Pelatihan Budidaya & Pembibitan Jamur Tiram IPB

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


TIPS MEMELIHARA BAGLOG JAMUR
Memelihara baglog agar tetap produktif dan berkualitas selintas tampak remeh. Namun, sekali pekebun salah mengambil keputusan akibatnya fatal. Tahap layering atau penempatan baglog contohnya. Tanpa rencana dan persiapan, baglog yang dipindah setelah inkubasi malah terkontaminasi. Dampaknya pekebun terpaksa menelan kerugian sampai 80% dari total baglog.
Kasus kegagalan lantaran sembrono pernah dialami oleh pekebun jamur di Lembang. Saat inokulasi selesai, baglog akan dipindah untuk inkubasi, terkontaminasi. Bahkan tampak beberapa plastik bocor. Akibatnya pekebun itu terpaksa membuang baglog tersebut agar tak mencemari llingkungan dan baglog tersisa. Sekitar 5-6 truk dengan kapasitas 10.000 baglog mengangkut pergi jamur terkontaminasi.
Tak hanya layering, sejumlah tahapan lain inkubasi, growing dan cropping period harus dilakukan dengan seksama dan disiplin. Tujuannya agar baglog dapat berproduksi maksimal.
Penempatan Log
Tahap awal untuk memelihara baglog ialah penempatan atau layering. Penempatan bisa digolongkan sesuai proses penamaan. Misal, direncakan penempatan setelah inokulasi. Di sini sudah disiapkan ruang khusus inkubasi untuk baglog. Selanjutnya ia dipindah ke rumah tanam. Dapat juga dilakukan penyimpanan baglog (setelah inokulasi) di tempat sementara sebelum di inkubasi. Pekerjaan seperti itu harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Penempatan baglog yang telah diberi bibit (inokulasi) dalam wadah harus diperhatikan benar. Wadah yang biasa digunakan yakni keranjang plastik berukuran besar, kotak kayu, atau kotak berjeruji dari plat atau besi. Usahakan agar sisi-sisi wadah tak merobek baglog. Setiap sobekan akan memicu kontaminasi pada baglog.
Wadah berisi baglog lalu disimpan di tempat teduh atau beratap agar tak terkena matahari langsung. Sinar yang kuat akan mematikan dan menghambat penyebaran bibit. Wadah juga sebaiknya jangan di isi terlalu penuh. Kondisi itu akan menyebabkan baglog tak aman karena mudah sobek. Kebersihan dalam wadah pun harus ikut dijaga.
Inkubasi
Langkah kedua setelah penempatan ialah inkubasi. Pada tahap ini pekebun menunggu pertumbuhan miselium sampai memenuhi seluruh permukaan, samping, dan bagian bawah. Orang sering menyebutnya sebagai spawn running. Artinya, baglog berisi serbuk kayu yang semula cokelat berubah menjadi keputihan.
Perubahan itu terjadi karena media ditumbuhi semacam benang putih atau kapas yang terus menyebar. Saat inkubasi, beberapa pekebun ada yang menempatkan baglog di ruang khusus. Sejumlah referensi sependapat dengan cara tersebut. Bahkan lebih baik lagi bila ruangan itu ber AC, seperti di setting 5 0C, dengan tujuan bisa mengontrol dan memastikan kondisi lingkungan.
Untuk pekebun tradisional, cara seperti itu terntu sulit dilakukan. Biaya yang tinggi jadi faktor penghambat. Jalan keluarnya bisa meniru cara yang biasa dilakukan oleh pekebun Taiwan. Metode Taiwan memang tidak menggunakan ruang khusus ber AC. Sebagai gantinya lilngkungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur mencapai 21 0C-27 0C, kebutuhan cahaya 500-1.000 lux, dan kelembaban relative 95%-100%.
Manipulasi suhu dibantu dengan membuat bangunan permanen atau semi permanen. Pengaruh temperatur dan angin diatasi dengan dinding bangunan. Agar hemat, dinding dibuat dari batako, plywood, bilik bambu, atau terpal plastik berwarna gelap. Sirkulasi udara dibuat dengan bantuan kipas angina tau exhaust fan. Untuk menambah kadar O2 dan membuang CO2 yang berlebih, ditambahkan ventilasi.
Ciri inkubasi yang baik ialah miselia tumbuh menutupi baglog selama 70 hari, dengan pertumbuhan 2 inchi setiap minggu. Miselia tumbuh tipis, permukaan rata, dan menebal. Bila pertumbuhan lambat atau mengalami stagnasi berarti ada faktor llingkungan tidak sesuai.
