apakah benar ketiganya tewas akibat luka tembak, dan mengapa ada jahitan di tubuh korban terutama di bagian mata. "Karena keluarga tidak mengetahui informasi saat mayat sampai di Mataram," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 25 April 2012.
Soleh lantas menceritakan awal mula kecurigaan pihak keluarga. Kala itu kakak korban Abdul Kadir yang bernama Hirman, ditemani sejumlah TKI, melihat jasad adiknya di Rumah Sakit Port Dickson. Ia melihat jahitan di dada kiri ke kanan, dada turun ke bawa perut, dan perut dari kiri ke kanan ketiga TKI. Juga mata. "Karena situasi di Malaysia agak berbeda, mereka tidak berani tanya, apalagi menggugat," cerita Soleh.
Apalagi, saat itu mereka dalam posisi yang emosional, sedih kehilangan anggota keluarga. "Tidak ada bayangan apapun, yang terpikir, 'pokoknya adikku harus pulang'," tambah dia.
Saat itu keluarga korban tak mengetahui bahwa tiga tubuh yang membujur kaku itu tewas akibat ditembus timah panas aparat kepolisian Malaysia.
Polemik baru muncul di Mataram. Saat keluarga dan sejumlah pemerhati buruh migran Mataram menerima informasi tiga korban meninggal akibat luka tembak. Disebutkan, dua korban yakni Abdul Kadir dan Mad Noon tewas akibat tembakan bertubi-tubi. Sementara Herman dinyatakan meninggal akibat tembakan di kepala.
"Logika, ada bekas luka tembak di tubuh korban, khususnya Herman di bagian kepala. Namun, saat melihat jasad dari kepala hingga perut, para saksi saat itu tak melihat ada luka tembak atau belum melihat karena saat itu mereka tidak tahu ketiganya tewas ditembak," kata dia. Saksi, dia menambahkan, ia hanya melihat jahitan yang sempurna.
Sementara, keluarga saat itu juga tak diberi tahu bahwa itu jahitan bekas otopsi. "Keluarga dan kami baru dapat informasi otopsi kemarin di Kemenlu."
Lalu, mengapa ada kecurigaan organ para TKI dipreteli?
Soleh menjelaskan, kematian misterius tak hanya menimpa tiga TKI tersebut. Beberapa waktu lalu di sekitar desa tempat mereka tinggal, juga terjadi kasus yang sama. Buruh migran pulang dalam kondisi tak bernyawa dengan luka jahit.
Dan yang paling aneh adalah jahitan pada mata. Soleh menceritakan, pihaknya sempat meminta informasi dari dokter forensik. "Dikatakan, otopsi itu ada prosedur khususnya, ada teknisnya. Membuka lebar tubuh sampai mata, secara medis juga patut dipertanyakan motifnya."
Elin Yunita Kristanti
vivanews