BAHAYA MEROKOK!! AKTIF & PASIF

Kalina

Moderator
Jumlah Pengisap Rokok Elektronik di AS Meningkat

134840.jpg


Metrotvnews.com, Washington: Pada 2011, sedikitnya 21 persen orang dewasa Amerika Serikat yang mengisap rokok tembakau mencoba beralih ke rokok elektronik. Catatan ini tumbuh 10 persen dibanding data pada 2010.

Catatan tersebut merupakan hasil studi US Centers for Disease Control and Preventional (CDC), yang disiarkan Kamis (28/2). Menurut studi itu, secara keseluruhan sebanyak enam persen dari semua orang dewasa AS telah mencoba "e-cigarette".

"Penggunaan 'e-cigarette' naik dengan cepat. Ada banyak yang tidak kita ketahui mengenai produk ini, termasuk apakah produk tersebut akan mengurangi atau meningkatkan penggunaan rokok tradisional," kata Direktur CDC Tom Frieden di dalam satu pernyataan.

Meskipun rokok elektronik tampaknya memiliki jauh lebih sedikit toksin yang terdapat pada asap dibandingkan dengan rokok tradisional, dampak "e-cigarette" pada kesehatan
jangka panjang harus dikaji lagi, demikian peringatan CDC.

Penelitian diperlukan guna menilai bagaimana pemasaran rokok elektronik dapat berdampak pada tindakan memulai dan penggunaan rokok tradisional, terutama di kalangan generasi muda.
 
Last edited:
5 Alasan untuk tidak kencani perokok

Seseorang tentu butuh alasan yang kuat saat memutuskan untuk mengencani seorang pria atau wanita. Anda mungkin akan memunculkan beberapa pertanyaan seputar kepribadian orang tersebut, misalnya dengan bertanya apakah dia masih menjalin hubungan cinta yang lain, profesi, kesukaan, dan apakah dia seorang perokok atau tidak.

Bagi mereka yang tidak merokok, mengencani pasangan yang merokok biasanya ada pertimbangan tertentu. Jika Anda memang tidak suka merokok, sebaiknya jangan cari pasangan yang perokok. Mengapa? Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda (non-perokok) sebaiknya tidak mengencani perokok, seperti dilansir Boldsky.

1. Mengganggu momen kencan Anda

Beberapa tempat nongkrong kini memberlakukan larangan merokok di dalam ruangan. Bayangkan saja jika Anda mengajak pasangan yang perokok ke sebuah kafe di dalam mall dan dia tidak dapat menahan hasrat untuk merokok. Dia pasti akan meminta izin untuk keluar demi menyalurkan keinginan merokoknya. Alhasil, momen kencan Anda bisa terganggu dengan membuang banyak waktu berharga kalian.

2. Perokok pasif

Pasangan yang gemar merokok akan menyulut rokoknya di manapun dia berada, termasuk ketika bersama Anda. Sadar atau tidak, Anda sedang berada pada risiko berbahaya sebagai seorang perokok pasif.

3. Ciuman yang bau

Pacar Anda mungkin bukan pencium yang buruk, tetapi dia pasti akan menjadi pencium yang bau. Bayangkan, Anda selalu mencicipi rasa tembakau yang pekat di mulutnya setiap kali dia mencium Anda.

4. Aroma asap

Tidak peduli berapa banyak parfum yang telah disemprotkan ke tubuhnya, aroma tembakau selalu melekat pada tubuh perokok ke manapun mereka pergi. Jadi, apakah Anda betah mencium aroma tersebut setiap kali berada di dekatnya?

5. Lubang pada pakaian atau benda lainnya

Perokok memiliki kebiasaan yang sangat menjengkelkan yakni tidak sengaja membuat lubang pada pakaian mereka sendiri atau mungkin pakaian orang lain. Serpihan dari rokok yang masih terbakar seringkali menimbulkan lubang pada pakaian atau benda lain, seperti karpet dan sejenisnya.

Anda tidak merokok? Dan tidak ingin memiliki kekasih seorang perokok? Maka, pertimbangkan lima alasan di atas. Namun, semua keputusan pada akhirnya tentu bergantung pada diri sendiri. Jadi, dengarkan apa kata hati Anda!
 
