Review : Burung - Burung Kertas : Antara Mitos dan Impian

Kalina

Moderator
?Ada teman yang pernah bilang, kalau lu lipat 1000 burung kertas, impian lu bisa tercapai dan lu bisa bahagia?

Penggalan kalimat di atas merupakan ide utama dari cerita yang dijalin dalam film garapan Susanto Widjaja, Dinna Jasanti dan Cassius Handoyo ini. Film indie berdurasi panjang ini memaparkan tiga alur cerita yang diambil dari tiga sudut pandang tokoh-tokohnya. Ketiganya merupakan warga negara Indonesia yang bersekolah dan bekerja di Australia.


Cerita pertama mengisahkan Jingga (Dewi Lie), gadis manis dan polos yang diam-diam menyukai pria yang merupakan tetangga di gedung apartemen tempat Jingga menetap. Sebagai bentuk perhatiannya kepada pria impianya, Eros (Deddy Henuk), Jingga berusaha membuatkannya makanan setiap hari. Melihat kegigihan Jingga, Phillipe, sahabatnya, dengan tulus membantu Jingga untuk merebut hati Eros. Dengan sabar, Phillipe selalu memberi semangat dan dukungan kepada Jingga agar ia terus bersemangat. Phillipe juga mendorong Jingga untuk membuat janji bertemu dengan Eros.


Terhalang oleh momen yang tidak tepat, usaha yang dilakukan Jingga dan Phillipe tidak dapat berjalan semulus harapan mereka. Jingga yang sedih dan emosi, menumpahkan amarahnya pada Phillipe, sahabat yang selalu ada dalam kehidupan Jingga, dalam susah maupun senang.


Alur kedua menuturkan tentang Eros dan mimpinya. Eros digambarkan sebagai pria mandiri dan pekerja keras. Ia berjuang sekuat tenaga mengumpulkan uang untuk membahagiakan wanita yang ia cintai, Rima (Cindy Gusmala Rusli). Ironisnya, Rima justru sangat mencintai pria pujaannya yang berada di Singapura, Surya (Tommy Kurniawan). Eros bekerja keras sepanjang hari agar dapat membelikan tiket pesawat ke Singapura untuk Rima.


Karena kesibukannya, Eros tidak terlalu menghiraukan siapa gerangan gadis yang setiap hari mengirimkan makanan untuknya. Ia juga tidak sempat menemukan surat dari Jingga yang berisi permintaan untuk bertemu.


Pada alur ketiga, cerita bergulir melalui Rima, gadis cantik yang selalu bermimpi dan berkeluh kesah tentang kerinduannya terhadap sang kekasih yang berada jauh dari sisinya. Untuk meringankan kesedihannya ia selalu berbagi dengan sahabat setianya, Eros. Setiap kali Rima membutuhkan tempat untuk berbagi, Eros selalu menyediakan waktu untuknya, menampung segala kesedihannya dan berusaha mencarikan solusi untuknya.


Rima percaya pada suatu mitos yang menyatakan bahwa jika kita membuat 1000 burung-burung kertas, apa yang kita impikan akan terwujud. Dengan keyakinan tersebut Rima membuat burung-burung kertas, namun ia baru membuat 999 burung kertas ketika ia menyadari bahwa hubungannya dengan Surya telah berakhir. Rima yang patah hati mulai berpaling pada Eros. Tapi saat itu, Eros sedang hanyut dalam kesibukannya mengumpulkan uang untuk membeli tiket pesawat ke Singapura, tidak bisa selalu hadir untuk Rima.


Dari mitos tentang burung-burung kertas, Jingga, Eros dan Rima belajar bahwa mereka memang harus memiliki impian. Tapi dalam mewujudkan impian, mereka tidak boleh melupakan orang-orang yang selalu mendukung mereka.


Meski ketiga alur yang ditampilkan film ini dikerjakan oleh sutradara berbeda, namun ceritanya terjalin cukup halus dan rapi. Dengan mudah penonton dapat menyambung-nyambungkannya dalam kepala mereka. Meski ide ceritanya sederhana dan ringan, namun terbilang cukup original dan unik. Film ini berhasil memanfaatkan bahasa gambar dengan cukup baik dan efektif sehingga tidak membosankan.
 
kan namnya juga Legenda... gw juga suka ngikutin legenda-legenda. contohnya : menyatakan cinta sama orang yang gw sayang di bawah pohon cemara, dan nyatanya hubungan gw sama pacar gw langgeng. lucu ya, padahal cuma kebetulan. banyak sih legendanya tapi gw mau berbaik hati mempersilahkan temen-temen yang lain agar ikutan nulis di forum ini.
Last>>>
 
bagiku cinta............itu bukan mitos soal burng kertas itu
 
Back
Top