Pelatihan Budidaya & Pembibitan Jamur Tiram IPB

Kami Juga Menyediakan berbagai macam bibit jamur


JATAYU (Jaya Tani Saluyu)
Jl. Madun 2, pondok Kacang Timur
Tangerang

dan
Jl. Raya Dramaga, Cibeureum, Bogor

Telp
08179163
 
Last edited:
Kami Juga Menyediakan berbagai macam bibit jamur


JATAYU (Jaya Tani Saluyu)
Jl. Madun 2, pondok Kacang Timur
Tangerang

dan
Jl. Raya Dramaga, Cibeureum, Bogor

Telp
08179163
 
Last edited:
JATAYU (Jaya Tani Saluyu)
Jl. Madun 2, pondok Kacang Timur
Tangerang

dan
Jln. Raya Dramaga, Cibeureum, Bogor


Telp
08179163724
 
Last edited:
www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


Di balik musibah selalu ada berkah, begitu juga dengan masyarakat Gunung Bromo yang baru saja terkena letusan Gunung Bromo. Sekarang ternyata justru memanen rezeki dengan tumbuhnya jamur kancing, seperti yang dijual di Pasar Murah Dharma Wanita Persatuan Kota Malang, di Stadion Luar Gajayana, Jumat (19/8).

Jamur yang bernama asing jamur Champignon itu biasanya dijual untuk hotel, karuan saja banyak diserbu pembeli di pasar murah. Satu bungkus jamur seberat 1 kg yang dijual Rp 12.000,- benar-benar membuat masyarakat langsung kalap membeli jamur kancing yang dijual murah.
Owner bromo champ community, Totok Supriadi mengakui setelah hujan abu masyarakat Bromo saat ini memanen jamur kancing. Tidak perlu membeli ac ataupun pendingin seperti saat budidaya jamur secara secara pabrikan, di Bromo cukup dibangunkan kandang saja karena hawanya mendukung jamur sudah tumbuh sendiri.
“Saat ini produksi petani kami satu ton jamur sehari, ke depan kami menargetkan bisa 10 ton sehari,” jelas Totok, Jumat (19/8).
Dengan bantuan Bank Indonesia Cabang Malang, Totok mengaku saat ini pihaknya sudah bisa mengekspor jamur kancing. Permintaan ekspor terbesar saat ini adalah dari Amerika dan negara-negara timur tengah.
“Selain menjual alam Bromo yang indah, kami memiliki andalan baru yang bisa dijual ke wisatawan, yaitu jamur kancing,” tegas Totok.
Bukan hanya enak digoreng sebagai jamur krispi, disoto, ataupun dijadikan asinan. Jamur kancing juga sangat nikmat dijadikan sate.
Bagi warga yang ingin menjadi distributor jamur kancing, di Malang. Totok menyebutkan bisa mengubungi BI Malang, atapun langsung ke tempatnya melakukan budidaya Jamur di Jl. Ringgit, Sukapura, Probolinggo, Jatim


Sumber: http://mediacenter.malangkota.go.id/2011/08/bi-malang-angkat-derajat-jamur-kancing/#ixzz3TGp73J00
 
Budidaya jamur tiram di daerah kalimantan

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Musim penghujan yang sudah terjadi beberapa bulan terakhir ini rupanya membawa berkah bagi masyarakat Balangan, dimana pada musim penghujan ini tumbuh tanaman Jamur Payung atau sering disebut masyarakat Balangan dengan nama Kulat bantilong.

Bisa dilihat bila melintas disepanjang jalan Lampihong dan didesa Dahai menuju ibu kota Balangan dimana berjejer lapak sederhana yang memajang kulat bantilong yang dijual dengan variasi harga oleh masyarakat.

Eddy, salah seorang warga Paringin, yang berjualan kulat bantilong mengungkapkan, kulat bantilong ini tumbuh tidak setiap saat biasanya tanaman jamur ini tumbuh diwaktu musim penghujan.

"Biasanya anak-anak sering mencari kulat bantilong ini yang banyak terdapat dirawa belakang rumah, dan karena ada warga yang tahu kelezatan jamur ini, kita jual dimuka rumah," ujarnya, Selasa (17/2/2015).

Untuk masalah harga, dari satu takaran dengan mengunakan piring , dijual dengan harga 3 ribu- 5 ribu tergantung besar kecilnya kulat bantilong ini.