Kebiasaan Merokok Bikin Wanita Menopause Lebih Cepat Ompong

Merokok dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan baik pada pria maupun wanita di segala kelompok usia. Penelitian terbaru bahkan telah
menambah daftar kerugian merokok bahwa wanita
menopause yang merokok berada pada risiko tinggi kehilangan gigi (ompong). Penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Women's Health Initiative (WHI) yang melibatkan 1.106 wanita Amerika yang telah menopause. Merokok telah lama dikaitkan dengan kehilangan gigi,
tetapi studi ini menitikberatkan penelitian pada wanita menopause, yang lebih cepat ompong dibanding pria merokok seumurannya. "Terlepas dari kebiasaan menyikat gigi dan kunjungan
ke dokter gigi, wanita menopause yang memiliki kebiasaan merokok cenderung lebih cepat kehilangan
giginya daripada pria di usia yang sama," kata
Xiaodan Mai, salah satu peneliti. Kehilangan gigi pada orang dewasa tua dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, termasuk karena
seseorang memiliki penyakit seperti stroke, arthritis, kanker, dan diabetes. Dalam studi tersebut, peserta yang termasuk ke dalam kategori perokok berat, yaitu yang menghabiskan setidaknya sebungkus rokok sehari selama 26 tahun terakhir, hampir dua kali lebih mungkin kehilangan gigi akibat penyakit periodontal
dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok. Penelitian tersebut juga telah memperhitungkan
catatan kondisi gigi peserta dari dokter gigi yang hasilnya juga signifikan. "Kami menemukan bahwa perokok berat memiliki
kemungkinan jauh lebih tinggi kehilangan gigi karena penyakit periodontal dibandingkan wanita yang tidak pernah merokok. Semakin banyak rokok yang
dihisap, maka risiko penyakit periodontal makin besar," jelas Mai. Kehilangan gigi akibat penyakit periodontal adalah kondisi umum di kalangan wanita menopause yang sangat berdampak terhadap asupan makanan,
estetika, dan kualitas hidupnya secara keseluruhan. Sehingga sekarang ini, wanita memiliki alasan lain yang sangat nyata untuk berhenti merokok. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of American Dental Association, seperti dikutip dari
MedIndia, Minggu (3/3/2013).

DetikHealth
 
Jutaan orang menderita akibat asap rokok

(ANTARA News) - Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan saat ini sudah ada jutaan
orang yang menderita akibat terkena asap rokok, atau menjadi perokok pasif. "Saat ini 6,2 juta perempuan terdampak asap rokok. Selain itu 11,4 juta balita yang terganggu paru-parunya akibat asap rokok. Sehingga jutaan
orang memang telah menderita akibat rokok," kata Nafsiah Mboi di sela-sela acara pemberian
penghargaan oleh Citi Indonesia Women Council (IWC) kepada sejumlah perawat, di Jakarta, Jumat. Dia menegaskan seseorang boleh saja merokok dan membayar pengobatan atas penyakit yang muncul di kemudian hari akibat merokok. Namun
dia mengingatkan kepada para perokok untuk menghormati keberadaan orang yang tidak merokok. Dia juga meminta seluruh pihak, khususnya perempuan yang tidak merokok, untuk berani menyuarakan hak-haknya mendapatkan derajat kesehatan tertinggi. "Kalau ada yang merokok di dalam kendaraan, bilang `stop`. Percuma pendidikan tinggi kalau tidak berani bilang menolak menjadi perokok pasif," kata dia. Dia mengingatkan biaya pengobatan penyakit
akibat merokok antara lain kanker rongga mulut, kanker kerongkongan, serangan jantung dan lain
sebagainya telah mencapai angka Rp2,1 triliun. Jumlah itu belum ditambah dengan biaya yang sebelumnya dikeluarkan untuk membeli rokok. "Sehingga sebaiknya percaya lah pesan yang
diberikan papan-papan peringatan merokok. Lagi
pula orang yang merokok cenderung tidak produktif, karena lebih banyak membuang-buang waktu bekerjanya dengan kegiatan merokok," ujar dia.
 
sangat bermanfaat bagi prempuan yang tidak suka dengan para lelaki perokok so buat lelaki perokok mending jgn merokok lagi deh karna sudah banyak yg meninggal karna rokok....
 
E-cigarette tingkatkan kecanduan merokok?

