Penanganan medis pada penyakit jantung bawaan

nurcahyo

New member
Penanganan medis pada penyakit jantung bawaan


Dr. Anna Ulfah Rahayoe, SpJP(K)

PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak
lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada
akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi
kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB
seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor ini adalah: infeksi virus
pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau
jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga
menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya
sindroma Down (Mongolism) yang acapkali disertai dengan berbagai macam
kelainan, dimana PJB merupakan salah satunya. Merokok berbahaya bagi
kehamilan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan
sehingga berakibat bayi lahir prematur atau meninggal dalam kandungan.

PJB terjadi pada 8-10 bayi diantara 1000 bayi lahir hidup. Penyakit ini
merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi (kira-kira 30%
dari seluruh kelainan bawaan), dan paling sering menimbulkan kematian
khususnya pada neonatus. Setengah dari kasus PJB semestinya sudah dapat
dideteksi pada bulan pertama kehidupan, karena memperlihatkan
tanda-tanda yang memerlukan pertolongan segera.

Penyakit Jantung Bawaan dan Penanganan Medis (non bedah)

Berdasarkan penampilan fisik, PJB secara garis besar dibagi atas 2
kelompok, yakni PJB tidak biru (asianosis) dan PJB biru (sianosis).
Berdasarkan kelainan anatomis, PJB secara garis besar dibagi atas 3
kelompok, yakni:

1) Adanya penyempitan (stenosis) atau bahkan pembuntuan pada bagian
tertentu jantung, yakni: katup atau salah satu bagian pembuluh darah
diluar jantung. Penyempitan ini menimbulkan gangguan aliran darah dan
membebani otot jantung. Pada kasus-kasus dengan penyempitan yang berat,
aliran darah ke bagian tubuh setelah area penyempitan akan sangat
menurun, bahkan terhenti sama sekali pada pembuntuan total.

A. STENOSIS (PENYEMPITAN) KATUP PULMONAL

Terjadi pembebanan pada jantung kanan, yang pada akhirnya berakibat
kegagalan jantung kanan. Makna istilah ini bukanlah jantung gagal
berdenyut, melainkan jantung tak mampu memompakan darah sesuai
kebutuhan tubuh dan sesuai jumlah darah yang kembali ke jantung. Tanda gagal
jantung kanan adalah: pembengkakan kelopak mata, tungkai, hati dan
penimbunan cairan di rongga perut. Penanganan medis yang dapat
dilakukan: pelebaran katup dengan balon (Balloon Pulmonal Valvotomy =
BPV).

B. STENOSIS (PENYEMPITAN) KATUP AORTA

Terjadi pembebanan pada jantung kiri, yang pada akhirnya berakibat
kegagalan jantung kiri, yang ditandai oleh: sesak, batuk kadang-kadang
dahak berdarah (akibat pecahnya pembuluh darah halus yang bertekanan
tinggi di paru). Penanganan yang dapat dilakukan: pelebaran katup
dengan balon (Balloon Aortic Valvotomy = BAV).

C. ATRESIA (PEMBUNTUAN) KATUP PULMONAL

Pada kasus ini katup pulmonal sama sekali buntu, sehingga tak ada
aliran darah dari jantung ke paru. Pasien hanya dapat bertahan hidup bila
pembuluh darah duktus arteriosus tetap terbuka (yang mengalirkan darah
dari pembuluh aorta ke pembuluh darah paru).

Biasanya pembuluh ini akan menutup pada minggu pertama kehidupan bayi,
dan bila itu terjadi akan berakibat fatal. Untuk mempertahankan duktus
arteriosus tetap terbuka, diperlukan obat: Prostaglandin E-1. Namun
obat ini sifatnya hanya sementara, dan harus segera diikuti dengan tindakan
bedah.

D. COARCTATIO AORTA

Pada kasus ini area lengkungan pembuluh darah aorta mengalami
penyempitan. Bila penyempitannya parah, maka sirkulasi darah ke organ
tubuh di rongga perut (ginjal, usus dll), serta tungkai bawah sangat
berkurang, dan kondisi pasien memburuk. Seperti halnya pada atresia
katup pulmonal, pada Coarctatio Aorta yang berat Prostaglandin E-1
perlu diberikan untuk mempertahankan pembukaan duktus arteriosus. Untuk
selanjutnya, tindakan pelebaran dengan balon atau pembedahan perlu
dilakukan.