Dilain tempat, ada lagi jamur yang secara langsung dibudidayakan yakni jamur merang karena mengingat khasiat dan dari segi ekonomis nya tinggi

Seperti yang dilakukan oleh sekolah SMK PPN Paringin, Kepsek setempat Syahruddin yang mengajak para siswa membudidayakan jamur merang disekolah.
"Khusus jamur tiram, kami mencoba membudidayakan komoditas sesuai animo masyarakat, jangan sampai perkembangan ilmu pertanian yang diberikan disekolah kurang relavan dimasyarakat," ujarnya.

Menurut dia, dengan budidaya jamur tiram yang dikelola oleh siswa dan guru diharapkan memberikan motivasi tersendiri bagi siswa agar terus berkarya didunia pertanian.

Para siswa bukan hanya belajar ilmu pertanian tapi mencintai dunia pertanian, sekaligus mampu menanikan tarap kesejahteraan keluarga dan masyarakat sekitar.
 
Dari budidaya jamur, mampu membiaya sendiri kuliah

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


BOGOR (Pos Kota) – Kuliah sambil mencari uang. Itulah yang dilakukan Agung Safruddin, mahasiswa Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Agung adalah salah satu mahasiswa wirausaha yang mendapatkan pendampingan modal dari Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB.
Ia memulai usahanya dengan membudidayakan dan menjual produk jamur. Menurut Agung, aneka produk jamur tiram termasuk salah satu inovasi produk kuliner baru. Produk berbahan jamur tiram putih itu sangat menyehatkan dan banyak manfaatnya.
Banyak literatur menyebutkan jamur tiram memiliki berbagai manfaat seperti menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor, menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi.
Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, dan anemia. Jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antikanker, menurunkan kadar kolesterol dan bisa menurunkan berat badan karena berserat tinggi.
Dalam menjalankan usaha jamurnya tidak selalu berjalan mulus. Agung seringkali mengalami kendala salah satunya kenaikan harga bahan baku. Hal ini tidak lantas membuatnya putus asa. Ia mensiasatinya dengan sedikit mengurangi ukuran kemasannya. Usaha jamur yang berlokasi di Cinangneng Asri, Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea ini awalnya digeluti lima orang mahasiswa.
Dalam perjalanannya, empat orang lainnya fokus pada usaha di luar produk jamur tiram. Tinggal Agung- lah yang masih konsisten dengan usaha jamurnya. Usaha ini mulanya fokus pada bidang budidaya. Belakangan melihat respon masyarakat lebih tertarik membeli produk jamur, Agung lebih banyak mengelola produk jamurnya.
Pada bulan-bulan tertentu Agung melakukan budidaya jamur sendiri tergantung kondisi cuaca. Dari usaha tersebut setiap bulannya, Agung memperoleh keuntungan sekitar Rp1,5 juta. Menurut Agung, dalam mengembangkan usaha jamurnya sangat dibutuhkan kreativitas dan inovasi. Hal tersebut dirasakan Agung. Jika tidak, konsumen cenderung bosan dan akan ketinggalan pasar. (yopi/yo)
 
pelatihan Budidaya jamur merang Sulawesi tengah

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,

Banggai - Indonesia telah lama dikenal sebagai “Gudang Jamur”. Hal ini wajar jika mengingat iklim yang ada di negeri ini adalah iklim tropis yang merupakan iklim sangat cocok bagi tumbuhnya jamur. Tingginya permintaan jamur di pasar lokal maupun internasional membuat binis jamur menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menarik untuk digeluti.
Jamur merang adalah jamur konsumsi yang paling populer di Indonesia. Meskipun disebut jamur merang , sebenarnya jamur ini bisa tumbuh pada banyak media, selain media jerami, jamur merang bisa dibudidayakan pada media selulosa lainnya, mulai dari ampas tebu, janjang sawit kosong, batang /pelepah sawit dll. Pada prinsipnya semua bahan selulosa lunak, bisa digunakan sebagai media untuk menimbuhkan jamur merang. Jamur ini telah lama dibudidayakan sebagai Langkah inilah yang dipilih untuk membantu pemula maupun peminat bisnis jamur untuk belajar seluk beluk berbisnis budidaya jamur merang.
Seiring terus bertambahnya permintaan akan jamur merang di seluruh kota besar di Indonesia serta tingginya minat masyarakat untuk menekuni budidaya jamur merang dan didorong dengan melimpahnya sumberdaya yang ada di Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah mendorong PT Pertamina EP – Matindok Gas Development Project (MGDP) untuk menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan budidaya jamur merang kerjasama dengan Yayasan Sekar Mandiri, dalam rangka membantu seluruh masyarakat agar bisa sukses berwirausaha jamur merang.
Pelatihan ini diikuti oleh Kelompok Tani “Usaha Baru” Desa Tanah Abang dan Kelompok Tani “Maju Bersama” Kelurahan Cendana, yang diikuti 25 orang peserta 25. Camat Toili, Ka. Desa dan UPT Pertanian dan wakil dari PT Pertamina EP-MGDP sempat juga menghadiri pelatihan yang dimulai sejak September dan dijadwalkan berakhir pada Desember 2014 mendatang.
Para peserta tidak hanya mendapat materi dan teori saja tetapi juga diajak untuk belajar langsung dimulai dari persiapan bagaimana cara pembuatan kumbung , Budidaya jamur merang ini juga tidak terlepas dari pupuk dan pengadaan bibit. Para petani pemula idealnya menggunakan benih siap tanam , karena bibit jamur tidak tersedia di Kabupaten Banggai dan agar petani tidak terkendala dengan pengadaan bibit dari daerah lain, maka petani harus dapat mengembangkan sendiri benih biakan murni sampai ke benih produksi agar biaya benih dapat ditekan semurah mungkin. Untuk itu petani juga diberikan pelatihan bagaimana teknik pembuatan bibit.Budidaya jamur merang ini juga tidak terlepas dari pupuk, maka petani juga diberikan pelatihan cara membuat pupuk organik.
Para peserta terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan budidaya jamur merang ini meskipun masing-masing peserta memiliki latar belakang profesi yang berbeda di masyarakat maka daerah pemasaran adalah di pasar daerah Toili dengan dengan harga berkisar Rp. 35.000- Rp.40.000,-/kg dan volume budidaya disesuaikan dengan kapasitas pasar, agar selalu dapat terserap oleh pasar. Kebutuhan pelanggan sudah sangat pasti, hingga produksi bisa disesuaikan dengan permintaan.
Selama mengikuti pelatihan budidaya jamur para peserta mengaku puas karena telah mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman baru seputar bisnis budidaya jamur merang lengkap beserta bisnis olahan jamurnya. Hal ini disampaikan oleh Kepala UPT Pertanian Kecamatan Toili, Gendon Prabowo SP, semoga Toili menjadi sentra penghasil jamur depan, dan pusat pembelajaran budidaya jamur merang.
Sebagai bisnis budidaya jamur merang memang relative menguntungkan, karena bahan bakunya berupa jerami atau merang memang sangat murah.
 
Merang padi, sampah yang banyak dicari pembudidaya jamur

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


Subang, targetabloid.co.id - Jerami padi (Anggas) adalah batang padi yang sudah diambil bulir gabahnya, jerami akan menjadi sampah yang tidak berguna karena tidak memiliki nilai ekomonis, sebagian petani akan membakar dan membuang jerami yang dinilai dianggap sampah sebelum memulai masa tanam baru. Jerami yang dianggap sampah ternyata menjadi barang yang sangat dicari oleh orang yang mengerti peluang akan sampah jerami yang dapat dijadikan media penanaman jamur merang dan kompos sebagai penyubur tanaman organik, sebagian warga juga masih menggunakan jerami merang sebagai sampo untuk mencuci rambut secara alami.
Setiap musim panen padi keberadaan jerami yang banyak dipersawahan menjadi ladang mata pencaharian bagi para pencari jerami sebagai media penanaman budidaya jamur merang yang banyak dibudidayakan di Subang dan Karawang, sentra budidaya jamur merang membutuhkan banyak jerami untuk media tumbuh spora jamur. Selama musim panen pembudidaya jamur merang akan membeli banyak jerami merang sebagai stok di musim hujan dimana jerami sulit didapatkan.
"Satu mobil jerami dihargai, Rp 450 ribu, dulu masih Rp 300 ribu permobil, namun ongkos naik setelah harga bensin naik, jerami dipesan oleh pemilik kumbung yang ada di sentra budidaya jamur di Desa Rawagempol, Cibatu dan Subang, selama musim panen permintaan jerami merang meningkat dan harus berebutan dengan pencari jerami lainnya, jerami dianggap sampah jadi pemilik sawah pun memperbolehkan jerami kering ini diangkut," Kata Sidi pencari jerami asal Langensari Subang Senin (24/11/2014).
"Satu kumbung jamur minimal membutuhkan 10 mobil jerami merang sebagai stok, semakin lama jerami ditumpuk dan membusuk akan semakin subur bibit jamurnya, dalam sehari jika cuaca tidak hujan dapat mengangkut 15 mobil jerami, dengan dua orang pengumpul dan pengikat jerami kita cari jerami yang tidak terkena mesin perontok sampai ke Karawang menggunakan mobil pick up, hasilnya lumayan setelah dipotong sewa mobil dan bensin," tutur Sidi. (Red/SMW)
 
