KNKT: Tak Ada Sabotase

Kalina

Moderator
Kasus Kebakaran KM Levina I
JAKARTA - Terbakarnya Kapal Motor (KM) Levina I di perairan Kepulauan Seribu, Kamis (22/2) lalu murni kecelakaan. Tak ada unsur sabotase atau akibat aksi terorisme. Pemicu kebakaran berasal dari truk di dek kapal. Diduga kuat truk tersebut mengangkut bahan-bahan yang mudah terbakar.

"Selama ini kita belum menemukan faktor-faktor lain. Itu betul-betul murni kecelakaan," kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Setio Rahardjo kepada wartawan kemarin.

Pernyataan Setio itu diperkuat Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Widodo A.S. Di sela-sela rapat kerja dengan Komisi I DPR, Widodo mengatakan tidak ada unsur teror dalam kasus terbakarnya KM Levina I. Begitu juga serangkaian tragedi transportasi sebelumnya, seperti tenggelamnya KM Senopati Nusantara dan hilangnya Adam Air awal tahun ini. Semuanya murni kecelakaan.

Setio mengatakan, sejak awal dia tidak yakin kecelakaan transportasi yang terjadi belakangan ini merupakan bentuk sabotase.

Dalam penyelidikan terhadap KM Levina, KNKT bekerja sama dengan tim Puslabfor untuk mengolah tempat kejadian perkara (TKP). Olah TKP itu untuk memperoleh tambahan informasi di lapangan. Sayangnya, kapal itu tenggelam.

Tentang kelanjutan penyelidikan, KNKT mengaku jalan terus. Meski begitu, KNKT menetapkan bahwa penyelidikan hanya sampai pada penyebab kebakaran, bukan penyebab tenggelamnya kapal.

"Tenggelamnya kapal kemarin bukan dalam rangka melaksanakan kegiatan transportasi, sementara waktu terbakar, kapal dalam rangka transportasi," tuturnya.

Menurut dia, penyelidikan KNKT mengenai penyebab terbakarnya Levina sudah mengarah ke dek mobil. Bahkan, penyelidikan itu mengerucut ke kendaraan jenis truk.

KNKT menemukan tiga truk yang patut dicurigai. Hal itu berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pihak. Namun, pihaknya tidak dapat `mengetahui isi muatan truk tersebut karena kapal tenggelam sebelum tim Puslabfor dan KNKT bekerja.

"Kita ingin lihat apa yang diangkut. Kelapa, minyak, oli, atau bahan kimia. Tapi, tiga truk itu yang kita curigai,"jelasnya.

Menko Polkam Widodo A.S. mengatakan, investigasi untuk menyelidiki terbakarnya Levina I dan berbagai kecelakaan transportasi lain akan terus dilakukan. Penyelidikan difokuskan pada penyebab kecelakaan, baik teknis maupun nonteknis.

"Dalam kecelakaan transportasi seperti ini, kita harus memiliki kepekaan atas apa yang sesungguhnya terjadi," kata Widodo.

Di tempat terpisah, Kapolri Jenderal Pol Sutanto menyatakan jangan mencari kambing hitam dalam kasus tenggelamnya KM Levina yang akhirnya membawa korban dari kalangan kamerawan TV dan anggota Puslabfor tersebut. Ke depan, orang nomor satu di tubuh Polri itu meminta agar semua pihak yang terlibat proses tersebut berhati-hati.

"Saya juga mohon wartawan tahu tempat berbahaya. Sebenarnya, saat itu sudah dianjurkan untuk memakai pelampung," kata Kapolri di sela-sela raker dengan komisi I di gedung DPR kemarin.

Tapi, saat itu, ada jaminan kapal sudah aman? "Jangan cari kambing hitam lah," ujarnya.

Polisi tidak akan membentuk tim untuk mencari tahu penyebab tenggelamnya kapal dan pihak yang harus bertanggung jawab dalam kelalaian tersebut.

Soal alasan anggota Puslabfor tidak memakai pelampung, Sutanto memperkirakan, saat kejadian, kondisi di bawah kapal memang sangat panas. "Nah, kita tidak tahu bagaimana, sehingga pelampungnya dilepas. Sekali lagi, kami minta, ke depan, kita semua berhati-hati," tegasnya.

Belasungkawa

Tewasnya Suherman, kamerawan Lativi, dan masih belum ditemukannya Guntur, kamerawan SCTV, saat bangkai KM Levina I tenggelam (25/2) mendapatkan perhatian dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Mewakili pemerintah, dia berbelasungkawa atas meninggalnya insan pers saat menjalankan tugas tersebut.

Kalla menyatakan, insan pers itu meninggal karena besarnya rasa tanggung jawab terhadap profesi. Selain itu, dia juga berbelasungkawa atas korban dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan anggota Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri.

Kalla mengaku bangga atas kinerja wartawan yang dalam keadaan apa pun masih menenteng kamera. Hal itu, kata dia, sama dengan tentara yang dalam keadaan apa pun tetap memegang senjata. Menurut dia, itu harganya mahal dipandang dari segi profesi. Sama dengan menteri, apa pun keadaannya, mereka harus bekerja dengan baik. "Sikap itu saya anggap sebagai contoh yang patut ditiru," ungkapnya.

Meski begitu, sehebat apa pun keberanian para wartawan, kata Kalla, safety harus tetap dijaga. Misalnya, kalau pergi ke laut, wartawan harus memakai pelampung. Penggunaan pelampung itu penting untuk meningkatkan keselamatan.

Karena itu, selain menyampaikan duka cita, Kalla memberikan penghargaan atas cara rekan-rekan wartawan menjalankan profesinya dengan penuh tanggung jawab. "Semoga itu bisa menjadi contoh yang baik bagi kita semua," ujarnya.
 
Back
Top