2) Adanya lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung (septum),
sehingga terjadi aliran pirau (shunt) dari satu sisi ruang jantung ke
ruang sisi lainnya. Karena tekanan darah di ruang jantung sisi kiri
lebih tinggi dibanding sisi kanan, maka aliran pirau yang terjadi
adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya, aliran darah paru berlebihan/banjir
(contoh: ASD = Atrial Septal Defect/ lubang di sekat serambi , VSD =
Ventricular Septal Defect/ lubang di sekat bilik). Aliran pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan pembuluh pulmonal tetap terbuka (PDA = Patent Ductus Arteriosus).

Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah bersih ke sirkulasi
darah kotor, maka penampilan pasien tidak biru (asianosis). Namun,
beban yang berlebihan pada jantung akibat aliran pirau yang besar dapat
menimbulkan gagal jantung kiri maupun kanan. Tanda-tanda aliran darah
paru yang berlebih adalah: debaran jantung kencang, cepat lelah, sesak
nafas, pada bayi sulit menyusu, pertumbuhan terganggu, sering batuk
panas (infeksi saluran nafas bagian bawah).

Dalam kondisi seperti tersebut diatas, perlu diberikan obat-obatan yang
bermanfaat untuk mengurangi beban jantung, yakni obat diuretik
(memperlancar kencing) dan obat vasodilator (pelebar pembuluh darah).

A. ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD) = lubang di sekat serambi

Lubang ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah : Amplatzer
Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan
melalui pembuluh darah di lipatan paha. Namun sebagian kasus tak dapat
ditangani dengan metode ini, dan memerlukan pembedahan.

B. VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD) = lubang di sekat bilik

Pada VSD tertentu dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan
penyumbat Amplatzer, namun sebagian besar kasus memerlukan pembedahan.

C. PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) = pembuluh penghubung aorta dan
pembuluh darah paru terbuka

PDA juga dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan penyumbat
Amplatzer, namun bila PDA sangat besar tindakan bedah masih merupakn
pilihan utama. PDA pada bayi baru lahir yang premature dapat dirangsang
penutupannya dengan menggunakan obat Indomethacine.


3) Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi
tertukar (pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan
pembuluh darah pulmonal/paru keluar dari bilik kiri). Kelainan ini
disebut transposisi arteri besar (TGA = Transposition of the Great
Arteries). Akibatnya darah kotor yang kembali ke jantung dialirkan lagi
ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis/biru di bibir, mukosa mulut
dan kuku. Bayi dapat bertahan hidup bila darah kotor yang mengalir ke
seluruh tubuh mendapat pencampuran darah bersih melalui PDA atau lubang
di salah satu sekat jantung (ASD/VSD).

Seringkali TGA tak disertai lubang sekat dan pasien sangat biru (darah
yang mengalir ke seluruh tubuh sebagian besar adalah darah kotor).
Dalam keadaan demikian, dapat dibuat lubang di sekat serambi melalui metode
non bedah yang disebut Balloon Atrial Septostomy (BAS). Sementara
menunggu persiapan untuk melakukan prosedur ini, PDA yang bermanfaat
untuk menjamin pencampuran darah bersih perlu dipertahankan, yakni
dengan memberikan Prostaglandin E-1.

Namun semua ini hanya bersifat sementara, bila kondisi pasien membaik,
operasi untuk menukar posisi pembuluh darah yang terbalik ini perlu
dilakukan.

Disamping kelainan pada anatomi jantung, PJB juga dapat menyangkut
kelainan pada pusat listrik jantung beserta sistim hantarannya. Pusat
jantung yang lemah atau adanya blok pada sistim hantaran listrik
jantung, berakibat denyut jantung/nadi yang pelan, sehingga tak
mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh. Untuk itu perlu pemasangan alat
pacu jantung (pacemaker). Pada anak yang sudah cukup besar pemasangan
pacu jantung dapat dilakukan tanpa bedah, namun pada bayi masih
diperlukan pembedahan.



KESIMPULAN

Variasi penyakit jantung bawaan sangat banyak, dan masing-masing
memerlukan tindakan yang berbeda. Sebagian besar jenis penyakit jantung
bawaan yang sering dijumpai telah diuraikan disini, dan pembicaraan
terfokus pada masalah penanganan medis (non bedah).
 
thank yupzt pibantu gw dong wt carisitus tentang penyakit asd/vsd pada anak
 
Back
Top