~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER SPIN OFF CHALLENGE~ by:Shirotabi

tiaseptiani

New member
inilaaah kisah-kisah spin off challenge yang bikin Heboh Bin Ngakak
~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER SPIN OFF CHALLENGE~
by:Shirotabi



Di pagi yang sangat cerah ini, dibawah pohon rindang Ari terhanyut akan Lamunan Tentang Daina, matanya terus tertuju pada pemandangan yanga da didepannya namun tatapan matanya kosong.

Ryo yang sedang berkeliling tidak sengaja melihatnya saat itu mulai mengendap-endap seperti musang yang akan menyergap mangsanya. dia berhenti tepat dibelakang Ari. Senyum menyeringai menghiasi wajahnya, sorot matanya tepat dibelakang pundak Ari.

"Ari..." Panggilnya Mesra

"Ehmm.." hanya itu jawaban Ari dengan terus menatap yang tak ada

Ryo tau saat itu Ari sedang terlena oleh Lamunannya dan timbullah niat usil Ryo padanya, di ambilnya sebuah jagung yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berada.

"angkat sedikit tanganmu Ari..." Ryo memelankan suaranya nyaris selembut wanita

(apa orang Cool itu kalo melamun ampe lupa segalanya ya?*ngakak)

Tanpa ada penolakan sedikitpun tanpa sadar Ari mengangkat tangan kanannya dan terus saja terdiam. diarahkannya jagung itu ketangan Ari dan Ryo pun kembali berkata sambil menahan tawanya "keluarkan sedikit Panas dari tanganmu yang hangat ini Ari..."

Ari pun menurut... perlahan-lahan jagung itu matang di dalam genggaman tangannya, Ryo yang sejak tadi asik membakar jagung itu tambah penasaran atas sikap teman baiknya. digigitnya sedikit jagung yang telah matang itu, Ryo berjongkok tepat didepan Ari. wajah mereka berdekatan hanya berjarak beberapa CM saja.

Ryo benar-benar menatap mata Ari yang berada persis didepan matanya namun Ari tetap saja Hampa. sekali lagi dibisikkan oleh Ryo "Ari.... Ari...." mata Ari mulai melirik ke arah Mata Ryo. perlahan Ryo mulai memejamkan matanya dan menyodorkan bibirnya tepat didepan bibir Ari, saat itu juga Ari menyadari apa yang akan dilakukan oleh Sahabatnya itu.

"Aku mencintaimu Ari... Aku cinta padamu..." kata-kata itu diucapkan Ryo sambil memanyunkan bibirnya kearah Ari. Panas dingin Ari dibuatnya. dengan sedikit berkeringat Ari berkata "Mau kuburan atau rumah sakit...." Ryo bergumam dalam manyunnya "Mau dikamar saja..."

"Sakit Jiwa" Gelisah Ari Makin menjadi

"Jiwaku sakit karenamu..." Ryo terlalu asik sampai-sampai tidak menyadari Ari sudah sadar sepenuhnya dari lamunan. Ari memegang keras kepala Ryo hingga membuat matanya terbuka namun tetap memajukan bibirnya pada Ari "Kau Mau mencobanya denganku?" terus manyun

perlahan tapi pasti Ari memutar kepala Ryo kearah belakangnya dan tidak diduga tepat dibelakangnya terlihat Mikia yang gemetar melihat pemandangan itu.

(siapa yang ga bakal gemeteran liat dua cwo mesra-mesraan di bawah pohon gitu???!! ditambah posisi mereka yang HOT (?) wkwkwkwk kalo aku diposisi Mikia aku akan mati berdiri)

Ryo mulai panas dingin melihat Raut wajah Mikia yang saat itu menatap dengan rasa seperti mau muntah "Mi,Mikia... ini bukan.."

"dia menggodaku..." Ari memotong kata-kata Ryo dengan santai dan diletakkan kedua Tangannya di pundak Ryo seperti akan memeluk leher nya "kau mau kita lanjutkan kekamar Ryo..??" lanjutnya dengan menempelkan pipinya ke pipi Ryo "Rasakan pembalasanku Ryo, sepertinya Mikia sangat suka melihat ini khukhukhu.." Ari berbisik sangat pelan di telinga Ryo dengan mencibir samar.

"Ku bunuh nanti kau Ar..." protesnya pelan dengan mata tidak lepas dari pandangan ke arah Mikia "woooh aku takut sekali.... tapi sepertinya kau akan dibunuh duluan olehnya"

didepan mereka Mikia terlihat sangat marah dan berapi-api didalam matanya "Kalian...." Ryo mulai gugup "Mi, Mikia.. ini bukan... Hei Ari!" Ryo melepaskan Pelukan Ari pada lehernya "apa? Tadi kau yang mengajakku kekamarkan? sekarang menolakku karena ada Mikia? keterlaluan kau" Ari sengaja mengekspresikan wajah sedih dan kecewa didepan mikia

Mikia tidak bisa menahan dirinya lagi melesatlah dia berlari kearah mereka mengambil Balok yang tergeletak tidak jauh dari dirinya dan mengarahkanya pada Ryo. Ryo langsung menghindar gesit begitu juga Ari yang mundur untuk menyaksikannya "Hei... kau bisa melukaiku..!!"

"Kalian Lelaki Laknat!! menjijikkan sekali kelakuan kalian!!??, apa seperti ini keseharian seorang Paladin???" teriaknya sambil memukul-mukulkan Balok kearah Ryo, sedangkan Ari santai menonton tanpa diserang oleh Mikia.

"yups... kami selalu bersama, mandi bersama... Mencuci bersama.. Masak bersama... Tidurpun bersama" Ari sangat santai mengucapkan hal itu bahkan seolah-olah itulah kenyataannya. Ryo yang mendengarkan langsung mengangkat sebelah alisnya sambil terus menghindari serangan Mikia "Apa-apaan pernyataan itu!?"

"Kau menjijikkan Ryooo.....!!!!!" Mikia mengerahkan semua kekuatannya dalam satu kali pukulan, Ryo berhasil menghindar dan "kraaaak!!" Balok itu Patah terhantam batu dibawahnya "Gila!! kau bisa benar-benar membunuhku Mikia!"

"lebih baik melenyapkan orang Abnormal sepertimu, daripada harus hidup denganmu, Bodoh!"

"Kau bisa jadi Janda sebelum menikah Lho" cibir Ryo padanya

"mana ada yang seperti itu... kau Pembuaal....!!!!" Mikia terus memukul-mukulkan sisa Balok yanga da ditangannya ke arah Ryo

"kau harus memilihku atau Mikia, jangan serakah mau menikmati kami berdua Ryo..." Ari mencibir dari tempatnya berdiri sambil memperhatikan tingkah Ryo dan Mikia "Diam kau! itu tidak membantuku sama sekali Bodoh!"

"Menyebalkan menyebalkan menyebalkaaan....!!!" Mikia terus saja menyerangnya

"Kau mau aku membantu?ini, aku berikan bantuanku" Ari melemparkan sebuah majalah kearah Ryo dan ditangkap Oleh Mikia "itu majalah Ryo yang lupa dia simpan.."

"Majalah Dewasa...?" Mikia membaca tulisan didepan cover majalah itu langsung menjadi-jadi

"Ari...!!!! apa-apaan kau..sejak kapan itu ada padamu!!!" Ryo langsung menatap Mikia. Wajah mikia makin Memerah karena Amarah yang memuncak

"Lelaki Hidung Belang..!!!" Mikia makin menjadi-jadi memukuli Ryo.

Ari hanya senyum-senyum sendiri dan melangkah pergi meninggalkan mereka berdua dalam keadaan masih saling memukul, tapi ari tau, sikap mereka itu adalah sikap yang normal, itu tandanya tidak ada yang salah... Ryo dan Mikia pasti akan melanjutkan kekamar (?)

~The And~
Entry for deathmaster spin off challenge \OwO/
Rate : T++(?)
Ini cuman spin off alias gak bener2 terjadi *IyaUdahTauBawel*
Setting waktunya kira kira terjadi setahun sebelum event pertama Deathmaster dimulai, Tasuku masih jadi manusia yang baru jadian sama Daina,
Kak Ari lagi patah hati, kira kira begitulah~

Segala kesalahan milik Daina, kesempurnaan hanya untuk Tuhan.
Mohon dimaklumi, Read and review yah, ohohohoho~

Disclaimer : Deathmaster punya saya, Entry ini punya saya, Kyuuri punya Kyuuri, Tia punya Tia, Kak Ari milik Istri2nya dia(?) *NahlohBingungGakLu



++++



Aku baru saja terbangun dari tidur, berpikir, mengingat ingat.
“Heee?“ Berusaha keras menyingkirkan bed cover tebal yang menutupi tubuhku, Aku tidak terbiasa tidur menggunakan selimut tebal… “Mengapa langit langitnya beda?”
Satu tanganku menggapai gapai mencari ponselku, tapi ranjangku jauh lebih besar daripada biasanya.
Apa apaan ini? Punyaku single bed kan?
Kupaksakan diri untuk bangun, yang terasa sangat sulit pagi ini.
Mendadak sepasang lengan kokoh meraih pinggangku, memeluk erat sekali, terkejut bukan main, spontan kubuka kedua mataku lebar lebar.