Selama ini e- cigarette digunakan sebagai alternatif bagi perokok.
E-cigarette dilihat sebagai cara merokok yang lebih sehat karena tidak menimbulkan asap dan mengurangi asupan nikotin yang diisap oleh perokok. Namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa e-cigarette justru memberikan lebih banyak nikotin dan menyebabkan perokok terus kecanduan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna e-cigarette saat ini semakin meningkat dari 10 persen pada tahun 2010 menjadi 21 persen pada tahun 2011. Biasanya pengguna e-cigarette adalah perokok atau orang yang belum pernah merokok. Kebanyakan orang menggunakan e-cigarette untuk berhenti merokok dan mengurangi nikotin yang
diisap. Namun hingga saat ini belum diketahui
apakah e-cigarette bisa memenuhi harapan tersebut. "Masih ada banyak hal yang tidak ketahui tentang produk ini, apakah e-cigarette benar-benar bisa
menghilangkan kecanduan merokok," ungkap Direktur Centers for Disease Control and Prevention, Tom Frieden. Karena tidak menghasilkan asap, e-cigarette biasanya diperbolehkan untuk digunakan di tempat
umum. Hal ini memicu penggunaan e-cigarette yang lebih sering dari pada rokok biasa yang tak boleh digunakan di tempat umum karena mengganggu kenyamanan. Hal ini diakui oleh salah satu pengguna e-cigarette di Queens. "Karena aku bisa merokok di mana saja, akhirnya aku merokok lebih sering. Kupikir e-cigarette bisa
menghentikan kebiasaan merokokku, ternyata
malah sebaliknya. Aku merokok lebih sering,"
ungkap Eric Cyre, seperti dilansir oleh NY Daily News (13/03). Penelitian awal yang dilakukan pada e-cigarette
menunjukkan bahwa pengguna e-cigarette justru lebih banyak mengisap nikotin dari rokok elektrik ini.
Terutama bagi orang yang awalnya bukan perokok kemudian menggunakan e-cigarette. "Tergantung berapa banyak Anda mengisapnya. Anda masih bisa mendapatkan nikotin atau racun
berbahaya lainnya dari e-cigarette. Rokok elektrik ini sebenarnya bukan strategi bagus tanpa risiko," ungkap Dr Andrew Strasser dari University of Pennsylvania School of Medicine. Penemuan ini membuat manfaat e-cigarette semakin
diragukan. Jika tertarik ingin menggunakan e-
cigarette untuk mengurangi kecanduan nikotin, sebaiknya Anda pikirkan lagi.

Merdeka.com
 
Stres Jadi Alasan Wanita Merokok

INILAH.COM, Jakarta- Sementara pria merokok
untuk senang-senang, penelitian mengungkapkan, wanita yang merokok biasanya karena stres.

Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan Hari
Tanpa Merokok Nasional menemukan, sebanyak 33% perokok wanita mengaku hal itu dilakukannya ketika
mereka sedang stres untuk menenangkan saraf mereka. Sementara itu, mayoritas perokok laki-laki yaitu
sebanyak 56% mengaku mereka merokok hanya
ketika tengah berkumpul dengan teman-teman
mereka. Sementara perempuan yaitu sebanyak 48%. Ini menunjukkan bahwa merokok sebenarnya lebih ditermia secara sosial jika itu dilakukan oleh laki-laki. Jo Hemmings, psikolog perilaku, mengatakan
perilaku ini menunjukkan bahwa merokok dianggap lebih diterima secara sosial untuk laki-laki. "Ini mengejutkan, terutama di masa modern, dan bisa menjadi indikasi bahwa perempuan masih
berpotensi memiliki rasa malu dengan perilaku
merokok mereka," katanya seperti dilansir dari dailymail.co.uk. Survei yang melibatkan 2.000 perokok juga
mengungkapkan bahwa 37% perokok masih
menyembunyikan kebiasaan mereka dari orang tua. Malu adalah salah satu alasan utama untuk merahasiakan kebiasaan ini. Yaitu dengan 37% mengaku merasa malu menjadi seorang perokok dan 32% tidak ingin orang yang mereka cintai
khawatir tentang kesehatan mereka akibat
kebiasaan buruk mereka itu.
 
Mengapa Badan Perokok Kurus Kering?

Ghiboo.com

Selain menyebabkan kematian, kebiasaan merokok juga mengikis berat badan penggunanya. Anda menyadarinya tidak? Sekitar 81 persen perokok yang ditanyai dalam sebuah survei di Inggris tidak menyadari bahwa merokok berimbas pada berat badan mereka. Dalam sebuah uji coba menggunakan tikus diketahui bahwa merokok memberikan efek anoreksia pada
bagian-bagian tertentu di otak. Menurut para peneliti Yale University School of Medicine, Amerika, nikotin menekan nafsu makan
dengan mematikan reseptor terkait dengan nafsu makan dan asupan makanan. Akibatnya, terjadilah penurunan berat badan. Penjelasan ini membantu menjelaskan mengapa
perokok merasa tidak lapar ketika merokok dan
mengapa mereka cenderung memiliki badan kurus. Ketika mereka berhenti merokok, cenderung akan makan lebih banyak.
 