Cerita Sukses Pembudidaya Jamur

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


kotabontang.net - Usaha budidaya jamur yang dirintis Hari Siswoyoto sejak tahun 1995 itu tidak hanya mampu menghidupi keluarganya, tetapi juga memberdayakan sedikitnya 700 petani di daerah Sukabumi, Bogor, dan Cianjur, Jawa Barat.

Padahal, ide membudidayakan jamur itu muncul secara kebetulan saat ia masih menjadi karyawan sebuah perusahaan otomotif di Jakarta pada tahun 1984. Awalnya, Hari Siswoyoto tak terpikir untuk mempunyai usaha sendiri, apalagi membudidayakan jamur.

Dia merasa cukup nyaman menjadi karyawan dengan penghasilan tetap. Inspirasi menjadi pengusaha muncul justru dari seorang pedagang rokok dan minuman. Kalau pedagang rokok saja berani punya usaha sendiri, bahkan bisa mengembangkannya dari satu tempat menjadi 10 tempat berjualan, mengapa ia tak berani?
Hari lalu berusaha mencari bidang usaha yang kira-kira bisa dia tekuni. Pilihannya jatuh pada jamur karena dia kerap melihat orang di kampungnya, daerah Sleman, DI Yogyakarta, suka mengonsumsi jamur, terutama ketika musim hujan. ”Ketika itu jamur belum banyak di pasaran. Saya langsung yakin, jamur bisa menjadi peluang yang menjanjikan,” kata Hari.

Dimulai dari keyakinan itulah, di sela-sela waktu kerjanya, Hari rajin berburu informasi hingga dia bertemu dengan seorang kepala sekolah pertanian di Sukabumi. Menimba ilmu pertanian dari ”ahlinya”, dia lalu membuat semacam kebun percontohan jamur di kawasan Cisarua, Bogor.

Percobaan budidaya jamur mulai dari pembibitan hingga panen yang dilakukan Hari relatif berhasil. Namun, keberhasilan itu saja belum bisa dijadikan ukuran untuk memulai usaha. Pasalnya, Hari belum menemukan pasar yang bisa menyerap produk jamurnya secara rutin.

”Saya sempat putus asa karena pasar masih asing dengan produk pertanian bernama jamur. Harganya ketika itu juga masih sangat murah sehingga saya rugi jika budidaya jamur ini diteruskan,” cerita Hari yang menggunakan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) jenis Oister oleim untuk memberdayakan masyarakat pedesaan di Sukabumi, Bogor, dan Cianjur.

Namun, di sisi lain, dia juga pantang berhenti dengan usaha yang sudah dirintis itu. Hari kemudian menyambangi pasar-pasar tradisional di Bogor dan Jakarta untuk membuat jaringan pemasaran jamur.
Ketika itu harga jamur relatif masih murah, sekitar Rp 2.000 per kilogram. Pasar pun mulai terbentuk, dari satu-dua pedagang, beberapa pedagang lainnya pun minta pasokan jamur darinya.
Di sisi lain, produksi jamur yang bisa dia pasok ke pasar-pasar tradisional di Bogor dan Jakarta juga semakin stabil karena banyak petani di Cisarua yang mengikuti jejak Hari. ”Para petani di Cisarua bahkan bisa ikut mengontrol harga karena permintaan pasar cukup banyak. Petani jadi punya daya tawar tinggi terhadap pedagang,” kata Hari tentang kondisi pada tahun 1997 itu.

Baru pada tahun 2000 Hari dan seorang rekannya mengembangkan budidaya jamur itu secara besar-besaran sehingga makin banyak petani yang bisa dilibatkan. Harga jamur pun sudah meningkat menjadi Rp 6.000 per kilogram.