Masa Pertumbuhan
Growing period yaitu menjaga baglog agar tubuh buah tumbuh maksimal. Saat pemindahan baglog dari ruang inkubasi ke ruang tanam – dilakukan jika kedua ruang itu dipisah – biasanya terjadi “kejutan”. Akibatnya pertumbuhan jamur seperti dipercepat. Karena alas an tersebut, beberapa hal selama masa pertumbuhan harus diperhatikan. Diantaranya faktor lingkungan dan kondisi oksidasi.
Untuk lingkungan, cahaya yang dibutuhkan sekitar 500 – 2000 lux, kelembapan 60% - 80%. Bila cahaya dirasa kurang, bisa dibantu dengan lampu TL. Kadar oksigen dan aerasi udara diatur lewat ventilasi serta exhaust fan. Diperlukan pula selang dan sprayer untuk penyiraman.
Tahap selanjutnya adalah cropping period yaitu suatu tahapan penanaman. Cropping period yang baik dan benar menghasilkan jamur yang berkualitas. Setelah inkubasi, biasanya baglog mengalami oksidasi, yakni perubahan warna baglog dari putih ke coklat (browning). Masa oksidasi setiap strain jamur berbeda-beda. Mulai 70 hari, 90 hari, sampai lebih dari 140 hari. Saat itu biasanya terlihat benjolan pada tudung jamur atau budding (fase kancing). Kalau sudah demikian tutup kanvas serta ring dibuka agar jamur tumbuh baik. Plastik bisa dibuka dan diberi penyiraman berkabut. Plastik dibuka secara bertahap dan tidak seluruhnya.
Masa Panen
Saat panen, jamur harus dijaga agar mutu hasil tinggi dan baglog tetap sehat. Selain itu, 45 hari setelah budding jamur akan berkembang membentuk batang dan tudung jamur. Lama panen berkisar 10, 12, 15, sampai 20 hari. Hal ini tergantung pada kualitas jamur dan kondisi baglog. Ketika panen, jangan ada sisa batang jamur di baglog, lantaran bisa menimbulkan kontaminasi.
Tempatkan jamur yang telah dipanen di atas wadah. Jangan sekali-sekali melempar ke dalam keranjang karena mudah cacat. Isi keranjang pun tak boleh terlalu penuh dan menumpuk. Hindari sinar dan terpaan hujan secara langsung. Intinya, lakukan panen secara hati-hati.
Setelah panen selesai, baglog perlu istirahat. Tahapan ini disebut masa istirahat (resting). Masa ini penting supaya baglog sempat “mengumpulkan” energi dan nutrisi. Perlu diketahui, baglog shiitake bisa ditumbuhkan 4-5 kali. Bahkan ada yang sampai 7 kali periode dengan lama panen tiap periode 12 hari, 15 hari, sampai 20 hari.
Untuk mencapai itu dibutuhkan cara dan teknik khusus membuat baglog beristirahat. Pada masa ini, plastik baglog yang tidak rapih atau terlalu panjang bisa dipotong dan dibersihkan. Potongan plastik bisa ditambah hingga lebih turun untuk member kesempatan jamur tumbuh di sisi samping.
Permukaan atas baglog dan bekas tempat tumbuh jamur harus bersih, sehingga tidak menghalangi pertumbuhan selanjutnya. Berikan penyiraman agar baglog tidak kering. Baglog yang kering akan menimbulkan suara nyaring bila ditepuk. Juga terasa keras ketika dipijit dengan jari. Jika hal ini terjadi maka jangan harap hasil selanjutnya akan maksimal. Untuk merangsang agar baglog tetap tumbuh dilakukan perendaman dan penyiraman.
Membuang Baglog
Tahapan terakhir adalah discarded log. Ada dua cara pembuangan dalam pengertian sortasi selama masa periode tanam. Yang lain pembuangan log terakhir ketika siklus tanam telah berakhir.
Ada beberapa cara untuk melakukan pembuangan baglog berdasarkan sifatnya. Pembuangan sortasi dimkasudkan untuk membuang baglog yang terkontaminasi saat fase pertumbuhan. Pembuangan ini untuk mengindari penularan akibat kontaminasi. Bila kondisi baglog sudah buruk, harus dibuang ke luar rumah tanam.
Pembuangan akhir dilakukan saat sikllus tanam sudah selesai. Jangan menunda dan menyimpan terlalu lama baglog. Bau busuk yang disebabkannya bisa mengundang lalat jamur. Belum lagi serangga pengganggu lain. Selanjutnya lakukan sanitasi lingkungan dengan baik.