Waspadai Asap Rokok, Ini Bahayanya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Menteri Kesehatan
Nafsiah Mboi mengatakan ada jutaan orang yang menderita akibat terkena asap rokok atau menjadi
perokok pasif. "Saat ini 6,2 juta perempuan terdampak asap rokok.
Selain itu 11,4 juta balita terganggu paru-parunya
akibat asap rokok sehingga jutaan orang memang menderita akibat rokok," kata Nafsiah Mboi di sela-sela pemberian penghargaan oleh Citi Indonesia Women Council (IWC) kepada sejumlah perawat. Dia menegaskan seseorang boleh saja merokok dan
membayar pengobatan atas penyakit yang muncul di kemudian hari akibat merokok. Namun dia mengingatkan para perokok untuk menghormati keberadaan orang yang tidak merokok. Dia juga meminta seluruh pihak, khususnya perempuan yang tidak merokok, untuk berani menyuarakan hak-haknya mendapatkan derajat kesehatan tertinggi. "Kalau ada yang merokok di dalam kendaraan, bilang 'stop'. Percuma pendidikan tinggi kalau tidak berani
bilang menolak menjadi perokok pasif," kata dia. Dia mengingatkan biaya pengobatan penyakit akibat merokok antara lain kanker rongga mulut, kanker kerongkongan, serangan jantung dan lain sebagainya telah mencapai angka Rp 2,1 triliun. Jumlah itu belum
ditambah dengan biaya yang sebelumnya
dikeluarkan untuk membeli rokok. "Sehingga sebaiknya percayalah pesan yang
diberikan papan-papan peringatan merokok. Lagi pula orang yang merokok cenderung tidak produktif, karena lebih banyak membuang-buang waktu bekerjanya dengan kegiatan merokok," ujar dia.
 
Hobi Merokok dan Makan Sembarangan, Siap Kena Penyakit Ini

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN---Kanker menjadi salah satu penyakit penyumbang kematian terbesar di Indonesia. Penyebabnya beragam, mulai pola hidup yang tidak sehat, merokok atau pola makan yang
tidak sehat. Menurut pengamat kesehatan Universitas Sumatra
Utara dr Delyuzar, makanan yang mengandung bahan
kimia juga menyebabkan kanker dan banyak pula
lainnya yang dicurigai sebagai penyebab kanker. Ditambahkannya, ada beberapa jenis pengobatan kanker yakni kemoterapi, menggunakan alat
radiologi atau penyinaran dan operasi atau bedah. "Ini tergantung jenis kanker nya. Dokternya lah yang
memutuskan apakah dia dioperasi, di kemoterapi
atau di radioterapi," katanya. Dia mengatakan kanker harus diwaspadai sejak diri karena semakin cepat diketahui maka akan semakin mudah untuk disembuhkan. "Kanker dapat dirawat dan disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai
sejak awal. Jika makin cepat diketahui, maka
prognosisnya bisa disembuhkan. Namun sayangnya, banyak pasien baru mengetahui kalau dirinya kanker
sudah masuk stadium 3 atau, padahal kalau sudah stadium tersebut, tahap kesembuhannya sulit," katanya. Menurut dokter patologi ini, kanker merupakan
penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk
tumbuh tidak terkendali, menyerang jaringan biologis, termasuk kanker payudara. "Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan serta. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi," katanya.
 
Susah Berhenti Merokok? Mungkin Ini Penyebabnya

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menyebutkan bahwa, kebiasaan merokok dan kecanduan nikotin yang sulit hilang bisa dipengaruhi oleh faktor genetis seseorang. Tim peneliti dari Duke University menemukan bahwa, meskipun faktor genetis bukan faktor utama yang menyebabkan seseorang sulit melepaskan diri dari kebiasaan merokok, namun gen memainkan peran penting terhadap kecanduan merokok. Lebih dari 1.000 pria dan wanita diteliti untuk
mengetahui pengaruh genetis terhadap kebiasaan merokok. Peneliti mengamati kebiasaan partisipan
sejak anak-anak sampai usia 38 tahun, mulai dari
perilaku, kesehatan, dan gaya hidup. Data tersebut kemudian diklasifikasi ke dalam ‘skor risiko genetik’ dengan mengamati penanda gen yang dianggap terkait dengan kebiasaan merokok. Hasilnya, sebanyak 880 orang mencoba untuk
merokok, 24 persen lebih mungkin menjadi perokok pada usia 15 tahun dan 43 persen mungkin menjadi perokok di usia 18 tahun. Pada orang dewasa peneliti menemukan bahwa 27 persen lebih mungkin mempertahankan kebiasaan merokok dan 22 persen mungkin mengalami kegagalan dalam usahanya untuk berhenti merokok,
seperti dilansir Everyday Health. Meski faktor genetik berpengaruh terhadap kebiasaan merokok, namun kecanduan rokok
sebenarnya bisa dicegah dengan tidak mencoba dan ikut-ikutan merokok.

DuniaFitness
 
Perokok Tak Tertanggung Jaminan Kesehatan Nasional?

KOMPAS.com - Biaya kesehatan para perokok mungkin saja tak ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014. Hal ini dikarenakan para perokok sengaja menyakiti tubuhnya, walau sudah diberi peringatan. Hal serupa dikatakan Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi, pada temu media di Jakarta pada Jumat (1/11/2013).