Seperti layaknya sebuah usaha yang mengalami pasang-surut, budidaya jamur yang dikembangkan Hari juga sempat menyurut. Bedanya, usaha jamurnya menyurut karena dia dipindahtugaskan dari kantor di Jakarta ke kantor cabang di salah satu kota di Kalimantan. Namun, telanjur cinta pada jamur, Hari lalu memutuskan mengundurkan diri dari kantor tahun 2002. Dia memilih untuk fokus pada usaha jamurnya.

Sampai tahun 2005 semakin banyak petani di daerah Cikidang, Kabupaten Sukabumi, dan Puncak, Cianjur, yang terlibat dalam budidaya jamur yang dikelola Hari. Dengan bertani jamur, para petani binaannya bisa mendapatkan penghasilan dari Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per hari.

Dari pengalamannya selama ini, Hari berkesimpulan, budidaya jamur bisa diterima petani dalam waktu cepat sebab relatif mudah. ”Jamur itu parasit yang tumbuh cepat dan tidak memerlukan lahan yang luas,” katanya.
Jamur tiram, misalnya, bisa dibudidayakan dengan media tanam polybag yang disusun di rak-rak. Untuk budidaya jamur tiram sebanyak 10.000 polybag diperlukan dana sekitar Rp 20 juta.

Rinciannya, untuk bibit Rp 17 juta dan pembuatan rumah budidaya Rp 3 juta dengan ukuran 6 meter x 12 meter. Dari budidaya itu akan diperoleh hasil sekitar 60 kilogram jamur setiap hari.

Belakangan harga jamur tiram sekitar Rp 6.500 per kg dari tangan petani. Di pasar modern harga jamur tiram mencapai Rp 22.500 per kg. Jamur tiram makin diburu konsumen karena memiliki kandungan protein tinggi.

Karena berkembangnya amat cepat, jamur tiram harus dipanen setiap hari, bahkan bisa dipanen pada pagi dan sore. Pasalnya, jamur yang sudah dibudidayakan akan mati dalam waktu tiga hari sejak tumbuh. ”Satu bibit jamur tiram itu akan terus panen hingga empat bulan sehingga modal usaha rata-rata sudah akan kembali atau impas pada dua bulan pertama budidaya,” katanya.

Setelah berhasil memberdayakan petani di pegunungan di wilayah Sukabumi, Cianjur, dan Bogor, belakangan Hari giat mengajak pemilik lahan sempit di Kota Sukabumi. Ia membuat percontohan di Jalan Bhayangkara, Kota Sukabumi.

”Dalam waktu empat bulan sudah 24 pembudidaya jamur yang ikut. Mereka umumnya memiliki lahan amat sempit. Bahkan, ada yang hanya seluas 2 meter x 3 meter, tetapi mereka rutin berproduksi dan menikmati keuntungan,” katanya.

Sebagian pembudidaya bahkan melebarkan usaha untuk memberi nilai tambah pada jamur karena hanya jamur berkualitas bagus yang bisa masuk ke pasar modern. Mereka mengolah jamur berkualitas rendah menjadi keripik jamur. Setelah dikeringkan, jamur digoreng. Harga jual keripik jamur ini bisa mencapai Rp 400.000 per kg.

Selain petani, budidaya jamur juga mulai dipraktikkan kesatuan militer dan kepolisian. Hari juga mendampingi usaha budidaya jamur di Sekolah Calon Perwira atau Secapa Polri Sukabumi. Menurut rencana, konsep budidaya jamur tersebut akan dikembangkan untuk membekali anggota kepolisian keahlian yang bisa memberikan penghasilan di luar kedinasan.
 