Dibelakangku, malaikat itu tertidur letih, nyenyak, ia telanjang dada, keringat membasahi dahi dan tubuhnya yang atletis, meskipun demikian ia tidur seperti bayi, tenang sekali, sementara dekapannya begitu erat seakan ingin mematahkanku sekaligus.

Tidak dapat kutahan desakan jantungku yang seakan mau meledak.

“A…a…” Ucapku terbata bata,

Aryanov Gabriel membuka matanya, masih setengah mengantuk “Hngg…?” Ia bernafas dibahuku, membuat geli dan semakin ingin mati aku dibuatnya.
Mataku nanar menatap kesekitar,
Laki laki yang kuimpikan, setengah telanjang disampingku, dan…

Aku memastikan keadaanku sendiri.

Dan ternyata aku juga hanya mengenakan tank top serta celana dalam dibawah selimutku…

Si tampan itu menyadari getaran tubuhku, Pekerjaannya sebagai Guardian Paladin tentu saja membuatnya mudah sekali terjaga,
Karena sekarang kedua bola mata onyx itu menatapku lekat,

“Kau sudah bangun…?” Ia mengucek mata malas malasan, “Kukira masih lama, kau tidur dibahuku, aku tidak bisa bergerak…”

Ini nyata.
Satu selimut. Satu ranjang.



APA YANG TERJADIIIII????!!!



++++


“Tia-nee???” Kyuuri membersihkan gelas gelas kecil itu dengan tampang tidak percaya. “Yang benaaaaaaaaarrr???? Aryanov Gabriel yang ituuuuu??”

“Sssttt… Ssstt…” Aku berusaha keras meredam suara melengking Kyuri yang tidak dibuat buat.
Anak ini memang explosive bomber!

“Kau? Dengannya? Semalam suntuk?!” Kali ini Kyuu sedikit memelankan nada bicaranya.

Aku mengangguk angguk dengan wajah merah.

Sungguh suatu kebetulan, aku sudah lama menaruh hati dengan pahlawan terhebat yang namanya sudah melegenda itu.
Ia sering datang kemari untuk minum bersama rekannya yang berambut cokelat dan bermata hazel itu, Rekannya juga sangat tampan, tapi pesona Aryanov sangat magis,
Sekali melihatnya kau tak akan pernah bisa melupakannya.

Ia jarang minum minum, biasanya hanya pesan yang biasa biasa saja,
Tapi seingatku semalam ia terlihat sangat kacau, tidak hanya ia datang sendirian, ia juga memesan minuman dengan kadar alkohol tinggi.
Sepertinya ia datang memang untuk mabuk, terbukti dari pemilihan tempat duduknya yang paling pojokan,
Karena ia sama sekali tidak bergeming hingga subuh, Jadi aku memberanikan diri menemaninya.

Hei, kalian pasti bertanya tanya apa pekerjaaanku bukan?
Tunggu, aku bukan hostess… kalau itu yang kalian pikirkan,
Aku hanya seorang waitress yang bertugas mengantarkan minuman pesanan dari meja ke meja.
Sedangkan temanku Kyuuri (Dia peranakan korea-jepang) adalah seorang bartender dengan keahlian meracik minuman yang luar biasa.
Kami berdua bekerja disebuah pub malam dipinggiran kota Moscow.
Kota yang juga menjadi lokasi markas pusat Paladin.
Organisasi yang menangani infeksi Undead diseluruh dunia.
Dan dari organisasi sehebat itu.
Aryanov yang sangat kuidolakan itu adalah Kapten mereka yang mengepalai divisi satu yang disebut Guardian, divisi terkuat, terhebat, dan paling menakjubkan dari semua kekuatan Paladin.

Kyuu melempar botol berisi cairan bening bersinar keperakan itu keatas, lalu menangkapnya tepat dibelakang punggungnya.
Rambutnya yang diikat ekor kuda sangat manis sekali.
Ia memang berbakat,
Tapi kali ini aku harus bersiap karena temanku ini sedang semangat-semangatnya mencecarku dengan berbagai pertanyaan.

“Setelah itu? Setelah itu????” Cecar Kyuuri semakin tak sabar, ia memutar gelas ditangannya sangat cepat, menghempaskannya kemeja beberapa orang pengunjung yang bersorak menikmati pertunjukannya.

“Aku pulang ketika ia sedang kekamar mandi, Kau tahu, itu pertama kalinya aku masuk asrama untuk para Guardian, tempatnya mewah sekali, sayang aku cepat cepat pergi karena ketakutan…! Aku takut sekali dan salah tingkah, karena itu aku cepat cepat memunguti pakaian dan barang barangku lalu pergi tanpa sempat bilang apapun pada Aryanov…”

“Yaaahh…” Celos Kyuu kecewa, tapi sesaat kemudian ia bersemangat kembali,“Kalian melakukannya?” Bisiknya padaku, Aku meraih nampan dan menyentakkannya keras keras dihadapan Kyuu,
Melihat lihat kesekitar kalau kalau ada orang orang yang ingin memesan sesuatu.

“Oh ayolah,” Bujuk Kyuuri, “Tia-nee, ceritaaaa…”

“Aku tidak tahu!” Jelasku gemas. “Aku juga hanya ingat kejadiannya sampai…”

“Sampaaaaiii?” Kedua mata Kyuu berkilat penasaran.

Um, tunggu, tadi malam kan?
Aryanov Gabriel… Dia bicara padaku… Dia bilang dia… sangat kesepian…
Dia juga sedang patah hati…

“Ups,” Kyuu menyela sambil menunjuk kearahku, “Lalu karena itukah kau…”

“Aku juga patah hati!” Jeritku tertahan, “Aku sama sekali tidak menyangka ia sudah memiliki seseorang yang ia cintai…!”

“Tapi kupikir cintamu pada Aryanov Gabriel hanya sebatas idola…” Kyuu membenarkan.

Aku terdiam.
Idola?
Aku tidak tahu… tapi aku merasa wajar aku cemburu, cemburu teramat sangat.
Memikirkan bahwa ada seseorang telah merebut hati laki laki yang menjadi dambaanku, Rasanya sangat sangat sakit sekali…
Apa ini lebih dari sekedar suka pada idola?
Aku selalu memperhatikannya selama bertahun tahun ini, tidak mampu melihat kelain arah... sampai sampai aku tidak punya pacar.

Ah Tia…

“Karena aku terbawa emosi, aku jadi lupa diri,” Ceritaku hampir menangis, “Dan menenggak minuman dimeja tanpa melihat lihat dulu….!”

Baik aku maupun Kyuu sama sama terdiam.

“T-tia-neechan…” Singgung Kyuu hati hati, “Jadi…”

“Itu ’pertama kali’ku…” Jawabku, menabrak nabrakkan dahiku pada permukaan meja bartender.
Kyuuri juga kehabisan kata kata, ia tidak jemu jemu membahasnya, tapi ia juga kelihatan kasihan padaku, tidak tahu harus bilang apa.

“Tapi… itu… Cerialah Tia-Nee…” Hibur Kyuu sambil menepuk nepuk kepalaku, “Mu-mungkin saja tidak terjadi apa apa kan…? Mungkin saja… mungkin… hanya…”

“Mana kutahu,” Aku menangis tanpa suara, “Aku tidak ingin memikirkannya, lagipula aku tidak pernah melakukannya, tidak ada perbandingan,”

“Kabarnya kalau pertama kali melakukan itu akan sakit sekali sampai susah berjalan,” Kyuu mengurut dagunya, kentara sekali bahwa ia juga virgin tetapi ia sok tahu masalah aneh aneh begini.

“A-aku masih bisa lari!” Cetusku gembira, “Berarti itu artinya aman dong? Benar kan?”

Kyuu menggeleng, gayanya seperti professor ilmu filosofi dan sejarah saja. “Belum tentu, bisa jadi juga cowoknya terlalu ahli sampai sampai tidak terasa sakit sama seka…”

Plak! Aku memukulkan nampan keatas kepala Kyuu.
Gadis itu meringis sambil tertawa terbahak bahak melihat reaksiku.
Dasar, apasih yang biasanya dia baca atau tonton?! Menghancurkan harapan orang saja!

“Maaf, Tia ada?” Suara Baritone itu memecah kegaduhan antara aku dan Kyuuri.
Baik aku maupun Kyuu, kami berdua sama sama ternganga.

Aryanov Gabriel.
Ia dengan baju kerjanya yang biasa yaitu setelan coat panjang berwarna hitam yang senada dengan warna mata dan rambutnya.
Ia menatap kearahku dengan wajah khawatir.

“Oh-oh…” Desis Kyuuri dibelakangku,

“Aku tidak bermaksud mengganggu,” Lelaki itu menunduk, “Tapi kapan kau selesai kerja? Aku akan… menunggu,”

Belum lagi aku menjawab, Kyuuri sudah mendorongku kuat sekali, “Dia sudah selesai!” Teriaknya super duper explosive, “Sisanya biar aku yang tangani,” Sambil mengedipkan mata Kyuu menggeser tubuhnya, berbalik dan tersenyum genit padaku.