"Dasar hukumnya jelas, ada di peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 pasal 25 (i). Pasal ini mungkin saja kita masukkan dalam peraturan pelaksanaan JKN 2014," ujarnya.
Meski begitu aturan ini tidak bisa serta merta dilaksanakan. Hal ini dikarenakan sifat JKN 2014 yang berupa asuransi sosial. Perundang-undangan yang berlaku, menyebabkan JKN 2014 tidak bisa menolak pasien dengan indikasi medis. Terlepas dari pasien tersebut seorang perokok atau bukan.
Biaya kesehatan yang tidak ditanggung JKN 2014 merupakan salah satu cara menekan jumlah perokok. Cara ini juga menyelamatkan keuangan negara dari besarnya biaya yang ditanggung terkait penyakit terkait rokok (PTR). Berdasarkan data dari PT Askes Indonesia Tbk, tiap tahunnya mengeluarkn biaya Rp 39,5 triliun untuk pengobatan PTR.
Saat ini, kata Nafsiah, pihaknya sedang mengupayakan pemanfaatan cukai rokok untuk pembiayaan kesehatan. Cukai rokok nantinya tidak digunakan untuk biaya pembangunan atau sumber pendapatan. Cukai rokok akan digunakan sebagai dana upaya promotif dan preventif terkait pembatasan rokok.
"Kita masih berupaya supaya aturan ini bisa keluar secepatnya. Dengan cara ini hak masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan bisa tercapai," kata Nafsiah.
Cara lain untuk menekan jumlah biaya yang keluar, adalah dengan mengikutsertakan pabrik rokok dalam menanggung biaya kesehatan para perokok. Namun Nafsiah mengkhawatirkan efektivitas upaya ini.
"Cara ini mungkin tidak efektif karena pabrik rokok sudah memperingatkan bahayanya. Kalau pun masih melanggar itu urusan perokok dan kita tidak bisa memidanakan pabrik rokok," kata Nafsiah.

Perusahaan rokok, tambah Nafsiah, bisa terkena sanksi pidana bila melanggar aturan misal membagikan rokok pada anak.
 
Nilai Kerugian Akibat Rokok Terlalu Besar

KOMPAS.com-Kerugian akibat merokok ternyata tidak hanya dari sisi kesehatan, melainkan juga perekonomian. Keuangan negara bisa terancam karena terus membengkaknya biaya kesehatan yang timbul akibat pernyakit terkait rokok (PTR).
Beban biaya yang harus ditanggung akibat rokok terlalu besar jika dibandingkan jumlah pemasukan dari produk tembakau ini. Berdasarkan data Badan Litbangkes pada 2010 jumlah pemasukan dari cukai rokok hanyalah Rp. 55 trilyun. Sedangkan pengeluaran makro akibat rokok mencapai Rp. 245,41 triliun.
Pengeluaran ini terbagi atas pembelian rokok, perawatan medis yang harus dijalani, dan hilangnya produktivitas. Porsi paling tinggi ditempati pembelian rokok dari masyarakat sebesar Rp. 138 triliun. Posisi kedua ditempati kerugian karena hilangnya produktivitas akibat cacat dan kematian usia muda, sebesar Rp. 105,3 triliun. Peringkat ketiga ditempati kerugian akibat rawat medis, baik inap dan jalan sebesar Rp. 2,11 triliun.
Direktur PT. Askes Indonesia Tbk Fahmi Idris menyatakan, biaya yang dikeluarkan akibat PTR terus meningkat. PTR terdiri atas penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit jantung iskemik dan penyakit kanker paru.
“Angka ini terus meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Saat ini biaya yang keluar akibat PTR dari Askes mencapai Rp. 39,5 triliun, dengan jumlah rata-rata kasus 100 ribu per tahun,” ujar Fahmi dalam diskusi, bertajuk 'Gangguan Kesehatan Dan Pembiayaan Penyakit Terkait Rokok, Tanggung Jawab Siapa?' Kamis (31/10/2013) kemarin.
Angka ini sebetulnya bisa ditekan bila cukai rokok dapat digunakan untuk biaya kesehatan baik promotif, preventif, atau kuratif. Cukai yang diperoleh dari rokok tidak digunakan untuk pembangunan dan sumber pendapatan. Fahmi menyarankan pemerintah belajar dari Thailand yang sudah melaksanakan sistem ini.
Fahmi mengatakan, suntikan dana ini akan sangat berarti bagi upaya promotif dan preventif terkait pembatasan rokok. “Saat ini kita memang sudah melakukan upaya promotif dan preventif, namun bersifat massal. Sedangkan untuk rokok, perlu yang lebih individual sesuai karakter tiap orang,” kata Fahmi.
Hal senada dikatakan Ketua Umum PB-IDI, Dr. Zainal Abidin, MH. Menurutnya, kerugian akibat rokok harus ditanggung juga oleh para pengusaha rokok. Pengusaha ini harus bertanggung jawab pada konsumen yang sakit akibat rokok yang dihisap. Dengan cara ini maka beban negara akibat PTR bisa terbantu.
“Kita harus memiliki aturan khusus terkait pemanfaatan cukai rokok untuk biaya kesehatan. Perusahaan rokok kemungkinan tidak akan merugi, karena kecenderungan perokok pemula cenderung meningkat tiap tahunnya,” kata Zainal.
 
