Kanker Payudara Bisa Dideteksi, Bisa Diatasi

nurcahyo

New member
Kanker Payudara Bisa Dideteksi, Bisa Diatasi






Tak pernah terlintas di benak Wardhania (43) untuk menderita kanker. Sejak muda ia menerapkan pola hidup sehat. Ia lebih banyak makan sayur dan buah, jarang makan daging dan aktif berolahraga, mulai dari fitness, berenang, terjun payung, sampai reli mobil. Sebagai pengusaha, ia hidup berkecukupan.

Kanker itu ia ketahui setelah mengikuti seminar kesehatan pada Juni 2002. Di rumah ia menerapkan pengetahuan yang didapatnya dengan melakukan deteksi dini, memeriksa payudara sendiri. Tak dinyana ia menemukan benjolan kecil. Waktu memeriksakan diri, dokter menyarankan untuk pengangkatan payudara.

Hal itu kontan membuat Wardhania shock. Ia pergi ke orangtuanya, bersujud di kaki mereka. Ia juga bertanya kepada dirinya, apa kesalahan yang telah diperbuatnya. Walau menjadi orangtua tunggal dari seorang putri pada usia sangat muda, 20 tahun, dan hanya tamat SMP, Wardhania tetap berusaha di jalan lurus. Ia bekerja keras sebagai agen asuransi sambil membangun usaha di bidang properti dan kecantikan sampai mapan seperti saat ini.

Wardhania berupaya mencari opini lain sampai mendatangi tujuh dokter. Dokter lain menenangkannya. Benjolan itu hanya tumor jinak sehingga ia tidak perlu dioperasi, cukup minum obat. Hasilnya, Februari 2004 tumornya dinyatakan tak terdeteksi lagi.

Namun, kelegaan Wardhania tak berlangsung lama. "Saya diberi rahmat yang lebih besar," tuturnya di depan Jam?iyyah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Selasa. Juni 2004 ia mengalami vlek darah terus-menerus. Mungkin karena beban pikiran saat putrinya hendak menikah.

Ia pun pergi ke dokter kandungan. Hasil pemeriksaan dengan ultrasonografi, tes darah dan urine diperkuat biopsi menunjukkan ada kista di rahimnya. Dokter menganjurkan agar dioperasi secepatnya sebelum berubah struktur. Di tengah persiapan operasi, ia kabur dari rumah sakit karena takut.

Wardhania lantas mencari pengobatan alternatif. Belasan pengobat dari pelbagai daerah didatangi. Saat ia dinyatakan sembuh oleh pengobat alternatif, ia memeriksakan diri ke Singapura. Di sana ia dimarahi dokter karena kista sudah berubah menjadi ganas atau kanker sehingga harus dioperasi.

Tidak puas dengan itu, Wardhania memeriksakan diri ke salah satu negara di Eropa. Saat itu tubuhnya tinggal tulang dan kulit akibat depresi. Namun, ia tak henti berdoa. Di tengah zikir ia melihat sinar putih.

Penasihat spiritualnya menyarankan ia pergi ke Tanah Suci. Saat berumrah itulah ia mendapatkan kepasrahan dan keikhlasan. Pulang ke Indonesia, akhir Desember 2005, oleh dokter kandungan yang kedelapan, ia dioperasi. Seluruh organ reproduksinya diangkat.

Pengalaman itu membuat nenek seorang cucu ini kini lebih banyak bergiat di bidang sosial dan menjadi pembicara di pelbagai kesempatan. "Selama ini saya hidup sehat. Saya tidak merasakan gejala apa pun waktu terkena tumor maupun kanker. Perempuan perlu melakukan deteksi dini secara rutin. Kalau ada masalah, sebaiknya segera diatasi, jangan takut sehingga tidak berlarut-larut seperti yang saya alami," papar Wardhania.

