jainudin
New member
JAKARTA - Kepala Ekonom PT Danareksa Research Institute, Purbaya
Yudhi Sadhewa, mengatakan Bank Indonesia tidak perlu menaikkan
tingkat suku bunga atau BI Rate untuk merespons gejolak ekonomi
global. “Karena inflasinya bukan dan supply, tapi dan demand. Itu
akan mengganggu pertumbuhan ekonomi,” ujarnya di kantor Kementenan
Perekonomian kemarin.
Menurut dia, kenaikan BI Rate tidak akan memberi solusi atas
perkembangan ekonomi saat ini, termasuk terjadinya pelemahan nilai
tukar rupiah. Pelemahan rupiah dinilai terjadi karena masih banyak
bank yang menyimpan dananya di luar negeri. “Selain itu, manajemen
moneter juga kacau. Kalau speculative attack, rupiah akan terkoreksi
sangat dalam.”
Kalaupun bank sentral menaikkan BI Rate, Yudhi mengingatkan agar
besarannya tidak terlalu tinggi. “Jangan sampai menembus 6,5 persen,
karena akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Menteri Koordlinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan
pemerintah akan berupaya keras agar target pertumbuhan ekonomi bisa
tercapai. “Kami masih optimistis bisa di atas 6 persen,” ujarnya.
Menurut dia, berbagai upaya akan dilakukan, seperti menjaga daya beli
masyarakat untuk menggenjot
konsumsi rumah tangga. “Penyerapan anggaran harus dimaksimalkan,”
katanya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan
keputusan soal BI Rate bergantung pada pembahasan inflasi dalam rapat
bulanan Dewan Gubernur BI pada 11 Juli mendatang. “Kami lihat ke
depan. Kami memperhatikan bahwa administered price inflation itu
tinggi, tapi ada kecenderungan meningkat di volatile food dan core
inflation,” katanya, Senin lalu.
Dia enggan berkomentar lebih jauh saat ditanya kemungkinan BI Rate
akan dibiarkan di bawah inflasi. “Saya akan pelajari dengan baik,”
katanya.
Sumber : republika / tangsel pos
• ANGGA SUKMA WIJAYA | MARTHA THERTINA
Yudhi Sadhewa, mengatakan Bank Indonesia tidak perlu menaikkan
tingkat suku bunga atau BI Rate untuk merespons gejolak ekonomi
global. “Karena inflasinya bukan dan supply, tapi dan demand. Itu
akan mengganggu pertumbuhan ekonomi,” ujarnya di kantor Kementenan
Perekonomian kemarin.
Menurut dia, kenaikan BI Rate tidak akan memberi solusi atas
perkembangan ekonomi saat ini, termasuk terjadinya pelemahan nilai
tukar rupiah. Pelemahan rupiah dinilai terjadi karena masih banyak
bank yang menyimpan dananya di luar negeri. “Selain itu, manajemen
moneter juga kacau. Kalau speculative attack, rupiah akan terkoreksi
sangat dalam.”
Kalaupun bank sentral menaikkan BI Rate, Yudhi mengingatkan agar
besarannya tidak terlalu tinggi. “Jangan sampai menembus 6,5 persen,
karena akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Menteri Koordlinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan
pemerintah akan berupaya keras agar target pertumbuhan ekonomi bisa
tercapai. “Kami masih optimistis bisa di atas 6 persen,” ujarnya.
Menurut dia, berbagai upaya akan dilakukan, seperti menjaga daya beli
masyarakat untuk menggenjot
konsumsi rumah tangga. “Penyerapan anggaran harus dimaksimalkan,”
katanya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan
keputusan soal BI Rate bergantung pada pembahasan inflasi dalam rapat
bulanan Dewan Gubernur BI pada 11 Juli mendatang. “Kami lihat ke
depan. Kami memperhatikan bahwa administered price inflation itu
tinggi, tapi ada kecenderungan meningkat di volatile food dan core
inflation,” katanya, Senin lalu.
Dia enggan berkomentar lebih jauh saat ditanya kemungkinan BI Rate
akan dibiarkan di bawah inflasi. “Saya akan pelajari dengan baik,”
katanya.
Sumber : republika / tangsel pos
• ANGGA SUKMA WIJAYA | MARTHA THERTINA
Last edited: