Kalina
Moderator
KOMPAS.com
Tak dapat dipungkiri, tubuh kurus dan langsing merupakan idaman banyak wanita. Bahkan, tak sedikit yang rela menunda waktu makan atau merogoh saku lebih dalam demi mendapat tubuh yang diidamkan. Pasalnya, ukuran tubuh seperti ini dinilai dapat meningkatkan rasa percaya diri sekaligus menghindarkan diri dari segala risiko penyakit. Moesijanti Y. E. Soekatri, MCN, PhD, Ketua
Departemen Publikasi Ilmiah Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI), mengemukakan bahwa kasus
berat badan kurang banyak dialami oleh
perempuan yang umumnya merasa takut gemuk.
“Mereka menjalani diet tanpa tahu porsi yang benar dan akibat-akibatnya. Jadi faktor psikologis juga berpengaruh membuat seseorang mengalami berat badan kurang,” paparnya. Kasus berat badan kurang memang jarang disadari sebagai penyakit karena ciri serta dampaknya belum terlalu dikenal masyarakat. Padahal, ia menegaskan, mereka yang kelebihan maupun kekurangan berat badan sama-sama diintai sekian banyak bahaya. Begitu pula yang dipaparkan oleh Dr Fiastuti Witjaksono, SpGK, spesialis gizi klinik dari Klinik Seruni Gizi FKUI. “Orang dengan berat badan kurang umumnya mengalami ketidakseimbangan komposisi zat-zat yang diperlukan tubuh. Sehingga daya tahan tubuh berkurang dan membuat seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit,” paparnya. Orang dengan berat badan kurang, bisa jadi terhitung abai pada kandungan bahaya dalam makanan. Pikiran bahwa ia tidak mengalami kegemukan justru membuatnya merasa bebas melahap apa saja dan kapan saja. Padahal, hal ini tentu tak dibenarkan karena setiap kandungan yang diperlukan tubuh memiliki porsi ideal masing-masing. “Faktanya, penderita kolesterol itu banyak yang kurus. Memang, orang yang gemuk berisiko terkena penyakit tersebut, namun sebenarnya penyumbatan itu tidak pandang bulu. Mereka yang berat badannya kurang tetap dapat terserang jantung, stroke, dan kolesterol," terang Moesijanti. Dengan demikian, orang dengan berat badan kurang pun memiliki risiko yang sama apabila pola makan tak pernah diperhitungkan. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengatur pola makan dan memenuhi komposisi zat yang dibutuhkan tubuh. “Tubuh kita ini memerlukan komposisi yang sesuai, yaitu 50 - 60 persen karbohidrat, 15 persen protein, dan 30 persen lemak. Selain itu, untuk camilan ia dapat memilih yang padat kalori,” ujar Fiastuti.
Tak dapat dipungkiri, tubuh kurus dan langsing merupakan idaman banyak wanita. Bahkan, tak sedikit yang rela menunda waktu makan atau merogoh saku lebih dalam demi mendapat tubuh yang diidamkan. Pasalnya, ukuran tubuh seperti ini dinilai dapat meningkatkan rasa percaya diri sekaligus menghindarkan diri dari segala risiko penyakit. Moesijanti Y. E. Soekatri, MCN, PhD, Ketua
Departemen Publikasi Ilmiah Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI), mengemukakan bahwa kasus
berat badan kurang banyak dialami oleh
perempuan yang umumnya merasa takut gemuk.
“Mereka menjalani diet tanpa tahu porsi yang benar dan akibat-akibatnya. Jadi faktor psikologis juga berpengaruh membuat seseorang mengalami berat badan kurang,” paparnya. Kasus berat badan kurang memang jarang disadari sebagai penyakit karena ciri serta dampaknya belum terlalu dikenal masyarakat. Padahal, ia menegaskan, mereka yang kelebihan maupun kekurangan berat badan sama-sama diintai sekian banyak bahaya. Begitu pula yang dipaparkan oleh Dr Fiastuti Witjaksono, SpGK, spesialis gizi klinik dari Klinik Seruni Gizi FKUI. “Orang dengan berat badan kurang umumnya mengalami ketidakseimbangan komposisi zat-zat yang diperlukan tubuh. Sehingga daya tahan tubuh berkurang dan membuat seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit,” paparnya. Orang dengan berat badan kurang, bisa jadi terhitung abai pada kandungan bahaya dalam makanan. Pikiran bahwa ia tidak mengalami kegemukan justru membuatnya merasa bebas melahap apa saja dan kapan saja. Padahal, hal ini tentu tak dibenarkan karena setiap kandungan yang diperlukan tubuh memiliki porsi ideal masing-masing. “Faktanya, penderita kolesterol itu banyak yang kurus. Memang, orang yang gemuk berisiko terkena penyakit tersebut, namun sebenarnya penyumbatan itu tidak pandang bulu. Mereka yang berat badannya kurang tetap dapat terserang jantung, stroke, dan kolesterol," terang Moesijanti. Dengan demikian, orang dengan berat badan kurang pun memiliki risiko yang sama apabila pola makan tak pernah diperhitungkan. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengatur pola makan dan memenuhi komposisi zat yang dibutuhkan tubuh. “Tubuh kita ini memerlukan komposisi yang sesuai, yaitu 50 - 60 persen karbohidrat, 15 persen protein, dan 30 persen lemak. Selain itu, untuk camilan ia dapat memilih yang padat kalori,” ujar Fiastuti.