7 Mitos Tentang "Si Pendiam" di Kantor

askom

New member
a_Hidup_Kecantikan_GETTYIMAGES-640342324042884861_jpg.png



ORANG Indonesia sejak kecil diajarkan “sedikit bicara banyak bekerja” dan “diam itu emas”.
Dari dua ungkapan ini disimpulkan, seseorang yang tidak banyak bicara biasanya bisa bekerja lebih efektif, daripada membuang-buang waktu untuk membicarakan hal tak penting.
Tetapi, perubahan zaman dan kebutuhan komunikasi yang tinggi membuat pepatah ini rasanya tidak lagi berlaku. Saat ini orang berlomba-lomba bicara, mengeluarkan pendapat, menyuarakan keinginan, termasuk saat bekerja.
“Si pendiam” mungkin hanya melakukan komunikasi seperlunya. Di luar kepentingan pekerjaan, mereka menghabiskan waktu di meja kerja tanpa banyak mengeluarkan kata-kata. Sayangnya, di era kebutuhan komunikasi yang tinggi, orang-orang yang pendiam kerap mendapat prasangka negatif. Bahkan muncul asumsi yang sesungguhnya hanya mitos yang terlalu diyakini kebenarannya.
Salahkah menjadi pegawai pendiam? Tidak, asalkan Anda bisa melawan 7 mitos tentang “si pendiam” berikut ini:

1. Si pendiam tak mampu mengerjakan banyak hal
Ini kesalahpahaman yang umum soal pegawai yang pendiam. Karena tak banyak bicara, mereka dianggap minder dengan kemampuan diri. Maya Townsend, pendiri firma manajemen konsultan Partnering Resources yang berbasis di Boston menyebutkan, orang sering berpikir pegawai yang pendiam tak mampu menjadi sumber yang kredibel untuk memberikan pengetahuan atau melayani perusahaan sebagai seorang ahli.
Faktanya: “Baru-baru ini saya menyelenggarakan analisis jaringan organisasi dengan seorang klien. Para pemimpin terkejut saat mendapati salah satu pegawai paling pendiam justru sebenarnya sangat bisa dipercaya dan bisa diandalkan rekan-rekannya. Dia tahu betul bagaimana menangani pekerjaannya, tidak terlalu menonjol, tetapi selalu ada ketika orang membutuhkannya,” bilang Townsend.

sumber lengkap : http://www.iyaa.com/gayahidup/umum/2418561_2209.html
 
Back
Top