“A… Kyuu… Tapi…”

“Well,” Tangan Aryanov Gabriel menyentuh kedua bahuku dari belakang, “Kurasa sudah bisa kuajak bicara kalau begitu?”
Tubuhku seakan membeku.

+++

Aku keluar dari ruang ganti dengan pakaian casual yang biasa,
Celana tiga perempat hijau muda, sepatu flat, tank top warna kuning gading serta cardigan ungu tua yang menghangatkan tubuhku dari dinginnya udara malam.
Barang yang kubawapun hanya tas selempang.

Tebak siapa yang menungguku didepan?
Aryanov Gabriel!
Aku mencari cari kesekitar, Tuhan, ia tinggi sekali, mungkin lebih dari 185cm,
Lelaki impian semua wanita…
Aku mendesah gugup, menarik nafas lalu menghampirinya.

“Sudah selesai?” Ia bertanya, mengamati penampilanku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Membuatku serasa ditelanjangi, haduh buruk sekali bahasaku,
Tapi aku sungguh sungguh malu sekarang sampai sampai rasanya ini lebih buruk daripada ditelanjangi.
Aku merasa seperti dinilai…

“Kau tidak manis,” Deg, Tuh kan! “Tapi aku suka,” Ia menggandeng tanganku, aku terkesiap kaget, a-apa katanya tadi?!

Aryanov Gabriel terus saja menggandengku, membukakan pintu mobilnya untukku, ia bahkan mempersilahkanku masuk duluan,
Agak bodoh aku menurut saja, lagipula tidak siap jika harus berdebat dengannya.

Setelah kami sama sama berada didalam, Aku memberanikan diri untuk bertanya.

“Anu… Aryanov… Kita mau kemana ya?”

Pria tampan itu membetulkan posisi duduknya, ia kelihatan lebih mempesona kalau rileks,
“Ari…” Ia berkata pelan, “Panggil saja begitu, Kau inginnya kemana?”

Bukan mulutku yang menjawab, melainkan bunyi perutku.
Ya Tuhan, malu sekali rasanya,
Dilain pihak, aku juga senang sekali aku bisa tahu nama kecilnya… Ari, ya, Kak Ari kalau begitu…!
Aku selalu mengikuti berita tentangnya, aku tahu ia tahun ini 27 yah, hmm… Aku 24, berarti ‘kakak’ dong ya!

“Baiklah, baiklah,” Kak Ari tertawa dengan tampang mengejek super badboy-nya. “Kita cari makanan saja dulu ya,”


+++

Aku tidak menduga kakak makan sedikit sekali,
Ia menumpahkan setengah lebih isi piringnya kedalam piringku, menyuruhku menghabiskan semuanya.
Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan, tapi sepertinya dia suka wanita yang banyak makan…

“Wanita itu terlihat sangat cantik pada saat mereka tidak menahan diri…” Kak Ari melipat tangan didada, memberikanku petuah petuah yang aku yakin karangannya sendiri.
Aku hanya mendengarkan sambil mengunyah ngunyah.
Yah, tidak jelek juga, lagipula aku terlalu kurus, aku ingin gemuk makanya aku ingin sekali bisa makan lebih banyak,
Terlebih lagi, restoran ini makanannya enak sekali!
Apa kakak pandai urusan beginian yah?

Tadinya terasa sangat kaku, tapi ia lancar sekali, seakan kesan dingin dan kaku itu hanya ada dipermukaan.
Pribadi yang sebenarnya care dan hangat…
Wow, aku tidak menduga ini,
Telapak tanganku panas, aku semakin menyukainya…

“Sebentar,” Ponsel kak Ari berbunyi, aku segera mengangguk tanda mengerti saat melihatnya berdiri dan meminta waktu untuk menjawab teleponnya.
Ia beranjak untuk mencari tempat dimana ia bisa lebih leluasa bicara.
Aku membiarkan tanpa bertanya, berkonsentrasi menghabiskan makananku sendiri.

15 menit berlalu dan aku sedang berjuang menelan suapan terakhirku.
Aku melakukannya bukan agar menarik perhatian, tapi pada dasarnya aku sangat sayang pada makanan, sampai sampai aku tidak rela secuilpun terbuang sia sia…
It can’t be helped, jika kalian tahu betapa sulitnya bekerja keras banting tulang mengumpulkan receh demi receh, kalian akan jauh lebih menghargai apa saja yang berada disekeliling kalian…

Baru saja aku keluar dari toilet sehabis cuci tangan dan membersihkan make upku yang berantakan,
Dari arah lorong bertembusan dengan mall disebelah restoran siap saji yang menjadi tempat makanku saat ini aku mendengar suara Kak Ari bergema, lorong itu lumayan sepi jadi kusempatkan untuk mengintip sebentar.

“Keadaan disini baik baik saja, kakak tenang saja,” Yang sedang berbicara dalam bayangan hologram itu adalah pemuda berambut pirang, ia rupawan seperti seorang dewa.
Itu pasti adiknya, Dr.TsaraniaKova Gabriel, aku pernah membaca tentang beliau itu dimajalah.
Penemu besar yang berhasil menanggulangi infeksi virus Undead tingkat pertama.
Sesuatu yang selama ini belum ada obatnya…

Ia mirip kakaknya, hanya saja ia pirang.
Cara bicaranya lembut dan lancar, seperti aktor terlatih, mendengar suaranya tidak membuatmu bosan meskipun ia sedang berpidato berjam jam lamanya.
Kharisma tidak manusiawi dari seorang jenius sejati.
Dari cara mereka berdua berbicara, aku bisa melihat betapa dalamnya ikatan kasih sayang antara mereka berdua.

“Dan kau bulat, jaga dirimu baik baik,”

Aku baru sadar bahwa Dr.Gabriel sedang memegangi kursi yang didepannya duduk seorang gadis berambut wavy yang wajahnya molek bak boneka porselen, Dari bahasa tubuh mereka, nyata sekali bahwa mereka sepasang kekasih.
Gadis itu menyentuh tangan Dr.Gabriel dengan sayang, “Tenang saja kakak, aku bulat, aku jago menggelinding,” Bantahnya puas.

Kak Ari tersenyum.
Tadinya aku ikut bahagia menyaksikan keluarga mereka bahagia.
Namun hatiku tersadar setelah melihat senyuman kak Ari barusan.
Betapa jelasnya makna yang tersirat didalamnya.
Senyuman yang sepi.
Senyuman yang menyesali diri.

“Daina, Tasuku, aku pergi dulu, aku sedang kencan,” Kakak kelihatan sangat jago menguasai perasaannya sendiri, tapi aku tahu, diiringi suara tawa adiknya dan teriakan penasaran wanita yang dipanggil ‘Daina’ itu, ia mengakhiri percakapan mereka.

Aku langsung menghambur memeluk punggung kak Ari sebelum ia sempat berbalik.
Uh oh… Apa yang kulakukan…? Memalukan sekali!

“Tia…?” Tebak kak Ari, dan dia tepat sekali,

“Ada aku…” Bisikku lirih, mencoba menghibur tapi fail. “Jangan menangis,”
Aaahh bodoh sekali aku ini…

“Kelihatan ya?” Kakak tersenyum geli, bagiku senyuman itu seolah adalah oase yang membasuh semua kekhawatiranku.

“Dia Daina… Dia wanita yang kupuja,” Matanya terlihat sedih… “Tapi sekarang dia Tunangan adikku,”

Aku terdiam lama sekali, “Hidup itu lucu sekali kan? Bagaimana orang yang bisa memberimu kekuatan tak terbatas, kadang kadang justru menjadi kelemahan terbesarmu,”

Tidak tahan lagi, aku menangis dipunggungnya, kakak nampaknya menyadari ini, karena ia segera membalikkan tubuhnya menghadapku,
Ia menyeka air mataku, begitu lembut dan penuh kasih,
Aku tidak pernah diperlakukan seseorang sebaik ini seumur hidupku…

“Anak perempuan itu,” Kak Ari melantur, “Kalau menangis lebih jelek daripada monyet, tahu,”

Aku tidak mencoba tertawa, tapi cara menghiburnya lucu, mana ada orang menangis malah diejek, walau demikian dari gerakan yang dibuatnya sama sekali tidak menunjukkan niat menyakiti.
Wanita mana ada yang tidak meleleh saat sekilas diperlakukan kasar dipermukaan tapi lembut didalam?

“Kau ingin kemana lagi setelah ini?” Ia bertanya, melirikn arlojinya, “Baru jam 8, belum terlalu malam juga kan?”

Aku mengangguk, tertawa lepas, hatiku bahagia, sesaat tadi terasa sedih, sekarang bahagia,
Ternyata benar kata orang, jika orang yang kau cintai merasakan sesuatu, kau secara refleks akan merasakannya juga.
Karena aku juga begitu.

“Aku punya permintaan,” Kutarik lengan bajunya, menatapnya dengan mata memohon.