Budidaya jamur tiram warna kuning, pink, dan coklat

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


JITUNEWS.COM - Jika biasanya jamur tiram berwarna putih, kini berkembang jamur tiram warna cokelat, abu-abu, dan kuning. Jenis jamur tiram berwarna tersebut masih belum dikenal luas masyarakat dan terbilang baru.
Salah satu pelaku usaha yang membudidaya jamur tiram jenis baru tersebut adalah Muchtar Muhammad. Ia terinspirasi membudidaya jamur pada waktu menghadiri pameran pertanian diJakarta Fair tahun 2009. Tempat budidaya jamur Muchtar berlokasi di Cileungsi, Caringin dan Ciawi Bogor, Jawa Barat.
“Budidaya jamur tiram ini sangat mudah dan merupakan jenis jamur yang paling lezat dan enak dikonsumsi,” papar Muchtar.
Menurut Muchtar potensi untuk usaha ini sangat besar sekali, karena berapapun jamur tiram yang dipanen pasti akan langsung habis diserap pasar. Apalagi selama ini pelaku usaha budidaya jamur masih sedikit dan belum mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga persaingan belum ketat dan para pelaku usaha ini tidak merasa sulit dalam menjual hasil panennya. Selain itu usaha sampingan dari jamur tiram ini seperti baglog, bibit, olahan jamur dan jasa pelatihan juga tidak bisa dianggap remeh karena dari usaha sampingan ini, pembudidaya akan mendapat pemasukan tambahan.
Sejauh ini Muchtar memasarkan produknya melalui blog. Ia juga menjabat sebagai Ketua Forum Usaha Jamur Nusantara (FORSAMURA).
Sejauh ini bibit jamur tiram berwarna baru sebanyak 35% dari total bibit jamur yang dihasilkan Muchtar. Hal ini terkait dengan respon masyarakat yang beranggapan, jika jamur yang warnanya selain putih mengandung racun. Padahal anggapan itu salah dan hal ini yang sedang disosialisasikan kepada masyarakat. Warna-warni pada jamur tiram tersebut dikarenakan perbedaan gen yang berpigmen atau tidak pada jamur tiram. Selain itu komposisi media tumbuh pada jamur tiram selain warna putih biasanya diberikan unsur tambahan seperti zat perangsang tumbuh.
 
Sukses budidaya jamur di dataran tinggi

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,




Mintarya Sonjat, pendiri usaha jamur Solagracia, tak pernah membayangkan jika dirinya bakal menjadi pengusaha jamur sukses seperti sekarang.

Semula pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, ini hanya iseng membudidayakan bibit jamur merang di sekeliling rumahnya. Tanpa dinyana, hasilnya bagus. Produk jamurnya disukai para tetangga dan lingkungan sekitar rumah.

Makin banyak yang suka, Mintarya bertekad untuk memproduksi jamur lebih banyak. Terlebih, anggota keluarganya juga menyukai masakan dari bahan baku jamur. Dengan modal sekira Rp1 juta yang didapat dari pinjaman salah seorang temannya, dia pun memulai usaha jamur.

Uang tersebut digunakan untuk membuat tempat pengolahan jamur berukuran 1x2 meter di rumahnya. “Karena saya yakin usaha jamur ini bagus, saya mantap menggunakan uang pinjaman untuk modal awal usaha,” ungkap Mintarya.

Berbekal pinjaman Rp1 juta, Mintarya dengan tekun memulai usaha. Dia memutuskan untuk serius menekuni budi daya jamur pada 2002. Fokusnya adalah budi daya jamur merang.

“Saya memilih jamur merang karena produksinya lebih gampang,” kata lelaki yang juga berprofesi sebagai pendeta ini.

Di 2007, Mintarya memutuskan mencari kredit lunak untuk pengembangan usaha.Keputusan ini diambil dua tahun sejak dirinya ditawari oleh bank untuk mengajukan kredit. Sebelumnya Mintarya cenderung takut meminjam dana dari bank.

“Saat itu saya takut meminjam uang ke bank karena dari berbagai cerita yang saya dengar, bank identik dengan proses yang berbelit dan penyitaan. Ternyata saya salah. Justru karena meminjam bank, usaha saya ternyata mampu berkembang,” tuturnya.

Berbekal akta tanah miliknya, Mintarya menjadi nasabah Bank BRI dan mengajukan pinjaman. Bank BRI memberikan bantuan modal usaha sekira Rp50 juta. Mendapat kepercayaan yang begitu besar dari pihak perbankan menjadikan Mintarya semakin termotivasi. Apalagi,sebagai nasabah pemula, mendapatkan pinjaman besar seperti itu jelas merupakan tantangan besar baginya.

“Layanan yang diberikan membuat saya memberanikan diri untuk mengajukan diri sebagai nasabah Bank BRI. Selain itu, Bank BRI hampir tiap bulan melakukan pembinaan dengan mengarahkan dan memotivasi kami,” terang Mintarya.

Peran Bank BRI dalam membina usahanya begitu besar. Setelah mendapatkan pinjaman, usahanya meningkat. Kapasitas produksi usaha jamurnya bahkan mencapai 50 kilogram (kg) untuk jamur kering maupun jamur segar per harinya.

