Mitos-Mitos dalam Menulis

jaketmerah

New member
Ada banyak mitos yang bisa menghalangi Anda untuk menulis. Mitos seringkali sangat mempengaruhi pola pikir kita. Padahal belum tentu sebuah mitos seratus persen benar. Anda cukup lihat dengan sudut pandang yang berbeda, maka mitos itu tidak akan menghalangi Anda untuk menjadi penulis yang handal.

Ada banyak mitos yang bisa menghalangi Anda untuk menulis. Mitos seringkali sangat mempengaruhi pola pikir kita. Padahal belum tentu sebuah mitos seratus persen benar. Anda cukup lihat dengan sudut pandang yang berbeda, maka mitos itu tidak akan menghalangi Anda untuk menjadi penulis yang handal. Di sini akan dibahas beberapa buah mitos yang mengkin mengurungkan niat Anda untuk menulis.

Mitos 1 : Menulis membutuhkan BANYAK waktu

Hal ini sangat mengganggu terutama untuk orang yang baru mencoba menjadi penulis. Orang yang sangat sibuk tentu akan bingung membagi waktunya untuk menulis. Boro-boro menulis, pekerjaan kantor menumpuk di meja kerja, pekerjaan rumah tangga bejibun banyaknya, mengurus anak, dan segala macam urusan lainnya. Bahkan penulis yang sudah senior pun kadang susah menyempatkan diri mencari waktu untuk menulis.

Selain itu orang enggan menulis, karena membayangkan harus menulis sebegitu tebal, berapa lama waktunya, kapan selesainya. Ada benarnya menulis itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Beberapa penulis membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan tulisannya.

Tetapi sebenarnya Anda bisa membagi waktu yang sangat lama itu dalam waktu yang singkat tapi KONTINU. Anda dapat meluangkan waktu sedikit saja untuk menulis. Anda bisa lakukan itu saat menunggu antrian di salon, waktu naik kendaraan umum, atau Anda bisa saja mengurangi menonton sinetron tidak keruan yang ditayangkan di TV. Dengan waktu yang pendek tapi KONTINU maka Anda akan dapat menyelesaikan tulisan Anda dengan baik

Mitos 2 : Anda harus menulis sesuatu yang spektakular.

Banyk orang enggan menulis buku karena beranggapan mereka harus menulis sesuatu yang sensasional, dan tidak boleh yang kacangan. Mungkin ini ada kaitannya dengan gengsi. Pada dasarnya, setiap orang bebas menulis apa saja. Tidak melulu harus menulis sesuatu yang sangat rumit. Jika Anda menulis sesuatu yang sederhana pun, tidak menjadi masalah. Bila Anda bisa menuliskan dengan baik dan menarik, maka topik yang paling sederhana pun akan menjadi cerita yang menakjubkan.

Mitos 3 : Anda harus menjadi pakar sebelum bisa menulis

Ini adalah anggaan yang salah. Setiap orang berhak dan bisa menulis buku. Anda tidak harus menjadi seorang seorang ahli dalam bidang tertentu sebelum ?boleh? menulis buku. Kata ?boleh? saya beri tanda petik, karena ada beberapa orang yang beranggapan kalau menulis buku nanti kalau sudah jadi profesor baru berani menulis. Ini adalah anggapan yang salah, menulislah bahkan sewaktu Anda masih belajar. Apakah Anda pernah membaca buku Rich Dad Poor Dad? Apakah penulisnya menulis buku itu pada saat berlimpah kekayaan? Sama sekali tidak, justru ia menulis buku itu waktu sedang dalam keadaan melarat.

Mitos 4 : Anda harus menghasilkan tulisan yang sempurna

Mitos ini masih berkaitan dengan mitos sebelumnya, yaitu Anda harus menjadi pakar dulu baru ?boleh? menulis. Lucunya, banyak orang sudah jadi pakar, tetapi malah belum menulis juga. Kenapa? Takut tulisannya tidak berbobot, gengsi kalau salah tulis, bahkan ragu apakah tulisannya layak dibilang tulisan yang baik. Seorang Stephen R Covey pernah menulis 7 Habits of Highly Effective People. Sekarang ia menulis The 8th Habit. Berarti apa yang ia tulis dahulu belumlah lengkap. Tidak masalah, bahkan ia bisa menjual ketidaksempurnaannya menjadi dua buah buku. Apakah ia akan menemukan ketidaksempurnaannya lagi sehingga menulis The 9th Habit? Why not?

oleh Didik Wijaya - Penerbit Escaeva
 
Yah memang sih sebagian yang kamu katakan itu benar. Tetapi kalau orang itu benar2 ingin menjadi penulis dan ia berpikir bahwa ia bisa menjadi seorang penulis pasti mitos2 itu terabaikan.
Kadang - kadang ada juga kan orang yang gagal menjadi seorang penulis ! Maksudnya karyanya belum bisa diterima masyarakat banyak. Mestinya ia tetap harus berusaha, jangan menyerah, siapa tau di balik semua itu ada hikmahnya.
Ada juga orang yang sering "membajak" buku. Itu juga perbuatan yang gak baik ! Coba deh pikirkan orang capek2 buat buku, mengorbankan waktu, ehhhh malah tiba - tiba bukunya "dibajak" enak aja orang yang mbajak itu kurang kerjaan ! Payah ! @#$%^*&+-*@#*&
Mestinya orang yang mbajak itu berusaha untuk jadi penulis dong siapa tau ia malah lebih sukses.
 
Back
Top