Aktivis Lingkungan Ramai-Ramai Beli Hutan

Kalina

Moderator
KUALA LUMPUR - Kesal karena seruannya untuk menjaga kelestarian hutan tak disambut baik pemerintah Malaysia, beberapa aktivis lingkungan dan organisasi nonpemerintah (NGO) melangkah lebih konkret. Kemarin, mereka mengumumkan rencana membeli kawasan hutan yang tersisa di beberapa kota untuk diubah menjadi konservasi alam.

Langkah tersebut diumumkan enam organisasi, termasuk yayasan lingkungan internasional (World Wild Fund-WWF), serta beberapa asosiasi warga Petaling Jaya, kota yang dikembangkan sebagai kota satelit Kuala Lumpur. Rencananya, mereka membentuk Yayasan Konservasi Nasional (NCTF) yang bertugas mengumpulkan dana dari seluruh wilayah Malaysia. Dana tersebut digunakan membeli kawasan hutan di perkotaan yang kini jumlahnya terus menyusut.

Menurut Edward Lee, aktivis asosiasi warga Petaling Jaya, sudah bertahun-tahun mereka melayangkan protes kepada pemerintah setempat atau perusahaan pengembang agar tak mengorbankan kawasan hutan untuk pembangunan. "Tapi, tidak ada hasilnya sama sekali," tegasnya.

Karena itu, mereka memutuskan mendirikan yayasan untuk membeli hutan. Saat mengontak beberapa kelompok lain di tiga negara bagian Malaysia, dia disambut baik. Saat ini, sudah ada 46 asosiasi warga Petaling Jaya dan 20 LSM yang mengungkapkan bersedia mendukung rencana tersebut.

Mantan Direktur Bak Pertanian Dr Agoes Salim yang sempat memprotes pembangunan kawasan lereng bukit di Jalan Hulu Kelang, Petaling Jaya, langsung menyatakan mendukung. "Itu ide bagus untuk melindungi lingkungan," ungkapnya.

"Kami minta masyarakat menyumbang berapa pun demi melindungi lingkungan," ujar Victor Oorjitham, salah seorang warga Petaling Jaya sekaligus ketua komisi yang mempersiapkan NCTF.

Yayasan tersebut bakal punya dewan pengurus khusus agar langkah mereka tak terhenti di tengah jalan. Mereka juga akan menunjuk auditor yang mengawasi aliran uang. "Itu demi kepercayaan masyarakat," tegas Victor.

Sejak lama warga Malaysia dan kelompok pencinta lingkungan di dalam dan sekitar Kuala Lumpur terlibat dalam bentrok dengan pengembang serta pemerintah setempat karena mempertahankan beberapa wilayah dari pembangunan.
 
Back
Top