Pertumbuhan menyimpang

Menurut situs American Cancer Society, tumor maupun kanker payudara adalah pertumbuhan menyimpang sel di payudara. Kebanyakan benjolan di payudara adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian tubuh lain dan tidak mengancam jiwa. Namun, tumor meningkatkan risiko perempuan terkena kanker payudara.

Payudara terdiri dari kelenjar susu, saluran susu yang mengarah ke puting, lemak dan jaringan penghubung, pembuluh darah, serta pembuluh getah bening. Umumnya, kanker payudara bermula di sel sepanjang saluran susu, sebagian lain berawal di kelenjar susu dan sisanya di jaringan lain payudara.

Sejauh ini, belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara. Namun, ada sejumlah faktor risiko terkait dengan kanker. Beberapa faktor risiko bisa dikontrol. Mereka yang punya anak tapi tidak menyusui, merokok, minum alkohol, pola makan tinggi lemak, serta kurang olahraga berisiko kena kanker.

Ada pula faktor yang tidak bisa diubah, seperti genetik, jenis kelamin, dan usia. Kanker payudara lebih banyak diderita perempuan walau laki-laki bisa juga terkena. Risiko terkena kanker payudara meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Delapan dari 10 kasus kanker payudara ditemukan pada perempuan usia 50 tahun ke atas.

Risiko kanker payudara juga meningkat pada orang yang keluarga dekatnya terkena kanker. Sekitar 5-10 persen kanker payudara terkait dengan mutasi gen, kebanyakan gen BRCA1 dan BRCA2. Perempuan yang mendapat haid di bawah usia 12 tahun atau menopause di atas usia 55 tahun rentan terkena kanker.

Sebagian perempuan yang memiliki lebih dari satu faktor risiko tidak pernah menderita kanker. Sebaliknya, banyak perempuan tidak punya faktor risiko tapi terkena kanker.

Faktor risiko meningkatkan peluang perempuan terkena kanker. Karena itu, perempuan harus selalu waspada dan melakukan pemeriksaan dini. Dengan demikian, jika ada kelainan, segera bisa diatasi.

Cara paling mudah dan murah untuk mendeteksi dini kanker payudara, menurut ahli bedah tumor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Arman Muchtar SpBOnk, dengan memeriksa payudara sendiri (sadari). Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-3 hingga ke-5 seusai haid. Dalam posisi berdiri atau berbaring, kita bisa meraba dengan tiga jari (telunjuk, tengah, dan jari manis) secara lembut ke payudara.

Jika menemukan benjolan atau kerutan, bentuk payudara tidak simetris, puting tertarik ke dalam, kulit berubah seperti kulit jeruk, pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, peradangan atau keluar cairan dari puting, perlu diwaspadai dan segera periksakan ke dokter.

Di atas usia 35 tahun perempuan dianjurkan menjalani mamografi atau pemeriksaan payudara dengan sinar X. Mamografi diulang tiap tahun setelah usia 40 tahun sampai menopause.

Mamografi, ujar dr Reny Luhur Setyani SpRad dari Brawijaya Women and Children Hospital, bermanfaat untuk mendeteksi dan mengevaluasi kelainan pada payudara. Tingkat sensitivitasnya 74-96 persen mendeteksi pertumbuhan jaringan abnormal pada saluran susu.

Jika ditemukan gejala kanker, pemeriksaan dilanjutkan dengan galactography/ductography. Untuk mengetahui stadium kanker, digunakan magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan lain menggunakan PET scan.

Kanker payudara yang ditemukan secara dini bisa diatasi dengan operasi pengangkatan benjolan. Jika ditemukan pada stadium lebih lanjut, bisa diatasi dengan radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiganya.

Kita perlu menghindari faktor risiko agar tidak terkena kanker. Namun, jika tumor atau kanker menghampiri, tak perlu takut. Ilmu pengetahuan telah cukup maju untuk mengatasinya, apalagi jika diketahui secara dini.

Sumber: Kompas
 
Back
Top