Kesehatan Gigi

Kalina

Moderator
Minum Teh 100 kali Sehari,Gigi Wanita Ini Copot

INILAH.COM, Jakarta - Wanita berusia 47 dari Michigan, kehilangan seluruh giginya. Ia didiagnosa dengan penyakit tulang yang langka akibat dari kebiasaan minum teh berlebihan. Seperti dilansir dari dailymail, wanita ini dilaporkan minum teh sebanyak 100 kantong tiap hari dan sudah dilakukan selama 17 tahun. Dia lalu berobat ke Rumah Sakit Henry Ford di Detriot setelah tak kuat lagi menahan nyeri dan kekakuan di punggung, lengan, kaki dan pinggul. Seperti dilansir dari dailymail, giginya yang begitu
rapuh terpaksa harus disingkirkan. Sinar X menunjukkan, dia memiliki area tulang padat yang abnormal di beberapa tulang belakang. Kadar fluoride wanita ini pun ditemukan empat kali lebih besar dari kadar normal. Padahal demi kesehatan, disarankan air tidak mengangung lebih dari 4mg fluoride per liter, tapi perempuan ini telah mengkonsumsi 20mg setiap harinya. Dr Sudhaker Rao, mengatakan kepada LiveScience bahwa wanita itu awalnya dicurigai menderita kanker karena terlihat mirip pada X-ray. Namun ia mampu mengenali kondisinya sebagai fluorosis tulang karena telah menemukan gejala tersebut dalam bukunya. Dia menjelaskan bahwa fluoride biasanya
dikeluarkan oleh ginjal, tetapi jika seseorang
mengkonsumsi terlalu banyak maka mineral
membentuk deposito pada tulang.
 
Antrian Panjang Anak Demi Periksa Gigi

Sanggar Kreatifitas Anak (SKA) terminal Pinang Baris terlihat begitu ramai sore itu. Beberapa anak sedang asik menaiki tangga untuk bermain perosotan, anak-anak yang lain juga terlihat menikmati permainan kejar-kejaran, namun ada juga beberapa anak yang hanya duduk tenang menikmati jajanan di tangannya.

Hampir saja permainan Samson, Delila dan Singa itu dimulai. Sekitar 20 anak sudah membagi diri dan saling berhadapan, namun cukup disayangkan karena permainan tersebut belum bisa diselesaikan karena dua orang dokter Puskesmas Pinang Baris telah datang.

Barisan permainan yang telah tersusun, lalu berhamburan dan membariskan diri di depan pintu masuk SKA. Satu persatu anak didata oleh Kak Wina dan dibantu oleh siswa-siswa magang dari SMK Negeri 9 Medan. Terdata sudah jumlah anak ada sekitar 40 anak.

Dengan antusias dan rapi anak-anak duduk untuk mengikuti kegiatan pemeriksaan gigi gratis yang dilakukan oleh Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) bekerjasama dengan Puskesmas Pinang Baris, hari Kamis (15/3) sore.

Kegiatan tersebut diawali dengan penjelasan dari dr. Roida tentang fasilitas-fasilitas kesehatan yang biasanya didatangi oleh masyarakat Pinang Baris. Dan kebanyakan anak ternyata mampu untuk menyampaikan tempat-tempat tersebut. Setelah itu dokter mulai menjelaskan tentang kesehatan gigi, dan bagaimana merawatnya agar tetap bersih, sehat dan kuat.

“Agar gigi kita tetap sehat, ada tiga hal yang setidaknya harus kita lakukan. Pertama sikat gigi kalian minimal dua kali dalam sehari, jika habis memakan makanan juga harus menyikat gigi, dan menyikat gigi sebaiknya seperti ini.” Ucapnya sembari memberikan contoh cara menyikat gigi.

Setelah mendapatkan penjelasan, dr. Sri segera menggantikan dr. Roida untuk langsung memeriksa gigi anak-anak tersebut. Dari data pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa kebanyakan gigi anak mengalami masalah. Dan beliau sampaikan anak-anak tersebut dapat datang langsung ke puskesmas Pinang Baris agar mendapat pengobatan yang lebih baik dengan membawa kartu sehat. Kordinator SKA, bang Irwan menyampaikan bahwa kartu sehat merupakan kartu identitas anak yang dapat digunakan untuk mendapatkan akses kesehatan di puskesmas, dan saat ini sudah melakukan kerjasama dengan puskesmas Amplas, Pinang Baris dan Amplas, serta rumah sakit Bina Kasih Sunggal.

