BAHAYA MEROKOK!! AKTIF & PASIF

Anda Perokok? Rontgen Paru-paru Anda Sekarang!

KOMPAS.com - Kondisi paru-paru seseorang yang merokok dan tidak merokok tentunya berbeda. Banyak bahaya kesehatan yang mengintai para perokok, utamanya kanker paru-paru.
1742226shutterstock-191637962780x390.jpg

Kanker paru sering kali tidak terdeteksi sejak dini sehingga sering disebut "silent killer". Pada stadium awal, kanker paru kerap tidak menimbulkan gejala apapun. Cara deteksi dini yang dianjurkan adalah melakukan rontgen paru.

"Kanker paru paling banyak menyerang laki-laki karena ini berhubungan erat dengan kebiasaan merokok," ujar dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Agus Dwi Susanto di Jakarta, Rabu (29/4/2015).

Agus mengatakan, 90 persen kasus kanker paru di RS Persahabatan terjadi pada perokok. RS Persahabatan sendiri memang merupakan rumah sakit rujukan untuk penyakit paru sehingga pasiennya cukup banyak.

Ironisnya, mereka yang tidak merokok tetapi sering terpapar asap rokok juga bisa terkena kanker paru. Kanker paru baru menunjukkan gejala saat sudah stadium lanjut sehingga peluang kesembuhan pun lebih kecil.

Gejala kanker paru antara lain batuk terus menerus hingga batuk darah, sesak napas, sering merasa lelah, hingga penurunan berat badan.

"Jangan tunggu sampai gejalanya muncul karena itu artinya kondisi kanker sudah parah atau stadium lanjut," terang Agus.

Bagi Anda yang perokok, Agus pun menyarankan agar melakukan pemeriksaan dengan rontgen. Jika Anda tetap merokok, rontgen harus dilakukan rutin setiap satu tahun sekali. Pencegahan merupakan langkah yang paling baik, yaitu berhenti merokok. Bagi mereka yang tidak merokok, hindarilah paparan asap rokok.
 
merokok pa gak ya tetep sama2 akan masuk kubur!
pengen merokok? silahkan... asal ditempatmu sendiri pa yg telah disediakan.
ga merokok? itu lebih bagus! hemat duit..
Melarang? Tuhan wae ga nyebutin hidup dilarang merokok! melibas hak azasi manusia.
---
gak enaknya kalo punya temen udah ga bisa lepas merokok minta dibelikan. dikasih sama aja ngasih racun(?) ga dikasih kok kasihan. andai membunuh sesama diijinkan.. tak tembak jidatnya!

- n1 -
 
Merokok 25 Batang Per Hari? Ini Bahayanya

JAKARTA, KOMPAS.com - Berapa batang rokok yang Anda bakar setiap harinya? Bagi pecandu rokok, mungkin bisa lebih dari 25 batang per hari atau sekitar 2 bungkus rokok.

Nah, bagi Anda yang merokok 25 batang per hari atau lebih, maka 40 kali lebih berisiko terkena kanker laring dibanding yang tidak merokok. Begitu pula bagi Anda yang sudah merokok lebih dari 40 tahun.


"Ini terjadi karena bahan karsinogen pada asap rokok yang terpapar bertahun-tahun akan menyebabkan perubahan epitel laring, menjadi displasia difus dan kemungkinan dapat berubah menjadi kanker," terang Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Minggu (23/8/2015).


Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI itu juga mengungkapkan, kematian akibat kanker laring 20 kali lebih sering pada perokok daripada yang tidak merokok.

Selain kanker laring atau pita suara, kebiasaan merokok juga berkaitan dengan sedikitnya 25 penyakit di tubuh manusia. Sejumlah penelitian mengungkapkan, orang yang merokok lebkh berisiko terkena serangan jantung, hingga kanker paru-paru.


Tjandra mengatakan, penelitian Balitbangkes menunjukkan sekitar 60 persen pria dan di bawah 5 persen perempuan di Indonesia adalah perokok. Ironisnya, usia perokok di Indonesia pun semakin muda. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2009, lebih dari 30 persen anak Indonesia sudah merokok sebelum usia 10 tahun.


Seperti diketahui, asap rokok mengandung 4000 bahan kimia berbahaya dan lebih dari 43 zat menyebabkan kanker. Asap rokok tak hanya membahayakan kesehatan perokok, tapi juga orang-orang di sekitar yang terpapar asap rokok.
 