Tanggung Biaya Kesehatan Perokok, Indonesia Bisa Bangkrut

KOMPAS.com -Biaya kesehatan yang dikeluarkan akibat dampak rokok tidaklah sedikit. Jumlah total biaya yang harus dikeluarkan akibat penyakit terkait rokok (PTR) diperkirakan sekitar Rp 39,5 trilyun dalam setahun. Angka ini setara 30 persen dari total keseluruhan biaya yang dikeluarkan ASKES.
Angka ini kemungkinan akan terus membesar setara jumlah perokok yang terus meningkat. “Karena itu perokok tidak perlu diikutsertakan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014. Jika diikutsertakan, negara bisa bangkrut karena menanggung biaya yang begitu besar,” kata Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), dr. Zainal Abidin, MH pada diskusi 'Gangguan Kesehatan Dan Pembiayaan Penyakit Terkait Rokok, Tanggung Jawab Siapa?' di Jakarta, Kamis (31/10/2013) kemarin.
Usulan dari IDI memang beralasan dengan mempertimbangkan bentuk demografi penduduk Indonesia saat ini, yang memiliki banyak usia produktif. Padahal, jumlah perokok Indonesia sebanyak 61,4 juta orang sebagian besar adalah generasi muda. Sekitar 10-20 tahun lagi, generasi muda ini akan menjadi lansia dengan berbagai penyakit akibat kebiasaan merokok yang pernah dilakukan.
Dengan keanggotaan JKN yang dimiliki, maka biaya kesehatan mereka ditanggung negara. Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi keuangan negara.
Zainal juga mengacu pada Peraturan Presiden tentang JKN nomer 12 tahun 2013 pasal 25 i. Aturan tersebut memuat pelayanan yang tidak ditanggung JKN, yaitu yang diakibatkan sengaja menyakiti atau melakukan hobi yang merugikan diri sendiri.
Zainal menegaskan, menghisap rokok termasuk dalam perbuatan yang sengaja menyakiti diri sendiri, sehingga akibatnya tidak perlu ditanggung pemerintah.
“Perokok umumnya mengerti perbuatannya tidak baik dan menyakiti orang lain, tapi masih juga dilakukan. Kalau begini tidak adil bila pemerintah dan masyarakat masih harus menanggung biaya kesehatan para perokok. Jika keberatan menanggung sendiri, mungkin bisa dibantu perusahaan rokok,” kata Zainal.
Kemungkinan Indonesia yang bakal bangkrut bila menanggung biaya kesehatan perokok juga diungkapkan Direktur PT. Askes Indonesia Tbk, Fahmi Idris. Menurutnya kebangkrutan tak bisa dihindari, karena pada 2030 semua generasi muda perokok saat ini akan menderita sakit. Jenis sakit yang diderita beragam, namun hampir semuanya memerlukan biaya tinggi (katastropik).
“Bila terus begini kita pasti bangkrut. Meski begitu BPJS kesehatan tidak memisahkan pasien perokok dan bukan perokok,” kata Fahmi.
Untuk mengatasi hal ini, Zainal mengusulkan subsidi pembiayaan penyakit katastropik terkait PTR. Jumlah subsidi disarankan menutupi 30 persen biaya yang dikeluarkan Askes akibat PTR setiap tahunnya.
Namun solusi ini hanya bersifat jangka pendek. Fahmi menyatakan, pemerintah tetap harus serius menyelesaikan isu terkait pembatasan rokok dari berbagai aspek. Pembatasan rokok dapat mencegah generasi muda terpapar rokok sejak dini, sehingga faktor risiko berbagai penyakit seperti jantung dan kanker bisa dikurangi.
Solusi lain adalah memperkuat gateaway keeper, yaitu upaya promotif dan preventif. Usaha ini bisa dilakukan dokter di layanan kesehatan primer yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Masyarakat juga dapat membentengi diri sendiri dengan terus menambah pengetahuan dan tidak segan menginfokan kerugian merokok.
“Konsep ini jadi mirip dokter keluarga. Kita juga bisa mencontoh Thailand terkait upaya promotif dan preventif, yang menggunakan cukai dari rokok,” kata Fahmi.
 
