Adakah Allah di Hati?

ahmady

New member
113ccae49c6775a6771d6670f14c4955.jpg



Andaikan di alam tampak wujud Allah diperlihatkan, maka tak ada satu makhluk pun yang terus berada bersama-Nya. Semuanya pasti hancur! Jangankan manusia, gunung pun hancur. Coba perhatikan ayat berikut:

ولما جاء موسى لميقاتنا وكلمه ربه قال رب أرني أنظر إليك قال لن تراني ولكن انظر إلى الجبل فإن استقر مكانه فسوف تراني فلما تجلى ربه للجبل جعله دكا وخر موسى صعقا فلما أفاق قال سبحانك تبت إليك وأنا أول المؤمنين


“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (QS. Al-A’raaf: 143).

Allah mustahil mewujud di alam realitas! Adakah Allah dapat memenuhi janji-Nya bagi kaum yang yakin atas firman-Nya, sebagaimana disebut pada ayat 110 surat Al-Kahfi?

قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا


“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."

Jika Nabi Musa a.s., sebagaimana penjelasan pada ayat di atas, memohon kepada Allah untuk memperlihatkan Diri-Nya di alam realitas, maka begitulah yang didapatinya. Tetapi, bagaimakah yang dimaksud ayat 110 surat Al-Kahfi? Anda tentu saja tidak boleh menafsirkannya bahwa Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana mustahil dapat dijumpai.

Dari surat Al-Kahfi, Allah pasti dapat dijumpai dengan kehendak-Nya sendiri untuk Menjumpai! Maksudnya? Pertanyaan ini menunjukkan perlunya pemahaman, bahwa ketika seseorang hanya melihat konteks kalimat yang disebutkan pada surat Al-A’raaf tidak sepatutnya dimaknai secara sempit berdasarkan akal pemikiran. Akan tetapi, untuk mengetahui-Nya dibutuhkan petunjuk!

Allah tidaklah berfirman, melainkan untuk menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya agar mudah dipahami. Ayat-ayat Allah dapat dipahami apabila mengerti bagaimanakah seharusnya ayat-ayat Allah itu mudah dipahami. Ayat-ayat Allah akan menjelaskan apa yang dikandung di dalamnya apabila Allah berkehendak bersemayam di dalam hati hamba-Nya. Maksudnya?

Alangkah tidak bijaksananya apabila seorang hamba menakwilkan ayat-ayat Allah yang masih samar (mutasyabihat) sedangkan dia belum diberi pengetahuan oleh Allah yang diilhamkan ke dalam hatinya. Orang-orang yang telah dikaruniai Al-Hikmah dapat memahami apa makna dari ayat-ayat Allah karena di hatilah Allah menurunkan ayat-ayat-Nya. Anda sepatutnya tidak melupakan ayat ini:

قل من كان عدوا لجبريل فإنه نزله على قلبك بإذن الله مصدقا لما بين يديه وهدى وبشرى للمؤمنين


“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Baqarah: 97).

Allah Yang Maha Mulia menurunkan Al-Qur’an ke dalam hati Rasulullah Saaw melalui perantaraan Jibril a.s. dan bukan ke dalam akalnya! Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Nabi yang mulia itu ummi. Akal tidak dipilih oleh Allah untuk menerima wahyu maupun ilham, melainkan hatilah atau jiwa atau diri atau ruh yang suci karena di sanalah Allah Swt bersemayam!

ولقد خلقنا الإنسان ونعلم ما توسوس به نفسه ونحن أقرب إليه من حبل الوريد


“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya,” (QS. Qaaf: 16).

Hati atau diri (nafs) atau jiwa atau ruh telah dipilih oleh Allah Azza wa Jalla ketika Dia berkehendak mendekati (menjumpai) hamba-Nya. Dekat, dan didekatkan (muqarrabin), oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang soleh dan tidak syirik! Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana rido untuk memperlihatkan Diri-Nya di hati hamba-Nya! Allah Yang Maha Hidup “Hadir” di hati hamba-Nya. Allah Yang Maha Goib tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata (dhohir), tetapi dengan kemahabijaksanaannya Allah rido dilihat oleh mata hatinya (bathinnya).

Persoalan-persoalan seperti itu diungkap dalam buku ini (Agama, Hati dan Ilahi: Sebuah Kajian Ilmu Tasawuf Atas Ayat-Ayat Allah – Jilid I). Pengkajian ayat-ayat Allah dihampiri dengan pengetahuan sufistik. Perjalanan ruhani tentu saja menjelajah di luar keterbatasan akal. Allah Yang Maha Goib sulit didekati melalui daya talar, melainkan diyakini akan kebenaran ayat-ayat-Nya di kedalaman hati yang fitri. Keutamaan yang diperoleh bagi orang-orang yang meyakini, bukan sekedar percaya, atas apa yang difirmankan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, di antaranya adalah dianugerahi Al-Hikmah (pengetahuan yang mendalam atas ayat-ayat Allah dan Al-Hadits).