Anda Perokok dan Bertubuh Gemuk? Waspadai Serangan Jantung

KOMPAS.com - Para ahli kembali mengingatkan bahaya merokok dan juga kelebihan berat badan atau obesitas untuk kesehatan jantung. Sebuah survei di Inggris mengungkapkan, satu dari lima pasien serangan jantung adalah perokok dan tiga dari lima pasien memiliki kelebihan berat badan.

Merokok dan juga lemak berlebih dalam tubuh bisa menyumbat aliran darah dan menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama terjadinya serangan jantung. Risiko tersebut bakal naik lagi jika ternyata Kolesterol dan tekanan darah tinggi.

Joe Mills, seorang ahli jantung mengatakan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat. Apalagi bagi mereka yang pernah terkena serangan jantung. Sayangnya, sering kali pasien obesitas mengabaikan saran diet yang dianjurkan dokter. Sementara itu, para perokok sulit untuk berhenti merokok.

"Pasien mengabaikan risiko jangka panjang cukup serius yang akan mereka hadapi. Penting bagi pasien untuk mengenali kondisi jantungnya," kata Joe.

Risiko penyakit jantung sebenarnya bisa dikurangi dengan menerapkan pola hidup sehat. Selain tidak merokok dan menjaga berat badan, jagalah pola makan sehat, rutin berolahraga, cukup istirahat, dan mengelola stres. Lakukan pemeriksaan kesehatan setidaknya setahun sekali jika Anda sudah berusia di atas 30 tahun.
 
apapun yang dibicarakan orang atau pakar kesehatan tentang bahaya rokok maka tak akan pernah diindahkan para perokok. jika ingin org indonesia berkurang yang konsumsi rokok sebenarnya mudah jika pemerintah mau melakukannya. Jika mereka (pemerintah) bingung mengatasinya maka jadikan ak menteri perdagangan biar ak membuat permennya :)
 
Last edited:
Jutaan orang menderita akibat asap rokok

(ANTARA News) - Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan saat ini sudah ada jutaan
orang yang menderita akibat terkena asap rokok, atau menjadi perokok pasif. "Saat ini 6,2 juta perempuan terdampak asap rokok. Selain itu 11,4 juta balita yang terganggu paru-parunya akibat asap rokok. Sehingga jutaan
orang memang telah menderita akibat rokok," kata Nafsiah Mboi di sela-sela acara pemberian
penghargaan oleh Citi Indonesia Women Council (IWC) kepada sejumlah perawat, di Jakarta, Jumat. Dia menegaskan seseorang boleh saja merokok dan membayar pengobatan atas penyakit yang muncul di kemudian hari akibat merokok. Namun
dia mengingatkan kepada para perokok untuk menghormati keberadaan orang yang tidak merokok. Dia juga meminta seluruh pihak, khususnya perempuan yang tidak merokok, untuk berani menyuarakan hak-haknya mendapatkan derajat kesehatan tertinggi. "Kalau ada yang merokok di dalam kendaraan, bilang `stop`. Percuma pendidikan tinggi kalau tidak berani bilang menolak menjadi perokok pasif," kata dia. Dia mengingatkan biaya pengobatan penyakit
akibat merokok antara lain kanker rongga mulut, kanker kerongkongan, serangan jantung dan lain
sebagainya telah mencapai angka Rp2,1 triliun. Jumlah itu belum ditambah dengan biaya yang sebelumnya dikeluarkan untuk membeli rokok. "Sehingga sebaiknya percaya lah pesan yang
diberikan papan-papan peringatan merokok. Lagi
pula orang yang merokok cenderung tidak produktif, karena lebih banyak membuang-buang waktu bekerjanya dengan kegiatan merokok," ujar dia.
Artikel yang bagus, walau susah untuk memberikan pengertian kepada para perokok. Makanya mulailah dari rumah kita sendiri, anjurkan supaya ayah tidak merokok, sehingga semua keluarga terbebas dari asap rokok.
 
Banyak orang mengatakan kalau rokok elektrinik itu lebih berbahaya dari pada rokok bakar biasa ? betul atau tidak itu ?
 
KOMPAS — Elite politik di Indonesia dinilai mengabaikan dampak buruk akibat rokok pada generasi muda Indonesia. Mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bangsa. Masa depan bangsa dipertaruhkan.