Pajak Rokok akan Digunakan untuk Penanggulangan Dampak Merokok

Metrotvnews.com, Jakarta: Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI bakal memakai dana dari pajak rokok untuk merancang program penanggulangan dampak negatif akibat merokok. Upaya itu dilakukan agar tidak ada tumpang-tindih dengan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang telah berjalan.

“Rencananya, dana dari pajak rokok tidak cuma buat pengobatan bagi pasien sakit karena rokok, tapi juga untuk pencegahan,” kata Kepala Dinkes DKI Dien Emmawati di Jakarta, Minggu (3/10).

Menurut dia, anak-anak usia sekolah akan jadi sasaran pencegahan. Banyak anak usia dini sudah merokok.

“Kita akan edukasi mereka soal dampak merokok seperti apa,” kata dia.

Dana itu nantinya juga dipakai untuk program setop merokok di puskesmas dan rumah sakit swasta dan milik pemerintah.

“Kita bakal buat penyuluhan untuk program setop merokok,” ujarnya.

Dien memperkirakan sebesar 70% dari pajak rokok yang bakal dialokasikan untuk program kesehatan akibat merokok itu. Namun, ia belum tahu alokasi pajak rokok tersebut.

“Perda Pajak Rokok kan baru disahkan DPRD DKI sehingga Pemprov DKI masih menghitung dana yang akan diperoleh untuk menambahkan pendapatan asli daerah (PAD), yang dialokasikan untuk anggaran kesehatan 70% itu,“ pungkas Dien.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto menambahkan, pihaknya berjanji membantu Dinkes DKI untuk pencegahan merokok di kalangan anak usia dini. Saat ini Disdik DKI sudah menolak sponsor rokok di sekolah-sekolah.

“Kini kita akan bantu pencegahan rokok pada siswa,“ katanya.

Ketua Komnas Pengendalian Tembakau Prijo Sidipratomo mendukung langkah Dinkes DKI yang menggunakan dana dari pajak rokok untuk pencegahan di kalangan anak-anak dan pengobatan pasien sakit akibat merokok.

“Tapi, yang penting pusat juga harus mendukung dan ikut menyukseskan langkah ini,“ kata Prijo. (Selamat Saragih)
 
Kemasan Rokok Bergambar Seram Berdampak Omzet Turun 10 Persen

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Kebijakan pemerintah yang mengharuskan adanya gambar seram pada bungkus rokok berdampak bagi perusahaan yakni omzet penjualan produk rokok turun 10 persen.

Hal itu disampaikan pemilik Pabrik Rokok (PR) Janur Kuning, Muhammad Guntur, Rabu (13/8/2014).

Guntur mengatakan, penurunan omzet penjualan rokok di pasaran dialami beberapa produsen rokok yang sudah lebih dahulu mengeluarkan rokok dengan kemasan baru yang disertai etiket gambar menyeramkan.

"Penjualan kami menurun usai menggunakan etiket yang baru yaitu yang memakai gambar seram. Sedangkan rokok yang belum dilengkapi gambar seperti itu justru omzetnya meningkat," katanya.

Penurunan omzet yang terjadi mencapai 10 persen dari total penjualan biasanya. Menurut Guntur, omzet penjualan rokok yang sudah memasang etiket baru dikarenakan para perokok yang melihat gambar tersebut merasa ngeri dan ada rasa semacam ketakutan sehingga lebih memilih mencari rokok dengan kualitas yang hampir sama yang kemasannya belum bergambar.

"Menurunnya ini karena perokok beralih ke rokok yang tidak bergambar. Tapi, kami yakin itu tidak akan lama karena perokok ibaratnya memiliki kecocokan," ujarnya.

Jika ada yang masih bertahan dengan kemasan rokok yang bergambar seram, beberapa diantaranya menyiasatinya dengan memasukkan batang rokok ke wadah rokok kemasan ulang yang tidak ada gambar seperti itu.

Penggunaan etiket baru tersebut berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan nomor 28/2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Para pengusaha diberi tenggang waktu sampai 24 Agustus 2014 untuk memakai etikat bergambar tersebut.

Terpisah, pemilik PR Kembang Arum Kudus, Peter Muhammad Farouk menyatakan belum mengetahui dampak desain baru yang disertai dengan gambar akibat merokok. Pasalnya, perusahaannya baru mengedarkan produknya yang bergambar sejak sepekan terakhir.
 
Bungkus rokok bergambar seram, kotak aluminium laris manis

MERDEKA.COM. Kebijakan pemerintah mewajibkan kepada semua produsen rokok untuk memperingatkan bahaya rokok melalui gambar pada bungkus rokok yang resmi berlaku Juli 2014 lalu, cukup berpengaruh. Mayoritas penikmat rokok di Palembang mengaku takut melihat gambar yang cukup menyeramkan itu.

