Pertamina Tak Masuki Bisnis Hulu Biofuel

nurcahyo

New member
Pertamina Tak Masuki Bisnis Hulu Biofuel
Arin Widiyanti (Detikcom)
Jakarta - Pertamina tidak akan memasuki bisnis hulu (produksi) bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel dan hanya akan bermain pada sektor hilir yakni pemasaran, penyimpanan dan pencampuran.
"Pertamina akan fokus dalam bisnis hilir saja seperti pemasaran, campuran dan penyimpanan karena biofuel bukan core business kita," kata Dirut Pertamina, Ari Sumarno.
Hal itu disampaikan Ari di sela-sela acara seminar pengembangan BBN di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Senin (14/8/2006).
Ari menegaskan, Pertamina tidak akan terlibat dalam bisnis hulu biofuel karena tidak punya keahlian di bidang perkebunan.
"Petronas saja menyatakan tidak akan bergerak di perkebunan. Mereka juga hanya berkonsentrasi pada bidang hilirnya," ujar Ari.
Menurut Ari, untuk pengembangan biofuel Pertamina hanya akan memfasilitasi pabrik yang ada. "Kalau perlu Pertamina akan berpartisipasi. Namun kita lebih mendorong peran swasta," kata Ari.
Biofuel nantinya diharapkan akan mengurangi konsumsi BBM dengan signifikan, sehingga biaya impor juga akan berkurang.
Selama ini, ungkap Ari, Pertamina perlu mengimpor BBM dalam jumlah yang cukup besar yakni lebih kurang 35 persen dari total konsumsi BBM, khususnya solar atau diesel.
Pertamina melihat biofuel yang merupakan campuran bodiesel ke dalam solar dan bioethanol ke dalam premium, adalah peluang yang sangat besar untuk melakukan substitusi BBM.
"Misalnya kalau kita campur 10 persen dari biodiesel dan bioethanol ke dalam solar dan premium yang dikonsumsi seluruh Indonesia maka substitusi impornya sekitar US$ 1 miliar dolar per tahun," papar Ari.
Di lain pihak potensi Indonesia untuk menghasilkan biofuel juga sangat besar dilihat dari ketersediaan lahan dan iklim yang menunjang serta pasar domestik yang besar.
Apalagi beberapa ahli di luar negeri memprediksi Indonesia akan menjadi pusat produsen biofuel dunia. Secara global pertumbuhan biofuel dapat mencapai 5-10 persen per tahun.
"Ini suatu pertumbuhan yang sangat tinggi hingga biofuel akan menjadi banyak rebutan. Sekarang saja kalau dilihat perkembangan harga biofuel atau perkembangan harga kelapa sawit, begitu harga minyak naik harga kelapa sawit ikut naik karena permintaan biofuel cukup meningkat, demikian juga ethanol. Jadi dapat dilihat dari nilai ekonomi dan komersialnya sangat besar," papar Ari.
 
Back
Top