Untuk mencapai produksi hingga 50 kg per hari,Mintarya meluaskan tempat produksi jamurnya menjadi ukuran 6x12 meter sehingga dia mampu membukukan omzet antara Rp20 juta–Rp30 juta per bulan. Kini usahanya kian maju, aset usaha jamur milik Mintarya telah tembus ke angka ratusan juta rupiah.

Menariknya, Mintarya mempelajari semuanya secara autodidak. Mintarya kerap membaca literatur soal jamur di toko-toko buku untuk mengetahui seluk beluk pembudidayaannya.

Dia pun tak segan melancong ke luar daerah untuk belajar lebih dalam tentang budi daya jamur dari petani lain agar pengetahuannya bertambah.

Usahanya untuk terus belajar dan menimba ilmu dari banyak petani jamur lain terbukti membuahkan hasil. Mintarya bahkan sukses membudidayakan jamur di wilayah Cianjur yang sebenarnya kurang cocok untuk budi daya jamur karena letaknya di daratan rendah.

“Banyak orang yang mengatakan tidak akan jadi kalau memproduksi jamur di suhu yang tidak cocok. Namun,karena saya penasaran dan mencoba, akhirnya berhasil juga. Terbukti saya bisa memproduksi hingga sekarang,” ujarnya.

Menurutnya, usaha budi daya jamur sangat menguntungkan. Selain menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi, bahan baku usaha ini mudah didapat.

Serbuk gergaji yang menjadi bahan baku produksi mudah diperoleh lantaran sebagian orang menganggap serbuk gergaji adalah limbah.

Menurut ayah dari seorang putra ini, faktor lokasi atau kendala lainnya bukan menjadi sebuah alasan untuk tidak memulai usaha budi daya jamur. Asal tahu ilmunya dan belajar tentang perkembangan teknologi pertanian mutakhir, hambatan apa pun bisa dilalui.

Terbukti, Mintarya yang mengembangkan usaha di dataran rendah tetap mampu menghasilkan produk jamur yang kualitasnya setara dengan produkproduk jamur dari dataran tinggi.

Produk jamur usaha Mintarya dengan nama Solagracia, yang berarti “karena anugerah”, telah menyebar ke banyak daerah seperti Lembang, Ciledug, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Lelaki tamatan SLTA ini mengaku senang karena usahanya berkembang. Dia semakin bersyukur, Solagracia mampu mewujudkan cita-citanya untuk turut memajukan masyarakat sekitar.

“Banyak masyarakat di sini yang ikut bekerja kepada kami. Kami harap, setelah mereka mendapatkan ilmu, nantinya bisa membuat usaha sendiri agar mereka mampu mandiri,” tutur Mintarya. Mintarya yang pernah dilibatkan dalam gelar pameran Karya PKBL BUMN di Jakarta Convention Center (JCC) beberapa waktu lalu itu tetap berharap usahanya tambah besar.

Dia optimistis, usahanya dapat terus berkembang dan dalam jangka pendek ini dia ingin meningkatkan kapasitas produksi. Mintarya tidak hanya meningkatkan kapasitas.

Dia pun terus berinovasi, baik terkait bahan baku,proses pengolahan,hasil produksi, maupun pemasaran.Semua itu adalah bagian dari upaya mewujudkan impian besarnya. “Ekspansi ke seluruh Nusantara dengan pengembangan plasma adalah impian terbesar saya,” ujarnya.

Mintarya merasa yakin pengembangan plasma di seluruh daerah Indonesia tidak terlalu susah. Sebab, sejak awal dia sudah melakukan pelatihan gratis kepada para petani jamur.

Bukan hanya untuk petani di Cianjur, dia juga memberikan pelatihan kepada para petani dari berbagai daerah lain. “Ini menjadi kebahagiaan tersendiri. Banyak orang bisa belajar dari pengalaman saya,” tuturnya.

Kerelaan Mintarya berbagi ilmu inilah yang membuatnya sukses mengembangkan jaringan plasma selama ini. Dalam skema plasma, Mintarya menyediakan bibit jamur dan menampung hasil panen.

“Jadi, petani tinggal memelihara tanamannya saja. Ke depan saya berharap bisa merangkul ribuan orang yang pernah mendapat pelatihan, khususnya yang berasal dari luar Jawa,” ujarnya.

Mintarya dengan senang hati akan memberikan bimbingan dan konsultasi bagi mereka yang mau menjadi petani plasma. Bagi para petani dari luar daerah yang hendak menimba ilmu terkait budi daya jamur di lokasi pertaniannya, Mintarya telah menyediakan fasilitas penginapan.

