Makan Ulat Sagu, Biarkan Lumer di Mulutmu

spirit

Mod
135031_ulatsagu7.jpg

Ulat sagu, makanan khas Suku Kamoro

Pastikan Anda mampir kalau digelar Festival Kamoro di Timika, Papua. Di dalam festival ini, wisatawan berkesempatan mencicipi makanan unik, ulat sagu. Nikmati sensasi ulat gemuk ini yang lumer di dalam mulut kita. Sepintas jijik, tapi rasanya enak!

Tim Dream Destination Papua 2 menikmati Festival Kamoro selama dua hari, 9-10 Maret 2013 di Rimba Golf Papua, Kuala Kencana, Timika, Papua. Selama dua hari itu digelar aneka acara seru mulai dari tarian, para pria menabuh tifa, mengolah sagu dan memasak makanan mulai dari ikan bakar sampai olahan sagu.

Saya memperhatikan beberapa mama, sebutan untuk ibu-ibu di Papua sedang asyik dengan tusuk sate dan sebuah baskom merah besar. Apa kira-kira isinya?

Rupanya ada ulat-ulat besar segemuk ibu jari di dalam baskom itu, jumlahnya mencapai puluhan ekor dan masih hidup. Inilah yang disebut warga Kamoro sebagai ulat sagu. Ulat sagu adalah salah satu bahan makanan dan sumber protein penting untuk mereka.

Untuk mereka yang asing, mungkin jijik rasanya melihat ulat-ulat gemuk itu akan dimakan. Tapi serius, kandungan gizinya tidak diragukan lagi.

"Ulat sagu bisa dimakan mentah, tapi bisa juga dibakar dulu. Itu lebih enak," ujar seorang mama, sambil menusuk ulat sagu menjadi sate.

Oh iya, kepala ulat sagu sangat keras dan tidak dimakan. Nanti cara memakannya adalah pegang kepalanya, gigit badannya, dan kepalanya lantas dibuang.

Puluhan tusuk sate ulat sagu pun kini berpindah ke atas panggangan. Para mama mengipasi arang, sementara para pria menari dan menabuh tifa, gendang khas Papua. Suasananya semakin ramai.

Nah, akhirnya ulat sagu pun siap. Huff! Huff! Kami meniup ulat sagu panas yang baru diangkat dari panggangan. Kulit ulat tampak putih berkilatan sekarang karena terpanggang, tapi tetap gemuk.

Hap, saya pun melahap ulat sagu itu. Bagaimana rasanya?

Yang pertama saya rasakan adalah kenyal. Tekstur kulitnya seperti karet, namun daging di dalamnya seperti lemak. Rasanya nyaris tawar dengan sedikit beraroma seperti nangka. Karena ini pengalaman pertama saya, agak sulit juga mengunyah kulitnya dengan daging ulat yang lumer di dalam mulut kita.

Sungguh makanan unik dan tiada dua. Variasi lain dari ulat sagu ini dimakan dengan sagu dan dibungkus daun seperti pepes. Ulat sagu pun semakin berasa.

Jika lain kali Anda datang ke Festival Kamoro, pastikan ulat sagu khas Suku Kamoro menjadi makan siang Anda!

135058_ulatsagu3.jpg

Para mama mempersiapkan ulat sagu dengan tusuk sate

135127_ulatsagu4.jpg

Yang lain menyiapkan sagu untuk dimakan bersama ulat sagu

135154_ulatsagu5.jpg

Ulat sagu siap untuk dipanggang

135230_ulatsagu6.jpg

Para mama membakar ulat sagu di atas panggangan


source: detikTravel
 
kalau di daerah timur, ulat ini disebut sabeta. aku pernah makan baik dimakan langsung ataupun dibakar. enak kok
 
kalau di daerah timur, ulat ini disebut sabeta. aku pernah makan baik dimakan langsung ataupun dibakar. enak kok
@.@ rasanya kya apa si? dlu jga ada tetangga tia makan ratu Rayap sekali telan, bentuknya sama juga kya ulat sagiu itu
 
liat thread ini jadi inget makanan yg blm lama tia makan, Keong sawah... dlu geli makan itu, pas dicoba enak jga kenyal2 haha
 
Back
Top