+++

“Menyenangkan sekaliiii!” Seruku penuh kebebasan, kami baru saja turun dari jet coaster berkecepatan tinggi, kak Ari berpegangan pada pagar pembatas menahan tubuhnya agar tidak sempoyongan.

“Bocah…” Gerutunya, “Jangan-pernah-lagi-kau-mengajakku-naik-itu.”

“Itu? Itu kan menyenangkan,” balasku tak kalah menggoda.

Kak Ari mengumpat dalam bahasa Italia, “Diam, Tasuku,” Apa dia bicara pada dirinya sendiri?
Tasuku nama adiknya kan?
Artinya ia selalu membawa bawa sang ‘adik’ didalam hatinya dimanapun ia berada.
Alangkah manisnya…

“Apa kau selalu seperti ini?” Tanyaku memberikan sebotol cola padanya,

“Seperti apa?”

“Bicara pada diri sendiri seolah sedang bicara pada adikmu…”

“Apa? Oh…” Kak Ari mengalihkan pandangan seolah tidak ingin ditanya, “Dia juga suka begitu,”

“Adikmu?”

“Ya…”

Ujung telinganya memerah.
Aku tahu dia malu, karenanya ia tidak mau menatapku saat ini.
Hmm… Jadi beginilah ikatan mereka… Dalam hati aku iri, aku tidak terlalu akur dengan saudaraku, karenanya senang melihat seseorang bisa seakrab ini dengan saudara mereka bahkan pada saat sudah sama sama dewasa.

“Kakak pasti sangat sayang adikmu ya, ”

Kak Ari terperangah menatapku, sedetik kemudian ia tersenyum lebar.
Ia senang ada yang memahami, ekspresi itu kentara sekali terbaca.

“Memang agak gila,” Kakak tertawa malu, “Tapi entah sejak kapan saat aku terpisah dari adikku aku mulai sering memanggil namanya, bersikap seakan aku bicara padanya, apa yah? Ia juga melakukan hal yang sama saat terpisah dariku, mungkin kebiasaan ini sedikit berkurang sejak aku sering bersama sama Ryo-partnerku-tapi kadang kadang bisa kambuh, sial ini memalukan,” Ia mengusap wajah menggunakan telapak tangan, memandang kearah langit luas.

Tidak tertawanya aku menunjukkan betapa serius aku menanggapi pembicaraan ini.
Kalau kau sebegitu sayang pada adikmu, tidak heran kau bersedia memberikan apa saja milikmu…
Pendapatku itu kutahan dalam hati.
Kak Ari tampak puas sekali.
Ia mengulurkan tangannya padaku, “Ayo, mau main apa lagi?”

“Tidak, nanti kau pusing,”

“Ck, aku memang pusing, tapi aku tidak akan mati, ayo cepat!” Aku merasakan tubuhku ditarik, seperti melayang, mengikutinya begitu saja.

++++

Waktu menunjukkan pukul 11 malam, aku menunggu didepan parkiran amusement park.
Hujan mengguyurku sehingga aku terpaksa menggunakan tas selempangku untuk menghalau basah.
Lagi lagi fail, tentu saja,
Kak Ari tidak lama mengambil mobil, tapi tetap saja hujannya deras sekali sampai sampai seluruh tubuhku kuyup seperti habis disiram seember air.

“Tia!” Teriak kakak menyongsongku, ia juga basah, tapi ia tidak peduli, aku dibopong kedalam mobil, keadaaanku menggigil, kak Ari sigap sekali, ia menyambar selimut dijok bagian belakang mobilnya, menutupi tubuhku.

“Maaf lama,” Desahnya kesal, “Harusnya kau ikut saja tadi…”

“Aku yang meminta tinggal kok, aku yang harusnya minta maaf karena merepotkan,”

Kakak tidak mendengarkanku, ia hanya memacu mobilnya diantara deru hujan,
Aku bersin bersin.
Sejak kecil tubuhku bisa dibilang lemah.

“Aku akan mengantarmu, dimana rumahmu?” Tanyanya, belum sempat aku menjawab, ia sudah menyambung kalimatnya lagi, “Atau mau mampir ketempatku dulu?”

++++

Kedua kalinya aku berada ditempat ini.
Kamar yang sama, ruangan yang sama.
Aku duduk diatas sofa berwarna putih keabu abuan diruang tamu bergaya minimalis milik kak Ari.

Hatiku berdebar debar kencang sampai jantungku tidak tahu mau diapakan.
Aku sudah selesai ganti baju, memakai kamar mandinya, meminjam kemejanya yang ternyata terlalu longgar untuk kukenakan... menghangatkan diri sebelum aku kena flu dan masuk angin.

“Hei anak monyet, minum ini biar hangat, ”Kak Ari datang membawakan segelas susu hangat , meski begitu bukan minumannya yang membuat jantungku mau melompat saat ini, tapi karena dia datang dalam keadaan telanjang dada, otot dadanya, lengannya, juga memperlihatkan susunan abs nya yang tercetak sempurna.
Badannya benar benar bagus… Tuhan…
Ia kelihatan setengah basah, mungkin ia baru selesai mandi, karena handuk masih tersampir dilehernya, masih berusaha mengeringkan rambut juga.

Aku malu mengakuinya, tapi Dia sexy...

“K-kakak kenapa berpenampilan begituuu!” Aku menunjuk nunjuk tanpa melihat.
“Ini rumahku, ya suka suka akulah.” Ia berkata sekenanya,
Aku menutupi wajah dengan tanganku, membuatnya semakin terbahak bahak.
“Lagipula reaksi macam apa itu, kau kan sudah pernah melihat…”

Tiba tiba saja aku teringat sesuatu yang penting,
“Oh iya, malam itu!” Sergahku segera, “Malam itu! Apa ada sesuatu yang terjadi?!”

Kak Ari mengerinyitkan keningnya, “Maksudmu sesuatu?”

Wajahku kembali memerah, “A… sesuatu… ya… sesuatu… Kita…” aku sudah merasa akan pingsan jika harus menjelaskan lebih detail dari ini, untunglah kakak kelihatannya mengerti.

“Hmmm… menurutmu?” Ia tersenyum nakal, A..Apa dia sedang menggodaku?

“Aku tidak bercanda!”

“Ya ya ya…” Kak Ari meminum susu coklat panasnya, “Bagaimana ya…”

Aku menunggu, cemberut.
Ternyata ia memang sedang menggodaku, ya...

“Kau mabuk malam itu, dan aku tidak,” Ia mengangguk, “Kau memberitahuku hanya namamu, karena aku tidak tahu rumahmu dan hari sudah larut, jadi aku membawamu kemari,”

“Hanya itu? Mengapa tidur satu ranjang? Dan mengapa aku acak acakan…?”

“Kau menyerangku,” Kak Ari tertawa dahsyat, sementara aku membatu. “Aku tidak punya pilihan lain, aku laki laki normal kan,” ia meneruskan “Tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, malam itu, kau mabuk, dan aku tidak, aku bukan tipe yang memanfaatkan kesempatan pada saat wanita sedang tidak berdaya, jadi ya, bisa dianggap, malam itu tidak ada kejadian apa apa…”

Hoh…
Tidak bisa kulukiskan betapa leganya aku…
Melebihi kekhawatiranku akan kehormatanku sendiri, aku benar benar bangga mengetahui kenyataan bahwa laki laki yang kucintai selama ini bukanlah orang jahat.
Ya, karena itulah aku menyukainya bukan?

“Dan soal satu ranjang itu… kuakui itu salahku,” Kakak mengangkat tangannya seperti menyerah, “Harusnya aku bisa menolaknya, pindah ke sofa, ke kamar sebelah, yang mana saja, option banyak, tapi… aku sungguh sungguh, aku tidak bisa menolaknya saat kau mengatakan hal itu padaku.”

Otakku blank, “Hal apa?”

Kak Ari memandangiku, tatapannya mengundang, “Kau bilang kau mencintaiku…”

Tuhan…?
Apa yang baru saja dia… katakan…?
Aku tertunduk malu meresapi setiap ceritanya, mencoba menemukan seribu satu alasan yang mampu menyelamatkan mukaku saat ini.
“Itu… aku mabuk kan? Aku kadang suka tidak sadar apa yang kuucapkan pada saat aku mabuk…”

Baru saja aku menyelesaikan kalimatku, aku terkejut mendapati sorot mata kak Ari menampakkan kekecewaan.
“Begitu ya…” Ia mengangguk. “Berarti hanya itu artinya ya? Lucu sekali, padahal aku merasa nyaman denganmu,” Ia menutup mata, “Yah, kau tunggu disini, aku akan berpakaian dulu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang, habiskan minumanmu,” Ia memberikan perintah penuh perhatian,



Tia… Tia…
Apakah benar begini?
Apakah sudah benar begini saja?
Dia Aryanov Gabriel yang kau cintai sejak beberapa tahun lalu…
Sejak kau mulai memperhatikannya dari jauh hingga sekarang kau bisa sedekat ini dengannya?
Kesalahan yang bodoh memberikanmu kesempatan… Jangan sampai kesalahan bodoh pula yang mengakhiri segalanya…




“Aku berbohong!” Teriakku lantang, menubruk tubuh kakak yang baru saja hendak berdiri sampai kembali terjengkang diatas sofa, menindihnya begitu saja.

