Jejak Harum Pegoif Wanita Profesional Semata Wayang

jainudin

New member
Balutan duka masih terasa di Driving Range Yani Golf, Surabaya. kemarin,
pasca-kematian lydia Ivana Jaya. Atlet berusia 30 tahun yang merupakan satu-satunya pegoif wanita profesional Indonesia ini berpulang pada Senin pagi lalu.
Banyak kenangan yang ditinggalkan Lydia untuk Made Budiyani, salah satu pengelola Driving RangeYani. “Lydia merupakan satu-satunya pegolf wanita profesional di Indonesia dengan banyak torehan prestasi,” kata Made, yang akrab dipanggil Kadek, kemarin sore.
Lydia meninggal pada Senin pagi lalu di Rumah Sakit Hj.sada Utama,
Surabaya, setelah sebelumnya sempat dirawat selama seminggu di Graha Amerta, Rumah Sakit Dr Sutomo, di Karang Menjangan, Surabaya.
Putri tunggal pasangan Ketut Jaya, pengurus Bidang

Pembinaan Persatuan Golf Indonesia Provinsi Jawa Timur, dan Leli Buana ini wafat akibat pneumonia atau radang pam-pam.
“Selama sebulan terakhir, Lydya memang kerap mengeluh sesak napas,” kata Kadek. Senin pagi lalu, kabar duka ini muncul dan mengagetkan dunia golf Indonesia. “Tidak mengira secepat itu,” tutur Kadek.
Senin siang lalu, jenazah Lydia langsung dibawa ke tempat persemayaman jenazah Adi Jasa, Jalan Dupak, Surabaya. Esok paginya, jenazah sang atlet dikremasi dan sore harinya dibawa ke Baturiti, Tabanan, Bali. Ayah Lydia tak kuasa terlalu lama memandang jenazah anaknya tersebut.
Menurut Kadek, Ketut akan terus-menangis tertekan oleh rasa kehilangan jika membiarkan jenazah anaknya terlalu lama di Adi Jasa. “Abu jenazah Lydia langsung

dibawa ke Bali untuk dikuburkan di sana melalui sebuah ritual,” kata dia. Kadek terakhir kali melihat jenazah Lydia pada Senin malam lalu. Tidak ada pesan yang disampaikan Lydia hingga ajal menjemputnya.
“Lydia hanya mangqut-manggut ketika ayahnya memintanya untuk kuat menghadapi penyakitnya itu,” kata Kadek. Lydia dikenal sebagai sosok yang menyenangkan.”Dia mudah akrab dan tidak pilih-pilih teman.”
Sebelum menjadi atlet golf berprestasi, Lydia sempat menekuni cabang olahraga renang. “Namun, karena mengalami alergi, akhirnya Lydia bergelut dengan dunia tenis,” ujar Kadek.
Namun, karena merasa banyak lawan yang berat di dunia tenis, akhirnya Lydia memilih golf. “Dia merasa cocok di golf karena yang dia lawan adalah dirinya sendiri.”Bakat golf tampaknya

memang ada pada sosok Lydia. Sebab, ia hanya memerlukan waktu delapan bulan untuk menjadi juara dalam kejuaraan golf internasional. Sejumlah prestasi kemudian banyak ia raih.
Prestasi tersebut di antaranya juara Hongkong Ladies Open Amateur Golf Championship 2007, medali perunggu Pekan Olahraga Nasional ke-17 di Kalimantan Timur 2008, dan medali emas dalam SEA Games ke-24 di Thailand 2007.
Menurut Kadek, Lydia sebenarnya sudah ditunjuk sebagai pelatih atlet golf putri dalam menghadapi PON yang akan datang. Banyak keinginan dan cita-cita yang sudah dirancang sang atlet untuk dunia golf Jawa Timur. Namun pemilik Lydia Ivana Golf Academy ini sudah telanjur mengembuskan napas terakhirnya.
• DAVID PRIYASIDHARIV




Sumber : republika/tangsel pos
 
Back
Top