Konsultasi dengan apoteker ? mengapa tidak !

nurcahyo

New member
Konsultasi dengan apoteker ? mengapa tidak !


dr.Theresia Diah Arini

Saat kita atau si kecil anak kita sakit ringan, entah itu demam, batuk-pilek, diare ringan, atau lainnya yang masih tergolong tidak berat, biasanya kita tidak langsung berobat ke dokter. Adalah hal yang wajar dan lumrah bila kita mencoba mengobati sendiri dengan obat yang ada di rumah. Apalagi bila kebetulan sakit muncul di malam hari dan lokasi praktek dokter cukup jauh dari rumah.


Mencoba pengobatan sendiri dengan obat bebas yang ada memang bisa saja dilakukan, apalagi bila gejala yang muncul hanya demam, atau batuk pilek ringan saja. Obat-obatan untuk keluhan umum ini memang tersedia dan dapat dibeli bebas di apotik atau toko obat. Hal ini akan memudahkan, namun adakalanya sekaligus membingungkan bagi sebagian orang awam. Pertanyaan yang muncul dalam benak kita umumnya ?Obat bebas apa yang paling tepat sesungguhnya, ya?? atau bisa juga ?Kira-kira obat ini aman atau tidak ya ??


Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa hal ini sesungguhnya dapat dikonsultasikan dengan apoteker yang ada di apotek. Sebenarnya mereka dapat membantu dengan memberikan informasi tentang berbagai obat, merekomendasikan obat bebas yang sebaiknya digunakan, menjelaskan cara kerja obat, bahkan tentang efek samping obat. Walaupun sebagian dari kita merasa asing dengan hal ini, kenyataannya di negara-negara maju banyak apoteker bahkan memiliki ruang konsultasi tersendiri bagi para konsumennya. Di dalam ruangan ini mereka dapat berdiskusi secara terbuka tentang masalah obat-obatan tersebut.


Apakah ini sama dengan berkonsultasi ke dokter ? Tidak. Perlu diketahui bahwa dalam pendidikan profesi apoteker memang tidak diajarkan tentang diagnosis penyakit, sehingga untuk masalah ini dokter yang berperan. Walaupun sama-sama berhubungan dengan obat, namun latar belakang pendidikan kedua bidang tersebut berbeda. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : dokter mempelajari pasien, seluk-beluk penyakit, dan cara pengobatannya; sedangkan apoteker mempelajari zat-zat apa saja yang dipakai untuk bahan obat, cara penyimpanan, pemakaian, mekanisme kerja obat, dan efek apa saja yang dapat timbul bila obat tersebut digunakan. Karenanya, masalah diagnosa penyakit dan pemberian resep obat dilakukan oleh dokter, sedangkan masalah penyiapan sediaan obat, peracikannya, secara khusus menjadi wewenang apoteker. Jadi peran apoteker tidaklah kecil. Bahkan kerap kali, apoteker mengkonfirmasikan ulang resep obat ke dokter yang membuatnya, bila ia menemukan kejanggalan atau sesuatu yang tidak tepat.


Lantas, informasi apa saja yang bisa ditanyakan ke sang apoteker ? Berikut ini beberapa topik pertanyaan yang akan dapat dijawab dengan mudah oleh apoteker :


1. Indikasi obat : Apa sajakah indikasi obat ? Penyakit apa sajakah yang dapat diberikan obat tersebut ?
2. Kontra indikasi obat : Pada keadaan apa sajakah obat tidak boleh digunakan ? Amankah bila diminum oleh anak balita, ibu hamil, atau penderita lanjut usia ?
3. Cara penyimpanan obat : Perlukah cara khusus menyimpannya ? Berapa lama obat boleh disimpan ?
4. Cara pemberian obat : Kapan sebaiknya obat diminum ? Sebelum atau sesudah makan ? Apakah boleh diberikan bersama dengan obat lain, makanan atau susu ?
5. Efek samping obat : Adakah efek samping yang mungkin terjadi ? Apa saja yang perlu diwaspadai ? Apa yang harus dilakukan bila efek samping terjadi ?
6. Dosis dan jadwal obat : Berapa dosis yang tepat ? Bagaimana bila suatu saat terlupa minum obat ? Berapa lama obat boleh diminum terus menerus ? Apakah obat harus dihabiskan atau boleh dihentikan bila gejala sudah reda ?


Tentunya ada begitu banyak lagi pertanyaan yang mungkin ingin diajukan. Tetapi tak perlu khawatir, karena pada umumnya bila hal tersebut berkaitan dengan penggunaan obat, maka apoteker dapat menjelaskannya pada Anda.


Satu hal yang penting untuk diingat saat sebelum berkonsultasi dengan apoteker adalah riwayat alergi. Anda harus ingat-ingat apakah ada di antara anda, anak atau salah satu anggota keluarga yang pernah menderita alergi terhadap obat tertentu. Jika memang ada, informasikanlah hal tersebut pada sang apoteker. Ini akan membantunya dalam memberikan rekomendasi obat yang aman dan tidak menyebabkan alergi bagi anda.
 
saya sebagai salah satu mahasiswa farmasi di salah satu universitas di jogja, merasa bangga dan lebih mantap dengan pilihan saya untuk menjadi seorang farmasis. terima kasih buat tambahan keterangan-keterangannya
 
ini kan retorika nya. kenyataannya? apoteker di Indonesia kebanyakan kan lebih seperti tukang obat. Lihat saja lay out apotik. Di luar ada penerima resep (yang nggak tau obat apa itu yang di minta) memberikan ke belakang, dan para peracik obat sibuk meracik obatnya.
Kalau di lingkungan tinggal saya, yang menerima resep si apoteker sendiri. jadi bisa bertanya. di Indonesia? NO WAY!
 
Back
Top