“Aku suka padamu… aku mencintaimu…!” Tangisanku merebak begitu saja, "Sudah sejak lama sekali... sejak kau... kau bahkan belum kenal aku... tapi aku sudah..." aku menyembunyikan wajahku didadanya, tidak berani melihat.
Oh sudahlah, siapa peduli dengan hal itu saat ini, aku mencintainya, dan ia harus tahu itu…
Dering ponsel mengagetkanku, itu pasti Kyuuri, sekarang ia pasti penasaran ingin tahu apa yang terjadi.
Masa bodoh, aku menunggu keputusan terpenting dalam hidupku.
Kyuu bisa menunggu nanti.

Sedetik, dua detik, aku menunggu, menit berikutnya sentuhan menyejukkan merangkulku.
Merengkuhku kedalam pesonanya yang membius.

“Lihat aku, perlihatkan wajahmu,” Ia memaksa melihat ekspresiku saat ini, aku malu, aku pasti terlihat lucu sekali, penuh air mata dan ingus begini…

“Jangan lihat… aku…mmpphh…”

Kurasakan bibirnya menekan kuat dibibirku, begitu hangat dan membuai,
Ia menyentuh leher bagian belakangku, menggelitik sangat terlatih, membuatku spontan mengerang dan membuka mulutku, memberikannya kesempatan untuk menjelajahi lebih dalam.
Pada akhirnya aku hanya pasrah, kami berdua seperti binatang kelaparan, dibutakan oleh keinginan untuk saling menyentuh, mencecap rasa satu sama lain.
baik hati maupun jiwaku, semua dikuasai olehnya…

“Insting…” Nafas kami berdua sama sama tidak beraturan, saat kak Ari bicara, suaranya terdengar parau dan warna bola matanya satu tingkat lebih gelap. “Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya, maaf kalau caraku buruk,” Ia mengakui malu malu, aku tersenyum, kukecup sekali lagi bibirnya.

“Aku juga…” bahasku jujur.
Kuciumi tangannya yang membelai pipiku lembut.

“Jadilah milikku,” Pintanya penuh permohonan,
Ia terlihat menikmati melihatku menautkan genggaman kami berdua, setuju agar tidak pernah melepaskannya lagi.

Miliknya…?
Menjadi milik seorang Aryanov Gabriel…?




“Jadikan aku milikmu…” Kuberikan jawaban finalku, membiarkannya menanggalkan helaian kain yang menempel ditubuh ini.

Baik hati maupun jiwaku, semua sudah dikuasai olehnya…






~OWARI~
 
Last edited:
Kamar... kamar... kamar... apa yang akan terjadi dikamar...?????? *Membayangkan* *NoseBleed*

LOL ini epic banget, challenge antara aku-tia-kyuuTimun(?)
Bwakakakkakak, Berikutnya giliranku yah? Tunggu akan ku posting milikku sebentar lagi(?)
 
Kamar... kamar... kamar... apa yang akan terjadi dikamar...?????? *Membayangkan* *NoseBleed*

LOL ini epic banget, challenge antara aku-tia-kyuuTimun(?)
Bwakakakkakak, Berikutnya giliranku yah? Tunggu akan ku posting milikku sebentar lagi(?)
wakakakaka iya, giliran kalian ber2 wwkwkkw

kalau aku bahas dikamar... nanti aku dibanned *ngakak

masih ada versi lain dikepalaku >.<

"Sakit Jiwa" Gelisah Ari Makin menjadi
aku suka saat Ari bilang kata-kata ini
wajahnya saat itu, aku membayangkan seperti ini

sasuke2.jpg


matanya itu lho matanya itu wakakaka
 
Entry for deathmaster spin off challenge \OwO/
Rate : T++(?)
Ini cuman spin off alias gak bener2 terjadi *IyaUdahTauBawel*
Setting waktunya kira kira terjadi setahun sebelum event pertama Deathmaster dimulai, Tasuku masih jadi manusia yang baru jadian sama Daina,
Kak Ari lagi patah hati, kira kira begitulah~

Segala kesalahan milik Daina, kesempurnaan hanya untuk Tuhan.
Mohon dimaklumi, Read and review yah, ohohohoho~

Disclaimer : Deathmaster punya saya, Entry ini punya saya, Kyuuri punya Kyuuri, Tia punya Tia, Kak Ari milik Istri2nya dia(?) *NahlohBingungGakLu



++++



Aku baru saja terbangun dari tidur, berpikir, mengingat ingat.
“Heee?“ Berusaha keras menyingkirkan bed cover tebal yang menutupi tubuhku, Aku tidak terbiasa tidur menggunakan selimut tebal… “Mengapa langit langitnya beda?”
Satu tanganku menggapai gapai mencari ponselku, tapi ranjangku jauh lebih besar daripada biasanya.
Apa apaan ini? Punyaku single bed kan?
Kupaksakan diri untuk bangun, yang terasa sangat sulit pagi ini.
Mendadak sepasang lengan kokoh meraih pinggangku, memeluk erat sekali, terkejut bukan main, spontan kubuka kedua mataku lebar lebar.

Dibelakangku, malaikat itu tertidur letih, nyenyak, ia telanjang dada, keringat membasahi dahi dan tubuhnya yang atletis, meskipun demikian ia tidur seperti bayi, tenang sekali, sementara dekapannya begitu erat seakan ingin mematahkanku sekaligus.

Tidak dapat kutahan desakan jantungku yang seakan mau meledak.

“A…a…” Ucapku terbata bata,

Aryanov Gabriel membuka matanya, masih setengah mengantuk “Hngg…?” Ia bernafas dibahuku, membuat geli dan semakin ingin mati aku dibuatnya.
Mataku nanar menatap kesekitar,
Laki laki yang kuimpikan, setengah telanjang disampingku, dan…

Aku memastikan keadaanku sendiri.

Dan ternyata aku juga hanya mengenakan tank top serta celana dalam dibawah selimutku…

Si tampan itu menyadari getaran tubuhku, Pekerjaannya sebagai Guardian Paladin tentu saja membuatnya mudah sekali terjaga,
Karena sekarang kedua bola mata onyx itu menatapku lekat,

“Kau sudah bangun…?” Ia mengucek mata malas malasan, “Kukira masih lama, kau tidur dibahuku, aku tidak bisa bergerak…”

Ini nyata.
Satu selimut. Satu ranjang.



APA YANG TERJADIIIII????!!!



++++


“Tia-nee???” Kyuuri membersihkan gelas gelas kecil itu dengan tampang tidak percaya. “Yang benaaaaaaaaarrr???? Aryanov Gabriel yang ituuuuu??”

“Sssttt… Ssstt…” Aku berusaha keras meredam suara melengking Kyuri yang tidak dibuat buat.
Anak ini memang explosive bomber!

“Kau? Dengannya? Semalam suntuk?!” Kali ini Kyuu sedikit memelankan nada bicaranya.

Aku mengangguk angguk dengan wajah merah.

Sungguh suatu kebetulan, aku sudah lama menaruh hati dengan pahlawan terhebat yang namanya sudah melegenda itu.
Ia sering datang kemari untuk minum bersama rekannya yang berambut cokelat dan bermata hazel itu, Rekannya juga sangat tampan, tapi pesona Aryanov sangat magis,
Sekali melihatnya kau tak akan pernah bisa melupakannya.

Ia jarang minum minum, biasanya hanya pesan yang biasa biasa saja,
Tapi seingatku semalam ia terlihat sangat kacau, tidak hanya ia datang sendirian, ia juga memesan minuman dengan kadar alkohol tinggi.
Sepertinya ia datang memang untuk mabuk, terbukti dari pemilihan tempat duduknya yang paling pojokan,
Karena ia sama sekali tidak bergeming hingga subuh, Jadi aku memberanikan diri menemaninya.

Hei, kalian pasti bertanya tanya apa pekerjaaanku bukan?
Tunggu, aku bukan hostess… kalau itu yang kalian pikirkan,
Aku hanya seorang waitress yang bertugas mengantarkan minuman pesanan dari meja ke meja.
Sedangkan temanku Kyuuri (Dia peranakan korea-jepang) adalah seorang bartender dengan keahlian meracik minuman yang luar biasa.
Kami berdua bekerja disebuah pub malam dipinggiran kota Moscow.
Kota yang juga menjadi lokasi markas pusat Paladin.
Organisasi yang menangani infeksi Undead diseluruh dunia.
Dan dari organisasi sehebat itu.
Aryanov yang sangat kuidolakan itu adalah Kapten mereka yang mengepalai divisi satu yang disebut Guardian, divisi terkuat, terhebat, dan paling menakjubkan dari semua kekuatan Paladin.

