Organ Tubuh Mayat Warga Singapura Boleh Diambil Tanpa Permisi

Kalina

Moderator
Layaknya mesin, organ tubuh manusia
adalah onderdil yang suatu saat akan menemui masa
habis pakainya. Apabila rusak, organ tubuh manusia
juga bisa diganti. Di Indonesia memang tak banyak
ditemui. Tapi di Singapura, transplantasi organ seolah
sudah akrab dengan keseharian. Di negara tersebut, pemerintah memberlakukan
aturan Human Organ Transplant Act (HOTA), di mana
setiap warga negara berusia 21 tahun ke atas yang
meninggal, organ tubuhnya akan diambil untuk
ditransplantasi. Tanpa banyak tetek bengek, organ
yang masih berguna akan segera disumbangkan. Undang-undang ini pertama kali dicetuskan sekitar
tahun 1987, kemudian mengalami beberapa revisi
dan terakhir direvisi sekitar tahun 2008. Undang-
undang yang pertama hanya ditujukan untuk
transplantasi ginjal, kemudian ditambahkan hati,
jantung dan kornea. Jadi kini ada 4 organ yang akan langsung diambil tanpa permisi. "Revisi yang terakhir ini menarik karena mengatur
dan ditujukan untuk semua orang di Singapura.
Undang-undang yang pertama di tahun 1987 dengan
spesifik mengecualikan orang muslim. Menurut saya
karena ini adalah masalah yang sensitif," kata dr
Victor Lee, konsultan dari departemen bedah Singapore General Hospital. Hal itu dikemukakan dr Victor dalam acara 19th Asian
Congress Surgery yang diselenggarakan di Gedung
The Academia, Singapore General Hospital seperti
ditulis Senin (22/7/2013). Awalnya pengecualian ini
dilakukan karena ada sebagian warga muslim yang
kurang 'sreg' menyumbangkan dan menerima organ kepada atau dari orang yang berbeda keyakinan. Namun menilik Undang-undang serupa di Malaysia
tentang transplantasi organ yang ikut memasukkan
orang muslim, akhirnya warga muslim Singapura
mulai setuju dengan transplantasi tanpa memandang
keyakinan. Maka dalam revisi HOTA yang terakhir,
pengambilan organ dilakukan terhadap semua warga yang meninggal tanpa terkecuali. "Bahkan pimpinan lembaga keagamaan di sana
(Malaysia) mengatakan bahwa ini adalah hal yang
baik. Di Singapura, saya mendukung semua orang
menyumbangkan organnya karena ini adalah hal
yang baik dilakukan. Itulah perlunya melibatkan dan
mengkampanyekan kepada komunitas dan politisi, juga kepada para pemuka agama," jelas dr Victor. Tidak ada batasan usia maksimal dalam hal pemilihan
organ tubuh mereka yang telah meninggal. Memang
semakin tua donor, semakin buruk pula kualitas
organnya. Misalnya organ ginjal dari orang berusia 23
– 30 tahun dengan ginjal orang berusia 70 tahun jelas
akan jauh berbeda. "Tapi terkadang dokter dan pasien menjumpai
kelangkaan organ. Maka tidak ada pilihan lain untuk
tidak membatasi usia dari pendonor. Karena semua
orang Singapura rata-rata berusia lebih dari 80
tahun," ujar dr Victor bangga. Meskipun demikian, kebijakan ini tak sepenuhnya
diterapkan tanpa syarat. Warga Singapura yang
keberatan bisa mengisi formulir yang isinya
menyatakan bahwa apabila meninggal, organ
tubuhnya tidak boleh diambil. Bisa juga menuliskan
organ mana saja yang bersedia disumbangkan dan mana yang tidak. Tapi jika menemui pasien meninggal, pemerintah
Singapura menerapkan sistem 'Opting Out', yaitu
apabila tidak ditemukan adanya pernyataan
keberatan, maka dia diasumsikan bersedia diambil
keempat organnya. Kebijakan ini berbeda dengan di
Malaysia yang menerapkan 'Opting In', di mana organ hanya boleh diambil jika orang yang meninggal sudah
mengisi form kesediaan sebelumnya. Walau menerapkan sistem tersebut, bukan berarti
kalangan medis di Singapura bisa menimbun atau
menyimpan organ tubuh seenaknya seperti bank
darah. Selain karena organ hanya baik digunakan
selama 12 jam setelah diambil dari tubuh, jumlah
orang yang mengantri ternyata cukup banyak. "Kami tidak ada bank organ, karena selalu ada yang
memerlukan. Jadi akan segera langsung digunakan.
Ada waiting list untuk ginjal, untuk liver, untuk
jantung, kornea, juga paru-paru, pankreas, bahkan
ada juga waiting list untuk beberapa organ lain. Yang
paling banyak dicari ginjal, kedua liver," tutur dr Victor.

DetikHealth
 
Back
Top