Review : A Good Year: Ketika Cinta Memaksa Untuk Memilih

Kalina

Moderator
Setelah sukses lewat film Gladiator, sutradara Ridley Scott dan Aktor Russel Crowe kembali lewat sebuah film drama romance yang di adaptasi dari novel milik Peter Mayle berjudul A Good Year.

Alur cerita film ini dimulai lewat aksi Max Skinner (Russel Crowe) seorang pemain saham yang handal di bidangnya. Kecerdasannya membuat Ia disegani oleh seluruh karabat kerja dan bawahannya. Tapi Max adalah orang yang opurtunis, tidak kenal kasihan, bermain curang, dan menghalalkan segala cara agar menguntungkan dirinya.

Max adalah seorang yatim piatu dan saat kecil, Ia hidup bersama paman Henry (Albert Finney) yang memiliki kebun Anggur di Prancis, walaupun Max dan Pamannya berasal dari Inggris. Suatu saat, Max yang sukses di London mendapat kabar, bahwa pamannya meninggal, sehingga harus kembali ke Prancis, untuk mengurusi segala hal. Melihat bahwa tidak ada pewaris dan tidak ada surat wasiat, maka Max menjadi pewaris harta milik Pamannya.

Dunia kapitalis yang gemerlap dan hanya mencari untung berhasil mencuci otak Max menjadi seorang monster eksekutif muda, walaupun Ia sangat dikagumi dalam lingkungan kerja. Kembalinya Ia ke Prancis hanyalah untuk menjual kebun anggur dan rumah pamannya dengan untung besar, tanpa melihat sisi historis dan kepentingan beberapa orang di tempat tersebut.

Namun ketika berada di tempat tersebut, kenangan Max dengan sang paman mulai teringat lagi. Dan secara tiba-tiba tanpa sengaja Max berkenalan dengan Fanny (Marion Cutillard) perempuan lokal setempat yang cantik. Dan di suatu waktu datang seorang perempuan Amerika, Nathalie yang mengaku anak pamannya. Persoalan menjadi cukup rumit ketika Max juga mendapat kabar bahwa Ia harus berhadapan dengan boss besar di London. Serta posisinya di London juga ingin disabet oleh orang lain.

Perkenalannya dengan Gemma membuat Ia jatuh hati, sehingga Max Skinner yang sangat mencintai pekerjaan harus memilih, apakah Ia harus mengorbankan pekerjaannya untuk menetap di Prancis atau tetap bekerja di London dengan konsekuensi kehilangan cinta yang dia dapatkan dari Fanny.

Sutradara Ridley Scott dalam film ini berusaha bereksperimen, dengan membuat film drama romance. Walaupun tidak dapat dikatakan buruk arahan Ridley Scott dalam film ini, namun sepertinya Ridley belum menemukan cemistry bagaimana membuat adonan drama romance. Bayangkan saja, biasanya kita justru takjub dengan tangan dingin Ridley Scott lewat film Alien, Gladiator, Black Hawk Down, serta Kingdom of Heaven.

Akting Russel Crowe dalam film ini juga tidak dapat dikatakan buruk. Namun, Russel Crowe juga tidak memperlihatkan sebuah akting yang memukau seperti yang terjadi dalam Gladiator ataupun Beautiful Minds. Kalau boleh berandai-andai, peran Max Skinner mungkin lebih tepat apabila diperankan oleh Hugh Grant atau Jude Law.

Berbicara alur cerita, film ini cukup menjadi acuan bagi pasangan pria yang ingin mengajak kencan kekasihnya untuk pergi ke bioskop. Nuansa romantis dengan beberapa tampilan joke-joke lucu di dalam film menjadi kelebihan film ini.

Berbicara sinematografi, Ridley memilih langsung sebuah lokasi perkebunan anggur di Prancis nampaknya cukup baik. Sayangnya, kalau beberapa pendapat mengatakan bahwa film ini menampilkan adegan yang sejuk dengan suasana pedesaan eropa memang betul. Namun, dari keindahan pemandangan yang ditampilkan Ridley Scott tidak berhasil memaksimalkan untuk sebuah sinematografi yang sangat indah kepada penonton.

Secara keseluruhan, film ini menjadi sebuah film drama romance dengan mengambil setting tempat Eropa. Akting Russel Crowe dapat dibilang tidak jelek namun juga tidaklah sangat bagus. Justru, Albert Finney yang memerankan paman Henry tampil lugas sesuai tuntutan karakter dalam film. Masih sama dengan pesan film drama romance lainnya, bahwa cinta dapat meluluhkan hati serta mengubah sifat manusia. Selain itu film ini menegaskan, ketika cinta memaksa untuk memilih. Selamat menonton !!!
 
Back
Top