Kyuu melempar botol berisi cairan bening bersinar keperakan itu keatas, lalu menangkapnya tepat dibelakang punggungnya.
Rambutnya yang diikat ekor kuda sangat manis sekali.
Ia memang berbakat,
Tapi kali ini aku harus bersiap karena temanku ini sedang semangat-semangatnya mencecarku dengan berbagai pertanyaan.

“Setelah itu? Setelah itu????” Cecar Kyuuri semakin tak sabar, ia memutar gelas ditangannya sangat cepat, menghempaskannya kemeja beberapa orang pengunjung yang bersorak menikmati pertunjukannya.

“Aku pulang ketika ia sedang kekamar mandi, Kau tahu, itu pertama kalinya aku masuk asrama untuk para Guardian, tempatnya mewah sekali, sayang aku cepat cepat pergi karena ketakutan…! Aku takut sekali dan salah tingkah, karena itu aku cepat cepat memunguti pakaian dan barang barangku lalu pergi tanpa sempat bilang apapun pada Aryanov…”

“Yaaahh…” Celos Kyuu kecewa, tapi sesaat kemudian ia bersemangat kembali,“Kalian melakukannya?” Bisiknya padaku, Aku meraih nampan dan menyentakkannya keras keras dihadapan Kyuu,
Melihat lihat kesekitar kalau kalau ada orang orang yang ingin memesan sesuatu.

“Oh ayolah,” Bujuk Kyuuri, “Tia-nee, ceritaaaa…”

“Aku tidak tahu!” Jelasku gemas. “Aku juga hanya ingat kejadiannya sampai…”

“Sampaaaaiii?” Kedua mata Kyuu berkilat penasaran.

Um, tunggu, tadi malam kan?
Aryanov Gabriel… Dia bicara padaku… Dia bilang dia… sangat kesepian…
Dia juga sedang patah hati…

“Ups,” Kyuu menyela sambil menunjuk kearahku, “Lalu karena itukah kau…”

“Aku juga patah hati!” Jeritku tertahan, “Aku sama sekali tidak menyangka ia sudah memiliki seseorang yang ia cintai…!”

“Tapi kupikir cintamu pada Aryanov Gabriel hanya sebatas idola…” Kyuu membenarkan.

Aku terdiam.
Idola?
Aku tidak tahu… tapi aku merasa wajar aku cemburu, cemburu teramat sangat.
Memikirkan bahwa ada seseorang telah merebut hati laki laki yang menjadi dambaanku, Rasanya sangat sangat sakit sekali…
Apa ini lebih dari sekedar suka pada idola?
Aku selalu memperhatikannya selama bertahun tahun ini, tidak mampu melihat kelain arah... sampai sampai aku tidak punya pacar.

Ah Tia…

“Karena aku terbawa emosi, aku jadi lupa diri,” Ceritaku hampir menangis, “Dan menenggak minuman dimeja tanpa melihat lihat dulu….!”

Baik aku maupun Kyuu sama sama terdiam.

“T-tia-neechan…” Singgung Kyuu hati hati, “Jadi…”

“Itu ’pertama kali’ku…” Jawabku, menabrak nabrakkan dahiku pada permukaan meja bartender.
Kyuuri juga kehabisan kata kata, ia tidak jemu jemu membahasnya, tapi ia juga kelihatan kasihan padaku, tidak tahu harus bilang apa.

“Tapi… itu… Cerialah Tia-Nee…” Hibur Kyuu sambil menepuk nepuk kepalaku, “Mu-mungkin saja tidak terjadi apa apa kan…? Mungkin saja… mungkin… hanya…”

“Mana kutahu,” Aku menangis tanpa suara, “Aku tidak ingin memikirkannya, lagipula aku tidak pernah melakukannya, tidak ada perbandingan,”

“Kabarnya kalau pertama kali melakukan itu akan sakit sekali sampai susah berjalan,” Kyuu mengurut dagunya, kentara sekali bahwa ia juga virgin tetapi ia sok tahu masalah aneh aneh begini.

“A-aku masih bisa lari!” Cetusku gembira, “Berarti itu artinya aman dong? Benar kan?”

Kyuu menggeleng, gayanya seperti professor ilmu filosofi dan sejarah saja. “Belum tentu, bisa jadi juga cowoknya terlalu ahli sampai sampai tidak terasa sakit sama seka…”

Plak! Aku memukulkan nampan keatas kepala Kyuu.
Gadis itu meringis sambil tertawa terbahak bahak melihat reaksiku.
Dasar, apasih yang biasanya dia baca atau tonton?! Menghancurkan harapan orang saja!

“Maaf, Tia ada?” Suara Baritone itu memecah kegaduhan antara aku dan Kyuuri.
Baik aku maupun Kyuu, kami berdua sama sama ternganga.

Aryanov Gabriel.
Ia dengan baju kerjanya yang biasa yaitu setelan coat panjang berwarna hitam yang senada dengan warna mata dan rambutnya.
Ia menatap kearahku dengan wajah khawatir.

“Oh-oh…” Desis Kyuuri dibelakangku,

“Aku tidak bermaksud mengganggu,” Lelaki itu menunduk, “Tapi kapan kau selesai kerja? Aku akan… menunggu,”

Belum lagi aku menjawab, Kyuuri sudah mendorongku kuat sekali, “Dia sudah selesai!” Teriaknya super duper explosive, “Sisanya biar aku yang tangani,” Sambil mengedipkan mata Kyuu menggeser tubuhnya, berbalik dan tersenyum genit padaku.

“A… Kyuu… Tapi…”

“Well,” Tangan Aryanov Gabriel menyentuh kedua bahuku dari belakang, “Kurasa sudah bisa kuajak bicara kalau begitu?”
Tubuhku seakan membeku.

+++

Aku keluar dari ruang ganti dengan pakaian casual yang biasa,
Celana tiga perempat hijau muda, sepatu flat, tank top warna kuning gading serta cardigan ungu tua yang menghangatkan tubuhku dari dinginnya udara malam.
Barang yang kubawapun hanya tas selempang.

Tebak siapa yang menungguku didepan?
Aryanov Gabriel!
Aku mencari cari kesekitar, Tuhan, ia tinggi sekali, mungkin lebih dari 185cm,
Lelaki impian semua wanita…
Aku mendesah gugup, menarik nafas lalu menghampirinya.

“Sudah selesai?” Ia bertanya, mengamati penampilanku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Membuatku serasa ditelanjangi, haduh buruk sekali bahasaku,
Tapi aku sungguh sungguh malu sekarang sampai sampai rasanya ini lebih buruk daripada ditelanjangi.
Aku merasa seperti dinilai…

“Kau tidak manis,” Deg, Tuh kan! “Tapi aku suka,” Ia menggandeng tanganku, aku terkesiap kaget, a-apa katanya tadi?!

Aryanov Gabriel terus saja menggandengku, membukakan pintu mobilnya untukku, ia bahkan mempersilahkanku masuk duluan,
Agak bodoh aku menurut saja, lagipula tidak siap jika harus berdebat dengannya.

Setelah kami sama sama berada didalam, Aku memberanikan diri untuk bertanya.

“Anu… Aryanov… Kita mau kemana ya?”

Pria tampan itu membetulkan posisi duduknya, ia kelihatan lebih mempesona kalau rileks,
“Ari…” Ia berkata pelan, “Panggil saja begitu, Kau inginnya kemana?”

Bukan mulutku yang menjawab, melainkan bunyi perutku.
Ya Tuhan, malu sekali rasanya,
Dilain pihak, aku juga senang sekali aku bisa tahu nama kecilnya… Ari, ya, Kak Ari kalau begitu…!
Aku selalu mengikuti berita tentangnya, aku tahu ia tahun ini 27 yah, hmm… Aku 24, berarti ‘kakak’ dong ya!

“Baiklah, baiklah,” Kak Ari tertawa dengan tampang mengejek super badboy-nya. “Kita cari makanan saja dulu ya,”


+++

Aku tidak menduga kakak makan sedikit sekali,
Ia menumpahkan setengah lebih isi piringnya kedalam piringku, menyuruhku menghabiskan semuanya.
Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan, tapi sepertinya dia suka wanita yang banyak makan…

“Wanita itu terlihat sangat cantik pada saat mereka tidak menahan diri…” Kak Ari melipat tangan didada, memberikanku petuah petuah yang aku yakin karangannya sendiri.
Aku hanya mendengarkan sambil mengunyah ngunyah.
Yah, tidak jelek juga, lagipula aku terlalu kurus, aku ingin gemuk makanya aku ingin sekali bisa makan lebih banyak,
Terlebih lagi, restoran ini makanannya enak sekali!
Apa kakak pandai urusan beginian yah?

Tadinya terasa sangat kaku, tapi ia lancar sekali, seakan kesan dingin dan kaku itu hanya ada dipermukaan.
Pribadi yang sebenarnya care dan hangat…
Wow, aku tidak menduga ini,
Telapak tanganku panas, aku semakin menyukainya…

“Sebentar,” Ponsel kak Ari berbunyi, aku segera mengangguk tanda mengerti saat melihatnya berdiri dan meminta waktu untuk menjawab teleponnya.
Ia beranjak untuk mencari tempat dimana ia bisa lebih leluasa bicara.
Aku membiarkan tanpa bertanya, berkonsentrasi menghabiskan makananku sendiri.