Setiap anak yang telah selesai memeriksakan gigi akan langsung menemui kak Wina, salah seorang staf PKPA. “Ada bingkisan anak berupa alat-alat mandi, seperti pasta dan sikat gigi, sabun, handuk serta potongan kuku.” Ucapnya sembari membagikan satu persatu.

kompasiana.com
 
Ayo Periksa Gigi Gratis!

Ghiboo.com - Tanpa disadari, gigi dan mulut merupakan 'pintu gerbang' masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya. Menurut dr. Tengku Bahdar Johan, SpPD, Spesialis penyakit dalam dari RS. Premier Bintaro, Jakarta, "Banyak studi membuktikan bahwa masalah gigi dan terutama gusi dapat menimbulkan beberapa
komplikasi kelainan sistemik, abses pada kulit, endokarditis, diabetes, serta kelahiran bayi prematur dan berat badan lahir rendah." Bahkan, 60 persen pasien mengalami kelainan sistemik urtikaria (biduran) akibat karies gigi yang tidak ditangani dengan benar. Yang memprihatikan, populasi yang sangat rentan mengalami gigi dan gusi bermasalah adalah anak-anak. Oleh karena itulah, perilaku sehat harus ditanam sejak dini agar kondisi gigi tetap sehat hingga
akhir hayat. Ayo, Periksa Gigi Gratis! Memperingati Hari Kesehatan Gigi Sedunia 2013, pasta
gigi Pepsodent menggelar Free Dental Check Up. Masyarakat bisa memeriksakan kesehatan giginya secara gratis di Gandaria City Jakarta (22-24 Maret
2013) dan Trans Studio Bandung (6-7 April 2013). Pepsodent juga mengadakan talkshow seputar kesehatan gigi dengan mengundang para ahlinya, baik dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter gigi anak dan ortodontis. Sejumlah games bersifat edukasi
untuk anak-anak juga dihadirkan demi
menyukseskan acara 'Dunia Pepsodent, Dunia Senyum Sehat'. "Kami akan terus mendorong dan mengedukasi
masyarakat agar membiasakan diri untuk terus memelihara kesehatan gigi dengan konsisten menyikat gigi dua kali sehari dan kontrol rutin setiap 6
bulan sekali," jelas Profesional Relationship Manager - Oral Care, PT Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc., dalam siaran pers yang diterima Ghiboo (22/3). Pepsodent bersama berbagai pihak juga telah
melakukan program edukasi ke sekolah-sekolah, pelatihan kader kesehatan penelitian dan Bulan Kesehatan Gigi Nasional.
 
Sakit Gigi Pintu Masuk Kuman

Metrotvnews.com, Jakarta: Gigi dan mulut bisa menjadi pintu gerbang masuknya kuman penyebab
penyakit. Sakit gigi kadang tidak hanya berhenti di gigi, tapi bisa menjalar hingga menimbulkan gangguan kesehatan pada organ lain. “Para dokter sekarang melakukan pendekatan yang lebih holistik untuk merawat pasien karena banyak studi membuktikan bahwa masalah gigi
terutama gusi dapat menimbulkan beberapa
komplikasi kelainan sistemik seperti selulitis, abses pada kulit, endokarditis, diabetes, serta kelahiran bayi prematur dan berat badan lahir rendah," ujar
dokter spesialis penyakit dalam Tengku Bahdar Johan dalam peringatan Hari Kesehatan Gigi Dunia yang diselenggarakan merek pasta gigi Pepsodent, di
Jakarta, beberapa waktu lalu. Bahdar yang berpraktik di RS Premier Bintaro, Tangerang memaparkan pengalamannya. "Sebagai contoh, sekitar 60% pasien di tempat
praktik saya mengalami kelainan sistemik urtikaria (biduran) akibat karies gigi yang tidak ditangani dengan baik." Pada kesempatan sama Professional Relationship
Manager-Oral Care PT Unilever Indonesia Ratu Mirah Afifah mengingatkan bahwasanya Penyakit gigi dan gusi merupakan penyakit yang mudah dicegah. "Caranya, rutin kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, lakukan pola makan sehat, serta menyikat
gigi minimal dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Manfaatnya tidak hanya untuk kesehatan gigi tetapi juga untuk tubuh secara keseluruhan,” jelasnya.
 
Back
Top