Demikian penilaian sejumlah tokoh yang berkumpul di Jakarta, Rabu (30/9), terhadap situasi yang berkembang belakangan ini, terutama terkait Rancangan Undang-Undang Pertembakauan dan RUU Kebudayaan yang memasukkan pasal kretek.

Pertemuan itu dihadiri sejumlah tokoh di antaranya mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, dan Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat. Turut hadir Guru Besar Universitas Indonesia Imam B Prasodjo, sastrawan Taufik Ismail, mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Fasli Djalal, dan mantan Menteri Kesehatan Farid Anfasa Moeloek.

Emil Salim mengatakan, elite politik seperti ragu berpihak kepada rakyat, bahkan cenderung permisif dengan dampak buruk rokok yang dialami masyarakat. "Hadirnya RUU Pertembakauan dan menyusupnya pasal kretek dalam RUU Kebudayaan jadi contoh gamblang betapa kekuatan uang meracuni kehidupan politisi kita sekarang," ujarnya.

Bersama dengan narkoba dan minuman keras, rokok menjadi racun bagi masyarakat, terutama generasi bangsa yang dalam 30 tahun ke depan akan memimpin negeri ini. Sikap permisif elite politik terhadap dampak buruk rokok juga bisa merusak pola pikir generasi muda.

Buya Syafii Maarif mengatakan, rakyat miskin jadi korban akibat rokok. Sementara yang meraup keuntungan dari rokok adalah pengusaha rokok. "Apa kita masih punya masa depan jika elite politik belum siuman terhadap bahaya ini," ujarnya.

Ketua Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDUI) Sonny Harry Budiotomo Harmadi menyampaikan, menurut riset LDUI, 13 persen pengeluaran keluarga miskin untuk rokok. Itu belanja kedua terbesar setelah belanja makanan pokok (19 persen).

Maka dari itu, kunci pengendalian konsumsi rokok adalah meningkatkan cukai rokok lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan penduduk agar rokok tak terjangkau anak-anak dan remaja. Selain itu, pemerintah diminta mengaksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC), menerapkan kawasan tanpa rokok, dan melarang penjualan rokok kepada anak.
 
Mengapa Ada Perokok yang Tetap Sehat sampai Tua?

KOMPAS.com — Meski para ahli kesehatan telah menguraikan bahaya rokok bagi kesehatan, nyatanya banyak perokok yang tetap merokok sampai tua dan sehat-sehat saja. Tim ilmuwan dari Inggris berhasil mengungkap adanya faktor lain yang berpengaruh, yakni faktor genetik.

Selain itu, ada perbedaan genetik yang berpengaruh pada seseorang apakah akan kecanduan rokok atau tidak. Pemahaman terhadap varian gen ini diketahui akan membantu dokter melakukan pengobatan pada penyakit paru, seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), serta membantu kesuksesan upaya berhenti merokok.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof Ian Hall dari Universitas Nottingham menemukan profil DNA tertentu yang menurunkan risiko PPOK, termasuk bronkitis dan emfisema. Gen ini berpengaruh pada cara paru-paru berkembang dan merespons cedera.

Di lain pihak, ada juga DNA tertentu yang justru meningkatkan risiko PPOK sehingga ini bisa menjelaskan mengapa ada orang yang terkena penyakit ini walau tidak pernah merokok sama sekali.

Meski begitu, hasil penelitian ini tidak lantas menjadi "lampu hijau" bagi Anda untuk melanjutkan kebiasaan merokok. "Merokok adalah faktor risiko terbesar untuk penyakit PPOK. Kebanyakan, tetapi tidak semua, perokok menderita penyakit ini. Faktor genetik berperan, seperti halnya dalam kecanduan rokok atau tidak," katanya.

Hall dan rekannya juga berhasil mengenali lima bagian dari DNA yang terkait dengan perokok berat. Bagian itu memengaruhi fungsi otak dalam merespons nikotin. Penelitian tersebut dilakukan dengan menganalisis data genetik dari profil medis 500.000 orang yang didaftarkan antara tahun 2006-2010 saat mereka berusia 40-69 tahun.
 
hati" membeli rokok electrik yang ditawarkan dengan harga murah
saya pernah coba sampe sakit tenggorokan ckckck
lebih mahal dikit lebih baik daripada murah tapi membuat anda menyesal kemudian
 
terkadang yang mahal aja bikin penyakit meskipun disebutnya healty cigar ckckk
mending rokok biasa kali haha
 
Back
Top