Sinopsis Trubus 375, Februari 2001
 
Re: pelatihan Budidaya jamur merang Sulawesi tengah

www.jatayutm.com, pusat pelatihan/training dan kursus budidaya jamur tiram daerah bogor, tangerang dan jakarta. Juga menyediakan pembuatan berbagai bibit jamur konsumsi seperti merang, kuping, kancing, shiitake,


TIPS MEMELIHARA BAGLOG JAMUR
Memelihara baglog agar tetap produktif dan berkualitas selintas tampak remeh. Namun, sekali pekebun salah mengambil keputusan akibatnya fatal. Tahap layering atau penempatan baglog contohnya. Tanpa rencana dan persiapan, baglog yang dipindah setelah inkubasi malah terkontaminasi. Dampaknya pekebun terpaksa menelan kerugian sampai 80% dari total baglog.
Kasus kegagalan lantaran sembrono pernah dialami oleh pekebun jamur di Lembang. Saat inokulasi selesai, baglog akan dipindah untuk inkubasi, terkontaminasi. Bahkan tampak beberapa plastik bocor. Akibatnya pekebun itu terpaksa membuang baglog tersebut agar tak mencemari llingkungan dan baglog tersisa. Sekitar 5-6 truk dengan kapasitas 10.000 baglog mengangkut pergi jamur terkontaminasi.
Tak hanya layering, sejumlah tahapan lain inkubasi, growing dan cropping period harus dilakukan dengan seksama dan disiplin. Tujuannya agar baglog dapat berproduksi maksimal.
Penempatan Log
Tahap awal untuk memelihara baglog ialah penempatan atau layering. Penempatan bisa digolongkan sesuai proses penamaan. Misal, direncakan penempatan setelah inokulasi. Di sini sudah disiapkan ruang khusus inkubasi untuk baglog. Selanjutnya ia dipindah ke rumah tanam. Dapat juga dilakukan penyimpanan baglog (setelah inokulasi) di tempat sementara sebelum di inkubasi. Pekerjaan seperti itu harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Penempatan baglog yang telah diberi bibit (inokulasi) dalam wadah harus diperhatikan benar. Wadah yang biasa digunakan yakni keranjang plastik berukuran besar, kotak kayu, atau kotak berjeruji dari plat atau besi. Usahakan agar sisi-sisi wadah tak merobek baglog. Setiap sobekan akan memicu kontaminasi pada baglog.
Wadah berisi baglog lalu disimpan di tempat teduh atau beratap agar tak terkena matahari langsung. Sinar yang kuat akan mematikan dan menghambat penyebaran bibit. Wadah juga sebaiknya jangan di isi terlalu penuh. Kondisi itu akan menyebabkan baglog tak aman karena mudah sobek. Kebersihan dalam wadah pun harus ikut dijaga.
Inkubasi
Langkah kedua setelah penempatan ialah inkubasi. Pada tahap ini pekebun menunggu pertumbuhan miselium sampai memenuhi seluruh permukaan, samping, dan bagian bawah. Orang sering menyebutnya sebagai spawn running. Artinya, baglog berisi serbuk kayu yang semula cokelat berubah menjadi keputihan.
Perubahan itu terjadi karena media ditumbuhi semacam benang putih atau kapas yang terus menyebar. Saat inkubasi, beberapa pekebun ada yang menempatkan baglog di ruang khusus. Sejumlah referensi sependapat dengan cara tersebut. Bahkan lebih baik lagi bila ruangan itu ber AC, seperti di setting 5 0C, dengan tujuan bisa mengontrol dan memastikan kondisi lingkungan.
Untuk pekebun tradisional, cara seperti itu terntu sulit dilakukan. Biaya yang tinggi jadi faktor penghambat. Jalan keluarnya bisa meniru cara yang biasa dilakukan oleh pekebun Taiwan. Metode Taiwan memang tidak menggunakan ruang khusus ber AC. Sebagai gantinya lilngkungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur mencapai 21 0C-27 0C, kebutuhan cahaya 500-1.000 lux, dan kelembaban relative 95%-100%.
Manipulasi suhu dibantu dengan membuat bangunan permanen atau semi permanen. Pengaruh temperatur dan angin diatasi dengan dinding bangunan. Agar hemat, dinding dibuat dari batako, plywood, bilik bambu, atau terpal plastik berwarna gelap. Sirkulasi udara dibuat dengan bantuan kipas angina tau exhaust fan. Untuk menambah kadar O2 dan membuang CO2 yang berlebih, ditambahkan ventilasi.
Ciri inkubasi yang baik ialah miselia tumbuh menutupi baglog selama 70 hari, dengan pertumbuhan 2 inchi setiap minggu. Miselia tumbuh tipis, permukaan rata, dan menebal. Bila pertumbuhan lambat atau mengalami stagnasi berarti ada faktor llingkungan tidak sesuai.
