Puisi Dari Yang Tak Terisi

rahmadnhtgl

New member

Puisi Dari Yang Tak Terisi

Aku mau bertanya, maukah engkau jawab?
Seberapa senyum sinis yang kau beri padaku?
Aku mau berbuat, maukah kau menerima?
Ini, lembar bait puisi selalu untukmu.

Aku ujarkan tapi, semua apa yang kuberi,
apa yang kau terima, tiada lebih dari mahal dan harga.
Pantasnya aku penyair puitis bukan politisi.
Dan bukan pengair duit, bukan penjabar harta.

Sampailah keringat anganku mencucur basah.
Beriak genangi semua tiap cerita apa yang terjadi.
Dari yang polos sampai lolos tapi semuanya hanya cost.
Sampai jenuh pun tiada peduli isi tulisan apa gerangan...

Disetiap hari aku melihat akhir tangis canda.
Disiang hari aku dengar cakapan sedihnya ada.
Dan pergi kemalam sangat kelam jauh lebih kosong.
Hanyutlah semua alam sepiku dibawah mimpiku.
Difitnah bahkan dipermalukan ditiap jeritan waktu.

Sampai suatu saat puisiku dari penyair picisan.
Membawa terus nasib yang menderita.
Menghantarkan semuanya perilaku angin buat sang pujian.
Tapi anginnya dingin, kencang, hancuri wadah keperkasaan.

Dan telah tiba disatu tujuan.
Kutanya kau atau aku siapa yang hina dari aku?
Hanya tulisan, guratan yang tak semestianya.
Kupaparkan kuedarkan disembilan penjuru sepi sedih dan tangisan.
Orang bilang, takdirku hanya diujung pena dan coretan mulut.

Terus dan terus berlanjut,
Tak berisi tak jelas tak bertujuan, apakah kekasih menyedihkan?
Gam'blang, lari dari tulisan...
Lebih menyedihkan bagi seorang pelantun puitis yang hanya cacian.
Tapi aku tak peduli, songsongan tajam iba dan rasaku akan datang.
Akan aku katakan kalau semua yang hancur pantas diulang dan dieja.

Bagimu hanya cercaan sampah neraka.
Bagiku aku beri doa dan kata memuja.
Kutuliskan semua, ku ingatkan tiap senyum sepiku tertawa.
Kubalas dengan senandung nyanyian puitis yang tak menepi.
Kukatakan siapapun aku, tak pernah menghilang dari sesal.

Disinilah aku nanti, lusa dengan satu puisi.
Selalu membawa nama dan rasa.
Yang ditulis terkadang jatuhkan sesepuh pulir air mata.
Aku menulisnya, aku lihat waktu dihitung...

Untuk dari yang berujung...
Buatmu, puisiku yang tak terisi...
percayailah apa yang indah apa yang akan datang...​

Nop202009|202202
Ranugal
 
Last edited:
Back
Top