Meski belum ada keterangan resmi dari dinas kesehatan setempat terkait pengaruh bungkus rokok seram itu, namun bisa dilihat dari penjualan kotak rokok aluminium. Pedagang kotak rokok aluminium itu pun meraup untung besar pasca beredarnya bungkus rokok dengan gambar seram.

Salah seorang pedagang aksesoris rokok di Pasar Sekip Palembang mengaku, dalam sehari dagangannya bisa habis 30-40 kotak. Harga yang dijual bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung kualitas dan jenis kotak rokok itu.

"Ya, laris manis ini setelah bungkus rokok bergambar itu. Lumayanlah, tiga kali lipat peminatnya," kata Rahadin (45), Rabu (13/8).

Adi (35), seorang karyawan swasta mengaku sangat risih melihat bungkus rokok yang dijual saat ini. Sebab, tampilan gambarnya sangat menakutkan.

Karena sudah menjadi pecandu rokok, Adi mencari cara jitu agar dia bisa kembali merokok seperti biasa. Caranya membuang bungkus rokok asli dan menggantinya dengan kotak rokok aluminium.

"Dari pada terlihat terus saat ambil rokok, mending bungkusnya dibuang saja. Saya masukkan rokok itu ke kotak rokok buatan (aluminium). Apalagi, kotak rokok itu banyak pilihannya, tergantung merek," ujarnya.

Pernyataan serupa juga diutarakan Sunarto (40), pegawai salah bank di Palembang. Menurut dia, belakangan terakhir sangat sulit mencari rokok yang masih belum bergambar seram. Dia pun cukup terpengaruh terhadap bungkus rokok yang beredar saat ini.

"Kemarin-kemarin saya sempat ganti rokok yang tidak ada gambarnya, tapi sekarang tidak ada lagi. Jadi, mau tak mau harus dibuang bungkusnya," kata Sunarto yang mengaku sudah merokok sejak masih duduk di bangku kelas I SMP ini.
 
E-cigarette tingkatkan kecanduan merokok?

Selama ini e- cigarette digunakan sebagai alternatif bagi perokok.
E-cigarette dilihat sebagai cara merokok yang lebih sehat karena tidak menimbulkan asap dan mengurangi asupan nikotin yang diisap oleh perokok. Namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa e-cigarette justru memberikan lebih banyak nikotin dan menyebabkan perokok terus kecanduan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna e-cigarette saat ini semakin meningkat dari 10 persen pada tahun 2010 menjadi 21 persen pada tahun 2011. Biasanya pengguna e-cigarette adalah perokok atau orang yang belum pernah merokok. Kebanyakan orang menggunakan e-cigarette untuk berhenti merokok dan mengurangi nikotin yang
diisap. Namun hingga saat ini belum diketahui
apakah e-cigarette bisa memenuhi harapan tersebut. "Masih ada banyak hal yang tidak ketahui tentang produk ini, apakah e-cigarette benar-benar bisa
menghilangkan kecanduan merokok," ungkap Direktur Centers for Disease Control and Prevention, Tom Frieden. Karena tidak menghasilkan asap, e-cigarette biasanya diperbolehkan untuk digunakan di tempat
umum. Hal ini memicu penggunaan e-cigarette yang lebih sering dari pada rokok biasa yang tak boleh digunakan di tempat umum karena mengganggu kenyamanan. Hal ini diakui oleh salah satu pengguna e-cigarette di Queens. "Karena aku bisa merokok di mana saja, akhirnya aku merokok lebih sering. Kupikir e-cigarette bisa
menghentikan kebiasaan merokokku, ternyata
malah sebaliknya. Aku merokok lebih sering,"
ungkap Eric Cyre, seperti dilansir oleh NY Daily News (13/03). Penelitian awal yang dilakukan pada e-cigarette
menunjukkan bahwa pengguna e-cigarette justru lebih banyak mengisap nikotin dari rokok elektrik ini.
Terutama bagi orang yang awalnya bukan perokok kemudian menggunakan e-cigarette. "Tergantung berapa banyak Anda mengisapnya. Anda masih bisa mendapatkan nikotin atau racun
berbahaya lainnya dari e-cigarette. Rokok elektrik ini sebenarnya bukan strategi bagus tanpa risiko," ungkap Dr Andrew Strasser dari University of Pennsylvania School of Medicine. Penemuan ini membuat manfaat e-cigarette semakin
diragukan. Jika tertarik ingin menggunakan e-
cigarette untuk mengurangi kecanduan nikotin, sebaiknya Anda pikirkan lagi.

Merdeka.com
dampaknya sama aja kaya narkoba ya...
 
Back
Top