15 menit berlalu dan aku sedang berjuang menelan suapan terakhirku.
Aku melakukannya bukan agar menarik perhatian, tapi pada dasarnya aku sangat sayang pada makanan, sampai sampai aku tidak rela secuilpun terbuang sia sia…
It can’t be helped, jika kalian tahu betapa sulitnya bekerja keras banting tulang mengumpulkan receh demi receh, kalian akan jauh lebih menghargai apa saja yang berada disekeliling kalian…

Baru saja aku keluar dari toilet sehabis cuci tangan dan membersihkan make upku yang berantakan,
Dari arah lorong bertembusan dengan mall disebelah restoran siap saji yang menjadi tempat makanku saat ini aku mendengar suara Kak Ari bergema, lorong itu lumayan sepi jadi kusempatkan untuk mengintip sebentar.

“Keadaan disini baik baik saja, kakak tenang saja,” Yang sedang berbicara dalam bayangan hologram itu adalah pemuda berambut pirang, ia rupawan seperti seorang dewa.
Itu pasti adiknya, Dr.TsaraniaKova Gabriel, aku pernah membaca tentang beliau itu dimajalah.
Penemu besar yang berhasil menanggulangi infeksi virus Undead tingkat pertama.
Sesuatu yang selama ini belum ada obatnya…

Ia mirip kakaknya, hanya saja ia pirang.
Cara bicaranya lembut dan lancar, seperti aktor terlatih, mendengar suaranya tidak membuatmu bosan meskipun ia sedang berpidato berjam jam lamanya.
Kharisma tidak manusiawi dari seorang jenius sejati.
Dari cara mereka berdua berbicara, aku bisa melihat betapa dalamnya ikatan kasih sayang antara mereka berdua.

“Dan kau bulat, jaga dirimu baik baik,”

Aku baru sadar bahwa Dr.Gabriel sedang memegangi kursi yang didepannya duduk seorang gadis berambut wavy yang wajahnya molek bak boneka porselen, Dari bahasa tubuh mereka, nyata sekali bahwa mereka sepasang kekasih.
Gadis itu menyentuh tangan Dr.Gabriel dengan sayang, “Tenang saja kakak, aku bulat, aku jago menggelinding,” Bantahnya puas.

Kak Ari tersenyum.
Tadinya aku ikut bahagia menyaksikan keluarga mereka bahagia.
Namun hatiku tersadar setelah melihat senyuman kak Ari barusan.
Betapa jelasnya makna yang tersirat didalamnya.
Senyuman yang sepi.
Senyuman yang menyesali diri.

“Daina, Tasuku, aku pergi dulu, aku sedang kencan,” Kakak kelihatan sangat jago menguasai perasaannya sendiri, tapi aku tahu, diiringi suara tawa adiknya dan teriakan penasaran wanita yang dipanggil ‘Daina’ itu, ia mengakhiri percakapan mereka.

Aku langsung menghambur memeluk punggung kak Ari sebelum ia sempat berbalik.
Uh oh… Apa yang kulakukan…? Memalukan sekali!

“Tia…?” Tebak kak Ari, dan dia tepat sekali,

“Ada aku…” Bisikku lirih, mencoba menghibur tapi fail. “Jangan menangis,”
Aaahh bodoh sekali aku ini…

“Kelihatan ya?” Kakak tersenyum geli, bagiku senyuman itu seolah adalah oase yang membasuh semua kekhawatiranku.

“Dia Daina… Dia wanita yang kupuja,” Matanya terlihat sedih… “Tapi sekarang dia Tunangan adikku,”

Aku terdiam lama sekali, “Hidup itu lucu sekali kan? Bagaimana orang yang bisa memberimu kekuatan tak terbatas, kadang kadang justru menjadi kelemahan terbesarmu,”

Tidak tahan lagi, aku menangis dipunggungnya, kakak nampaknya menyadari ini, karena ia segera membalikkan tubuhnya menghadapku,
Ia menyeka air mataku, begitu lembut dan penuh kasih,
Aku tidak pernah diperlakukan seseorang sebaik ini seumur hidupku…

“Anak perempuan itu,” Kak Ari melantur, “Kalau menangis lebih jelek daripada monyet, tahu,”

Aku tidak mencoba tertawa, tapi cara menghiburnya lucu, mana ada orang menangis malah diejek, walau demikian dari gerakan yang dibuatnya sama sekali tidak menunjukkan niat menyakiti.
Wanita mana ada yang tidak meleleh saat sekilas diperlakukan kasar dipermukaan tapi lembut didalam?

“Kau ingin kemana lagi setelah ini?” Ia bertanya, melirikn arlojinya, “Baru jam 8, belum terlalu malam juga kan?”

Aku mengangguk, tertawa lepas, hatiku bahagia, sesaat tadi terasa sedih, sekarang bahagia,
Ternyata benar kata orang, jika orang yang kau cintai merasakan sesuatu, kau secara refleks akan merasakannya juga.
Karena aku juga begitu.

“Aku punya permintaan,” Kutarik lengan bajunya, menatapnya dengan mata memohon.

+++

“Menyenangkan sekaliiii!” Seruku penuh kebebasan, kami baru saja turun dari jet coaster berkecepatan tinggi, kak Ari berpegangan pada pagar pembatas menahan tubuhnya agar tidak sempoyongan.

“Bocah…” Gerutunya, “Jangan-pernah-lagi-kau-mengajakku-naik-itu.”

“Itu? Itu kan menyenangkan,” balasku tak kalah menggoda.

Kak Ari mengumpat dalam bahasa Italia, “Diam, Tasuku,” Apa dia bicara pada dirinya sendiri?
Tasuku nama adiknya kan?
Artinya ia selalu membawa bawa sang ‘adik’ didalam hatinya dimanapun ia berada.
Alangkah manisnya…

“Apa kau selalu seperti ini?” Tanyaku memberikan sebotol cola padanya,

“Seperti apa?”

“Bicara pada diri sendiri seolah sedang bicara pada adikmu…”

“Apa? Oh…” Kak Ari mengalihkan pandangan seolah tidak ingin ditanya, “Dia juga suka begitu,”

“Adikmu?”

“Ya…”

Ujung telinganya memerah.
Aku tahu dia malu, karenanya ia tidak mau menatapku saat ini.
Hmm… Jadi beginilah ikatan mereka… Dalam hati aku iri, aku tidak terlalu akur dengan saudaraku, karenanya senang melihat seseorang bisa seakrab ini dengan saudara mereka bahkan pada saat sudah sama sama dewasa.

“Kakak pasti sangat sayang adikmu ya, ”

Kak Ari terperangah menatapku, sedetik kemudian ia tersenyum lebar.
Ia senang ada yang memahami, ekspresi itu kentara sekali terbaca.

“Memang agak gila,” Kakak tertawa malu, “Tapi entah sejak kapan saat aku terpisah dari adikku aku mulai sering memanggil namanya, bersikap seakan aku bicara padanya, apa yah? Ia juga melakukan hal yang sama saat terpisah dariku, mungkin kebiasaan ini sedikit berkurang sejak aku sering bersama sama Ryo-partnerku-tapi kadang kadang bisa kambuh, sial ini memalukan,” Ia mengusap wajah menggunakan telapak tangan, memandang kearah langit luas.

Tidak tertawanya aku menunjukkan betapa serius aku menanggapi pembicaraan ini.
Kalau kau sebegitu sayang pada adikmu, tidak heran kau bersedia memberikan apa saja milikmu…
Pendapatku itu kutahan dalam hati.
Kak Ari tampak puas sekali.
Ia mengulurkan tangannya padaku, “Ayo, mau main apa lagi?”

“Tidak, nanti kau pusing,”

“Ck, aku memang pusing, tapi aku tidak akan mati, ayo cepat!” Aku merasakan tubuhku ditarik, seperti melayang, mengikutinya begitu saja.

++++

Waktu menunjukkan pukul 11 malam, aku menunggu didepan parkiran amusement park.
Hujan mengguyurku sehingga aku terpaksa menggunakan tas selempangku untuk menghalau basah.
Lagi lagi fail, tentu saja,
Kak Ari tidak lama mengambil mobil, tapi tetap saja hujannya deras sekali sampai sampai seluruh tubuhku kuyup seperti habis disiram seember air.

“Tia!” Teriak kakak menyongsongku, ia juga basah, tapi ia tidak peduli, aku dibopong kedalam mobil, keadaaanku menggigil, kak Ari sigap sekali, ia menyambar selimut dijok bagian belakang mobilnya, menutupi tubuhku.

“Maaf lama,” Desahnya kesal, “Harusnya kau ikut saja tadi…”

“Aku yang meminta tinggal kok, aku yang harusnya minta maaf karena merepotkan,”

Kakak tidak mendengarkanku, ia hanya memacu mobilnya diantara deru hujan,
Aku bersin bersin.
Sejak kecil tubuhku bisa dibilang lemah.