Masa Pertumbuhan
Growing period yaitu menjaga baglog agar tubuh buah tumbuh maksimal. Saat pemindahan baglog dari ruang inkubasi ke ruang tanam – dilakukan jika kedua ruang itu dipisah – biasanya terjadi “kejutan”. Akibatnya pertumbuhan jamur seperti dipercepat. Karena alas an tersebut, beberapa hal selama masa pertumbuhan harus diperhatikan. Diantaranya faktor lingkungan dan kondisi oksidasi.
Untuk lingkungan, cahaya yang dibutuhkan sekitar 500 – 2000 lux, kelembapan 60% - 80%. Bila cahaya dirasa kurang, bisa dibantu dengan lampu TL. Kadar oksigen dan aerasi udara diatur lewat ventilasi serta exhaust fan. Diperlukan pula selang dan sprayer untuk penyiraman.
Tahap selanjutnya adalah cropping period yaitu suatu tahapan penanaman. Cropping period yang baik dan benar menghasilkan jamur yang berkualitas. Setelah inkubasi, biasanya baglog mengalami oksidasi, yakni perubahan warna baglog dari putih ke coklat (browning). Masa oksidasi setiap strain jamur berbeda-beda. Mulai 70 hari, 90 hari, sampai lebih dari 140 hari. Saat itu biasanya terlihat benjolan pada tudung jamur atau budding (fase kancing). Kalau sudah demikian tutup kanvas serta ring dibuka agar jamur tumbuh baik. Plastik bisa dibuka dan diberi penyiraman berkabut. Plastik dibuka secara bertahap dan tidak seluruhnya.
Masa Panen
Saat panen, jamur harus dijaga agar mutu hasil tinggi dan baglog tetap sehat. Selain itu, 45 hari setelah budding jamur akan berkembang membentuk batang dan tudung jamur. Lama panen berkisar 10, 12, 15, sampai 20 hari. Hal ini tergantung pada kualitas jamur dan kondisi baglog. Ketika panen, jangan ada sisa batang jamur di baglog, lantaran bisa menimbulkan kontaminasi.
Tempatkan jamur yang telah dipanen di atas wadah. Jangan sekali-sekali melempar ke dalam keranjang karena mudah cacat. Isi keranjang pun tak boleh terlalu penuh dan menumpuk. Hindari sinar dan terpaan hujan secara langsung. Intinya, lakukan panen secara hati-hati.
Setelah panen selesai, baglog perlu istirahat. Tahapan ini disebut masa istirahat (resting). Masa ini penting supaya baglog sempat “mengumpulkan” energi dan nutrisi. Perlu diketahui, baglog shiitake bisa ditumbuhkan 4-5 kali. Bahkan ada yang sampai 7 kali periode dengan lama panen tiap periode 12 hari, 15 hari, sampai 20 hari.
Untuk mencapai itu dibutuhkan cara dan teknik khusus membuat baglog beristirahat. Pada masa ini, plastik baglog yang tidak rapih atau terlalu panjang bisa dipotong dan dibersihkan. Potongan plastik bisa ditambah hingga lebih turun untuk member kesempatan jamur tumbuh di sisi samping.
Permukaan atas baglog dan bekas tempat tumbuh jamur harus bersih, sehingga tidak menghalangi pertumbuhan selanjutnya. Berikan penyiraman agar baglog tidak kering. Baglog yang kering akan menimbulkan suara nyaring bila ditepuk. Juga terasa keras ketika dipijit dengan jari. Jika hal ini terjadi maka jangan harap hasil selanjutnya akan maksimal. Untuk merangsang agar baglog tetap tumbuh dilakukan perendaman dan penyiraman.
Membuang Baglog
Tahapan terakhir adalah discarded log. Ada dua cara pembuangan dalam pengertian sortasi selama masa periode tanam. Yang lain pembuangan log terakhir ketika siklus tanam telah berakhir.
Ada beberapa cara untuk melakukan pembuangan baglog berdasarkan sifatnya. Pembuangan sortasi dimkasudkan untuk membuang baglog yang terkontaminasi saat fase pertumbuhan. Pembuangan ini untuk mengindari penularan akibat kontaminasi. Bila kondisi baglog sudah buruk, harus dibuang ke luar rumah tanam.
Pembuangan akhir dilakukan saat sikllus tanam sudah selesai. Jangan menunda dan menyimpan terlalu lama baglog. Bau busuk yang disebabkannya bisa mengundang lalat jamur. Belum lagi serangga pengganggu lain. Selanjutnya lakukan sanitasi lingkungan dengan baik.
Sinopsis Trubus 375, Februari 2001
 
Back
Top