Agen Antibakteri

nurcahyo

New member
Agen Antibakteri

1/30/2007


Ketika Louis Pasteur membuktikan bahwa bakteri adalah agen yang menyebabkan segala infeksi, orang menjadi lebih memahami bagaimana penyakit bermula dan menyebar. Namun ironisnya, walaupun penemuan Pasteur mematahkan mitos mengenai penyakit menular, penemuan tersebut juga mengakibatkan ketakutan akan kontaminasi ?kuman?. Ketakutan ini tidak terbendung hingga pertengahan akhir abad ke-20 ketika antibiotika ditemukan dan digunakan secara klinis.
Antibiotik dianggap sebagai obat ajaib ketika pertama kali diperkenalkan. Banyak orang yang merasa bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat disembuhkan dan tak lama kemudian lenyap. Namun karena antibiotik diperlakukan sebagai ?obat mujarab?, penggunaannya sering kali sembarangan dan tidak pada tempatnya. Galur bakteri yang resisten mulai bermunculan. Kini, sekitar 50 tahun setelah antibiotik diperkenalkan, resistansi antibiotik menjadi permasalahan yang serius dan antibiotik kehilangan efektifitasnya. Di fasilitas kesehatan, epidemi infeksi akibat resistansi terhadap antibiotik menjadi ancaman serius bagi mereka yang sehat. Penyakit seperti TBC, yang rasanya pernah dapat dikendalikan, kini sering menjadi resistan terhadap banyak jenis antibiotik dan acapkali tak dapat disembuhkan. Kekhawatiran publik akan infeksi semakin meningkat; orang menjadi takut lagi pada ?kuman?. Salah satu tanggapan pada ketakutan ini adalah semakin meluasnya penggunaan secara umum sejenis agen antibakteri yang dirancang untung melenyapkan organisme penyebab penyakit dari permukaan luar sebelum mereka dapat masuk ke dalam tubuh. Walau pada awalnya antibakteri diperkenalkan melalui sabun, deterjen, dan produk pembersih serta perawatan kesahatan lainnya, kini antibakteri dapat juga disertakan dalam spons, papan alas potong, karpet, upholstery, dan bahkan mainan anak-anak.
Penggunaan agen antibakteri yang menghancurkan banyak organisme sebelum masuk ke dalam tubuh tidak selalu menjadi jalan terbaik untuk menghentikan penyebaran penyakit menular. Hal ini dikarenakan kita membutuhkan bakteri yang ?baik? untuk mengkontrol dan bersaing dengan bakteri yang ?jahat?. Seringkali kita menghadapi dan bersentuhan dengan penyebab penyakit atau organisme ?jahat? (misalnya ketika kita menyentuh hidung, mulut, luka yang terbuka, atau kotoran feses ? semuanya adalah sumber agen penular). Walaupun demikian, bakteri ?jahat? ini harus bersaing untuk mendapatkan ruang dengan jenis bakteri yang ?baik? yang juga kita bawa dan terdapat dalam tubuh kita serta kita hadapi dalam lingkungan. Jika kita membunuh semua bakteri yang terdapat di permukaan, maka kita akan menghancurkan kedua jenis tersebut, melenyapkan bakteri yang ?baik? beserta bakteri yang ?jahat?. Agen kimiawi tidak membedakan antara bakteri yang ?jahat? dan ?baik?, serta dapat melenyapkan semua bakteri. Namun jika memang ada bakteri, mereka dapat saja menjadi resisten terhadap efek dari agen kimiawi ini.
Dalam kondisi tertentu, agen antibakteri diperlukan untuk melawan infeksi. Namun jika digunakan terlalu sering dan berlebihan, agen antibakteri tertentu ? yaitu yang meninggalkan residu kimiawi dan yang menyerang proses tertentu dalam daur hidup bakteri ? dapat menjadi galur yang resistan, seperti yang terjadi pada antibiotik. Untuk meyakinkan bahwa agen ini tetap efektif saat dibutuhkan, produk yang mengandung antibakteri seharusnya hanya digunakan ketika benar-benar dibutuhkan untuk melawan infeksi. Dalam kondisi lain, ketika tidak banyak informasi yang tersedia, lebih baik jika menggunakan agen yang tidak menyebabkan munculnya galur bakteri yang resistan.
Pada umumnya cara terbaik untuk menghilangkan bakteri yang ?jahat? adalah dengan melakukan cuci tangan yang benar menggunakan sabun non-bakterisidal dan air. Cuci tangan yang benar dapat melenyapkan 99.9% bakteri dan normalnya beberapa faktor pengendali juga dibutuhkan. Pada populasi yang rawan terkena bakteri ?jahat?, faktor pengendali yang lebih efektif mungkin dibutuhkan. Mereka yang termasuk golongan yang rawan adalah: anak kecil, orang lansia, atau orang yang kesehatannya terancam karena infeksi AIDS, penggunaan obat-obatan penekan sistem kekebalan, penyakit yang mengharuskan rawat inap, atau kemoterapi tang membutuhkan pengobatan tambahan disinfektan. Agen antibakteri harus digunakan untuk kondisi di atas.
Sumber

http://www.tufts.edu/med/apua/Patients/antibact/antibact.html
 
Back
Top