“Aku akan mengantarmu, dimana rumahmu?” Tanyanya, belum sempat aku menjawab, ia sudah menyambung kalimatnya lagi, “Atau mau mampir ketempatku dulu?”

++++

Kedua kalinya aku berada ditempat ini.
Kamar yang sama, ruangan yang sama.
Aku duduk diatas sofa berwarna putih keabu abuan diruang tamu bergaya minimalis milik kak Ari.

Hatiku berdebar debar kencang sampai jantungku tidak tahu mau diapakan.
Aku sudah selesai ganti baju, memakai kamar mandinya, meminjam kemejanya yang ternyata terlalu longgar untuk kukenakan... menghangatkan diri sebelum aku kena flu dan masuk angin.

“Hei anak monyet, minum ini biar hangat, ”Kak Ari datang membawakan segelas susu hangat , meski begitu bukan minumannya yang membuat jantungku mau melompat saat ini, tapi karena dia datang dalam keadaan telanjang dada, otot dadanya, lengannya, juga memperlihatkan susunan abs nya yang tercetak sempurna.
Badannya benar benar bagus… Tuhan…
Ia kelihatan setengah basah, mungkin ia baru selesai mandi, karena handuk masih tersampir dilehernya, masih berusaha mengeringkan rambut juga.

Aku malu mengakuinya, tapi Dia sexy...

“K-kakak kenapa berpenampilan begituuu!” Aku menunjuk nunjuk tanpa melihat.
“Ini rumahku, ya suka suka akulah.” Ia berkata sekenanya,
Aku menutupi wajah dengan tanganku, membuatnya semakin terbahak bahak.
“Lagipula reaksi macam apa itu, kau kan sudah pernah melihat…”

Tiba tiba saja aku teringat sesuatu yang penting,
“Oh iya, malam itu!” Sergahku segera, “Malam itu! Apa ada sesuatu yang terjadi?!”

Kak Ari mengerinyitkan keningnya, “Maksudmu sesuatu?”

Wajahku kembali memerah, “A… sesuatu… ya… sesuatu… Kita…” aku sudah merasa akan pingsan jika harus menjelaskan lebih detail dari ini, untunglah kakak kelihatannya mengerti.

“Hmmm… menurutmu?” Ia tersenyum nakal, A..Apa dia sedang menggodaku?

“Aku tidak bercanda!”

“Ya ya ya…” Kak Ari meminum susu coklat panasnya, “Bagaimana ya…”

Aku menunggu, cemberut.
Ternyata ia memang sedang menggodaku, ya...

“Kau mabuk malam itu, dan aku tidak,” Ia mengangguk, “Kau memberitahuku hanya namamu, karena aku tidak tahu rumahmu dan hari sudah larut, jadi aku membawamu kemari,”

“Hanya itu? Mengapa tidur satu ranjang? Dan mengapa aku acak acakan…?”

“Kau menyerangku,” Kak Ari tertawa dahsyat, sementara aku membatu. “Aku tidak punya pilihan lain, aku laki laki normal kan,” ia meneruskan “Tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, malam itu, kau mabuk, dan aku tidak, aku bukan tipe yang memanfaatkan kesempatan pada saat wanita sedang tidak berdaya, jadi ya, bisa dianggap, malam itu tidak ada kejadian apa apa…”

Hoh…
Tidak bisa kulukiskan betapa leganya aku…
Melebihi kekhawatiranku akan kehormatanku sendiri, aku benar benar bangga mengetahui kenyataan bahwa laki laki yang kucintai selama ini bukanlah orang jahat.
Ya, karena itulah aku menyukainya bukan?

“Dan soal satu ranjang itu… kuakui itu salahku,” Kakak mengangkat tangannya seperti menyerah, “Harusnya aku bisa menolaknya, pindah ke sofa, ke kamar sebelah, yang mana saja, option banyak, tapi… aku sungguh sungguh, aku tidak bisa menolaknya saat kau mengatakan hal itu padaku.”

Otakku blank, “Hal apa?”

Kak Ari memandangiku, tatapannya mengundang, “Kau bilang kau mencintaiku…”

Tuhan…?
Apa yang baru saja dia… katakan…?
Aku tertunduk malu meresapi setiap ceritanya, mencoba menemukan seribu satu alasan yang mampu menyelamatkan mukaku saat ini.
“Itu… aku mabuk kan? Aku kadang suka tidak sadar apa yang kuucapkan pada saat aku mabuk…”

Baru saja aku menyelesaikan kalimatku, aku terkejut mendapati sorot mata kak Ari menampakkan kekecewaan.
“Begitu ya…” Ia mengangguk. “Berarti hanya itu artinya ya? Lucu sekali, padahal aku merasa nyaman denganmu,” Ia menutup mata, “Yah, kau tunggu disini, aku akan berpakaian dulu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang, habiskan minumanmu,” Ia memberikan perintah penuh perhatian,



Tia… Tia…
Apakah benar begini?
Apakah sudah benar begini saja?
Dia Aryanov Gabriel yang kau cintai sejak beberapa tahun lalu…
Sejak kau mulai memperhatikannya dari jauh hingga sekarang kau bisa sedekat ini dengannya?
Kesalahan yang bodoh memberikanmu kesempatan… Jangan sampai kesalahan bodoh pula yang mengakhiri segalanya…




“Aku berbohong!” Teriakku lantang, menubruk tubuh kakak yang baru saja hendak berdiri sampai kembali terjengkang diatas sofa, menindihnya begitu saja.

“Aku suka padamu… aku mencintaimu…!” Tangisanku merebak begitu saja, "Sudah sejak lama sekali... sejak kau... kau bahkan belum kenal aku... tapi aku sudah..." aku menyembunyikan wajahku didadanya, tidak berani melihat.
Oh sudahlah, siapa peduli dengan hal itu saat ini, aku mencintainya, dan ia harus tahu itu…
Dering ponsel mengagetkanku, itu pasti Kyuuri, sekarang ia pasti penasaran ingin tahu apa yang terjadi.
Masa bodoh, aku menunggu keputusan terpenting dalam hidupku.
Kyuu bisa menunggu nanti.

Sedetik, dua detik, aku menunggu, menit berikutnya sentuhan menyejukkan merangkulku.
Merengkuhku kedalam pesonanya yang membius.

“Lihat aku, perlihatkan wajahmu,” Ia memaksa melihat ekspresiku saat ini, aku malu, aku pasti terlihat lucu sekali, penuh air mata dan ingus begini…

“Jangan lihat… aku…mmpphh…”

Kurasakan bibirnya menekan kuat dibibirku, begitu hangat dan membuai,
Ia menyentuh leher bagian belakangku, menggelitik sangat terlatih, membuatku spontan mengerang dan membuka mulutku, memberikannya kesempatan untuk menjelajahi lebih dalam.
Pada akhirnya aku hanya pasrah, kami berdua seperti binatang kelaparan, dibutakan oleh keinginan untuk saling menyentuh, mencecap rasa satu sama lain.
baik hati maupun jiwaku, semua dikuasai olehnya…

“Insting…” Nafas kami berdua sama sama tidak beraturan, saat kak Ari bicara, suaranya terdengar parau dan warna bola matanya satu tingkat lebih gelap. “Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya, maaf kalau caraku buruk,” Ia mengakui malu malu, aku tersenyum, kukecup sekali lagi bibirnya.

“Aku juga…” bahasku jujur.
Kuciumi tangannya yang membelai pipiku lembut.

“Jadilah milikku,” Pintanya penuh permohonan,
Ia terlihat menikmati melihatku menautkan genggaman kami berdua, setuju agar tidak pernah melepaskannya lagi.

Miliknya…?
Menjadi milik seorang Aryanov Gabriel…?




“Jadikan aku milikmu…” Kuberikan jawaban finalku, membiarkannya menanggalkan helaian kain yang menempel ditubuh ini.

Baik hati maupun jiwaku, semua sudah dikuasai olehnya…






~OWARI~


WOIIII WOOOIIII WOOIIIIII INI HASIL KERJA RODI 2 JEM!! NYEHEHEHEHEEE, entry sudah masup loh yaaahh! gada utang loh yaaaaaaaaahh!! *jduar*
Selamat menikmati =w=d

Btw Tia, Entry nya dimasukin aza ke first post, ditumpuk pake quote kayak di thread urban legend, nyahhahahaha, biar gak ketimbun(?)
 
WOIIII WOOOIIII WOOIIIIII INI HASIL KERJA RODI 2 JEM!! NYEHEHEHEHEEE, entry sudah masup loh yaaahh! gada utang loh yaaaaaaaaahh!! *jduar*
Selamat menikmati =w=d

Btw Tia, Entry nya dimasukin aza ke first post, ditumpuk pake quote kayak di thread urban legend, nyahhahahaha, biar gak ketimbun(?)
punya muh yg ini dimasukan? ke awal thread yah?
 
Kyaaaaaaaa..... #ngelap nosebleed
Sugoi~ !!!!! d(>.<)b
Tinggal aku yang belum..
Huweeee.. aku kehabisan ide.. TwT
 
Back
Top