Pengetahuan lahiriyah yang diperoleh melalui perjalanan akal di lembaga-lembaga pendidikan formal atau di sudut-sudut kampus sangat berbeda dengan perjalanan hati di alam yang tidak dapat ditembus oleh kekotoran jiwa atau hati atau diri atau ruh. Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi tidak mungkin berkenan menghampiri seorang hamba-Nya ketika dia belum menyadari akan kedudukannya sebagai seorang hamba.

Hamba Allah adalah suatu kedudukan umat Rasulullah Saaw yang mendapati di dalam hatinya bersih dan bercahaya dari keluhuran akhlaknya karena ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Keluhuran akhlak tercipta atas kesadaran diri atau hati atau jiwa atau ruh untuk menghamba di hadapan kemahabesaran Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa.

Buku ini (yang insya Allah akan segera disusul dengan jilid II) dipersembahkan kepada kaum mukmin yang berhasrat untuk menemui Al-Haq di ‘Arasy-Nya. Anda akan diantarkan dengan pembahasan pada buku ini kepada beberapa peluang untuk mendapatkan predikat dari Allah, bukan dari manusia, sebagai hamba-Nya yang soleh dan tidak syirik.
Diterbitkan sendiri, edisi Self Publishing, atas kerja sama dengan mizan.com menggunakan teknologi Print on dimand (Pod). Para peminat buku dapat memperolehnya sekalipun hanya 1 (satu) eksemplar di mizan.com. Buku ini dicetak dengan ketebalan ix + 286 hal., ukuran buku: 13,5 cm x 20,5 cm. Anda akan segera dikirim, sesuai dengan pesanan, setelah ada konfirmasi transaksi pembelian. Mizan Digital Publishing segera mencetak buku tersebut, dan dengan menggunakan biro jasa pengiriman barang (TIKI), buku pesanan dalam waktu relatif singkat sampai ke alamat rumah anda.
 
Last edited:
Anda benar. Di dalam hati yang suci (bersih dari penyakit hati) Allah sangat menyukai "Hadir" untuk mengukuhkan nilai-nilai kebenaran. Adakah Allah Swt benar-benar "Hadir" dalam Wujud dan cahaya-Nya ke dalam hati seorang hamba yang suci hatinya? Dunia yang berada di balik realitas (yang tak tampak) bukan tidak nyata ada, tetapi tidak terjangkau oleh penglihatan (mata dhohir). Karena itu, jika tidak terjangkau oleh pemikiran akal tidaklah juga dapat disebut tak mungkin ada terjadi, melainkan Allah belum berkenan membuka mata hatinya.

Adakah Allah di hati adalah pertanyaan jiwa atau diri atau hati atau ruh yang bersama dengan akalnya belum menyadari akan keberadaan Allah di dalam dirinya atau hatinya atau jiwanya atau ruhnya. Hanya pada hati atau diri atau jiwa atau ruh yang sangat mencintai Allah, maka Dia (Allah) pun ridha memperkenalkan diri-Nya dalam Wujud Dia sebagai Aku yang telah ditetapkan kedudukan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi (Subhanahu wa Ta'ala).

Akal tercipta sesuai fitrah Allah sangat terbatas tidak akan dapat menjangkau keberadaan Allah di alam realitas. Allah adalah Tuhan Yang Maha Goib. Maka, mustahil mata (dhohir) dapat menjangkau-Nya. Akan tetapi, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana memberikan kesempatan kepada hamba-hamba-Nya yang tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya dipersilakan untuk berjuang menjumpai-Nya di 'Arasy-Nya.

Kemusykilan akal akan terus berargumentasi akan kemungkinan dapat terjadinya suatu perjumpaan antara seorang hamba dengan Dia (Allah) Yang Maha Suci. Sebab akal tercipta tidak untuk mencapai ke Wilayah Kekuasaan Allah di dalam kehendak-Nya. Adalah hati yang telah terpilih menjadi pintu masuknya nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari Dia Yang Maha Luas Ilmu-Nya. Hanya pada hatilah terpancarkan cahaya Allah. Hati yang bagaimana?

Jawabnya telah jelas, bahwa pada hati yang suci (bersih dari penyakit hati) lah keluasan ilmu Allah terpancar. Jika cahaya-Nya telah "Hadir," maka di sanalah Dia (Allah) pun berkenan "Hadir" menjumpai diri hamba-Nya. Maka, siapa yang telah mengenal dirinya berarti dia telah mengenal Tuhannya Azza wa Jalla.


Salam dari jauh,


Ahmad
 
Last edited:
Sesungguhnya Maha Suci Allah itu bukan dihati maupun di organ tubuh, melaikan Merasakan kedekatan Allah terhadap mahluq hidup, Dan seperti biasa apa bila kita Menjalankan Ibadah Allah dan menjauhkan sifat2 yang tidak disuka dengan Allah, Insyallah, Allah akan dekat dengan mereka.
 
Janganlah Menyangka ALLAH di Atas, atau mengatakan yang di atas, ALLAH Melarang berdo`a mata memandang ke atas, Janganlah Menyangka ALLAH di mana2
 
Back
Top