Infeksi HIV

nurcahyo

New member
Infeksi HIV
DEFINISI

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Stadium akhir dari infeksi HIV adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS; sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah terinfeksi.

Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak.
Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control and Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi oleh HIV pada saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak.

Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang dewasa muda, anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.

PENYEBAB

Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih jarang).

3 cara penularan virus kepada anak-anak:

1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
2. Pada saat proses persalinan berlangsung
3. Melalui ASI.

GEJALA

Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun; sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada usia 3 tahun.

Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
# Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi
# Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah yang tertutup popok
# Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan meningitis)
# Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
# Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.

Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem kekebalan.
Sekitar sepertiga anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit.

Pneumonia pneumokistik karena organisme Pneumocystis carinii merupakan ancaman yang serius pada anak-anak.
Anak-anak yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali pada 15 bulan pertama.
Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak dan orang dewasa yang menderita AIDS.

Pada sejumlah anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, kerusakan otak yang progresif menyebabkan anak mengalami gangguan atau keterlambatan perkembangan, misalnya berjalan dan berbicara.
Mereka juga mengalami gangguan kecerdasan serta memiliki kepala yang ukurannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku.

Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau gagal jantung.
Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang ditemukan limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang menyerang anak-anak.

Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan lahir yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.

Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut;
# Pneumonia pneumokistik
# Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas)
# Infeksi bakteri
# Meningitis
# Infeksi jamur
# Esofagitis (peradangan kerongkongan)
# Kandidiasis (infeksi jamur)
# Infeksi virus
# Herpes
# Herpes zoster
# Infeksi parasit.

Pada anak-anak jarang terjadi keganasan.
2 masalah utama yang sering ditemukan pada anak-anak yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah wasting syndrome (ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan akibat berkurangnya nafsu makan sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi otak yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan otak).
Wasting syndrome kadang dapat diatasi dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk diobati.

DIAGNOSA

Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak bersifat diagnostik karena jika ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir selalu mengandung antibodi HIV.
Antibodi ini akan tetap berada dalam darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi jika bayi terinfeksi, maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya.

Karena itu untuk mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan dilakukan pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR, polymerase chain reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV.
Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan pemeriksaan darah standar untuk infeksi HIV.

PENGOBATAN

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV pada anak-anak adalah:
- Zidovudin (AZT)
- Didanosin (ddI)
- Stavudin (d4T)
- Lamivudin (3TC)
- Zalsitabin (ddC).

Untuk mencegah pneumonia pneumokistik, kepada bayi berumur lebih dari 1 bulan yang ibunya terinfeksi HIV dan anak-anak yang jelas mengalami gangguan sistem kekebalan, diberikan antibiotik.
Biasanya diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, atau bisa juga diberikan pentamidin atau dapson.
Dengan pengobatan mutakhir, 75% anak-anak yang terinfeksi HIV bertahan hidup sampai umur 5 tahun dan 50% sampai umur 8 tahun.

Kadang diberikan immunoglobulin intravena sebagai booster untuk melawan infeksi.
Vaksinasi rutin pada masa kanak-kanak tetap diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV. Biasanya tidak digunakan vaksin bakteri dan virus yang hidup, tetapi MMR (yang mengandung virus hidup) tetap diberikan karena campak bisa menyebabkan penyakit yang berat atau fatal pada anak-anak yang terinfeksi HIV.

PENCEGAHAN

Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti-HIV.
Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral (melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu.
Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%.

Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan untuk menjalani operasi sesar.

Resiko penularan melalui ASI relatif rendah.
Jika tersedia susu formula yang baik dan air yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak memberikan ASI kepada bayinya.
Jika air yang tersedia tidak bersih sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi, maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena pemberian ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya.



SUMBER : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
 
Back
Top