Dia mengatakan, sukses yang diraihnya saat ini merupakan buah kerja keras dan usaha. Mintarya memiliki kiat lain dalam berbisnis yang mungkin bisa saja dijalankan pebisnis lainnya.

“Kunci sukses berbisnis adalah ketekunan. Selain itu, jangan pelit berbagi ilmu. Dengan berbagi ilmu, kita semakin banyak memiliki kawan,” tutur Mintarya.
 
Budidaya jamur di jawa tengah

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,

KLATEN – Lepas dari status pegawai negeri sipil (PNS) dimanfaatkan Subardi, 60, mengisi masa pensiun dengan berwiraswasta. Warga Dusun Somolinggan, Desa Karangduren, Kecamatan Kebonarum, ini mengembangkan jamur tiram dengan media polibek. Bagaimana kiprahnya?

Mengembangkan jamur berkualitas ini, Subardi memanfaatkan salah satu ruangan di rumahnya. Ketika koran ini bertandang ke rumahnya kemarin (23/2), bibit jamur yang sudah dikemas tertata rapi. Di tengah-tengah polibek plastic tersebut, dia tampak sibuk mengepres polibek di sebuah mesin pres.



Beberapa orang juga terlihat sedang mencampurkan bahan baku, seperti serbuk grajen, bekatul, dan gamping yang diaduk merata. Aktivitas yang menghasilkan pundi-pundi duit itu dijalankan sejak 2010. Dia mendapat dukungan sang istri untuk menekuni usaha pembibitan berbagai jenis jamur, termasuk jamur tiram di rumahnya.

Bibit jamur tiram diperoleh dari jejaringnya di Kaliurang, Sleman. Lantas dikembangkan di Desa Karangduren hingga sekarang. ”Memang sebelumnya sudah mencoba beberapa kali terlebih dahulu hingga mendapatkan hasil yang memuaskan,” tutur pensiunan pegawai Perhutani Jogjakarta, ini sembari ngepres bahan-bahan polibek.



Proses pengembangan jamur dijalankan dengan mudah. Hal yang perlu dimiliki sebagai seorang pembudidaya jamur diharuskan memiliki ruang kosong dengan kondisi lembab. Diperlukan juga suhu udara yang dingin, sehingga bisa digunakan membudidayakan jamur tiram tersebut.

Proses awalnya dengan mengumpulkan serbuk grajen bekas pemotongan kayu yang diberi campuran bekatul dan gamping, diaduk secara merata. Seluruh bahan yang sudah menjadi satu itu lantas dimasukkan ke dalam lock atau polibek plastik. Dilanjutkan dengan dipres yang memanfaatkan tenaga listrik.

”Polibek plastik itu lalu dioven dengan menggunakan suhu 100 derajat selama kurang lebih delapan jam di sebuah ruang khusus. Saat proses oven itu menggunakan pembakaran yang berasal dari bahan bakar kayu. Setelah dioven, polibek plastik tersebut dibuka dan diberi bibit F3 jamur tiram,” papar dia.

Polibek yang sudah diberi bibit itu kemudian dimasukkan ke dalam ruang inkubasi sebulan. Ruang inkubasi ini untuk menumbuhkan atau menyeleksi tumbuh akar. Dalam sebulan, dia mampu menjual enam dan delapan ribu polibek plastik bibit jamur tiram yang disesuaikan dengan pesanan.

Setiap satu polibek jamur yang sudah tumbuh akar dihargai Rp 1.800. Terkait pemasaran, dia sudah melebarkan sayap hingga beberapa kabupaten, seperti Sleman, Bantul, dan Gunungkidul. Bagi warga yang ingin menghendaki satu polibek plastik yang berisikan jamur tiram bisa menghubungi kepala desa (kades) Karangduren setempat. Pasalnya, pengembangan usaha jamur tiram yang dilakukan Subardi tersebut sudah melibatkan warga di sekitarnya, sehingga bisa membuka lowongan pekerjaan bagi tetangganya.

Bahkan sejumlah dinas di lingkungan Pemkab Klaten dan kelompok petani serta tim penilai PKK Kabupaten Klaten sempat melakukan peninjauan terkait cara membudidayakan jamur tiram. Di sisi lain, Subardi dinilai berhasil memberdayakan masyarakat sekitar dengan melibatkan pengembangan usaha jamur tiram. (ren/un)
radarsolo.co.id
 
Back
Top