GARUDA Meledak

lelaki

New member
dari Yogyakarta diberitakan, bahwasannya pesawat GARUDA INDONESIA jurusan Jakarta - Yogyakarta sekitar jam 07:00 gagal mendarat dan meledak

tuk berita selengkapnyaaaa ntar g carikan yaaa
 
situasi pukul 07:52

pada pukul 07:52 situasi di run way bandara Adi Sucipto, dipenuhi petugas pemadam kebakaran dan beberapa ambulance tampak standby
 
bagi yg ingin mengecek keluarga penumpang pesawat garuda yg mengalami kecelakaan pagi ini di yogya bisa menghubungi no telp : 021-2312193 atau 2311801 ext 7205...... (tolong disebarluaskan .. karena banyak yg membutuhkan)
 
Mudah2an tidak ada keluarga kita yang ikut serta dalam Pesawat tersebut khususnya keluarga Indonesiaindonesia disini thanks.
 
korban tewas 22 orang, 2 orang dah dikenali, 20 orang belum bisa dikenali karena udah terbakar dan 91 orang selamat/cedera dan masih di rumah sakit.
sementara yang 28 orang masih hilang belum ketemu.
 
Pesawat Garuda terbakar di Yogya

Iya , Fren saya turut prihatin atas terbakarnya pesawat Garuda . Mudah - mudahan keluarga korban yang meninggal diberikan ketabahan oleh Allah . Saya lampirkan foto Attachmentnya :
 
Menurut q nasib MENHUB -Hatta-kalau melihat menhub2 sebelumnya apalagi pas jaman jenk Mega jadi RI1 yg mana saat itu juga rame kecelakaan KA malah sebulan kadang sekali menhub nya tenang2 aja malah sekarang jadi CAGUB DKI

tp gak tau lagi, sekarang kan yang jadi RI1 seorang TENTARA yang biasa tegas
 
berita terkait
[FONT=Times New Roman, Times, serif]Diduga Pilot Error, Garuda Terbakar
[/FONT]

Mendarat di Jogja, 20 Penumpang Tewas Terpanggang
JOGJA - Musibah terbakarnya pesawat Garuda Boeing 737-400 yang terjadi di Bandara Adisucipto, Jogjakarta, kemarin pagi, dan menewaskan 21 orang, diduga karena pilot error. Hingga tadi malam, dugaan tersebut masih terus dipertajam oleh petugas berwenang. Kecelakaan yang menimpa pesawat jurusan Jakarta-Jogja dengan nomor penerbangan GA 200 itu seakan melengkapi musibah transportasi di negeri ini yang terjadi secara beruntun.

Nahas yang dialami Garuda kemarin terjadi sekitar pukul 06.55, ketika landing di Bandara Adisucipto. Dari informasi yang diperoleh Jawa Pos, pesawat yang dipiloti Kapten M. Marwoto Komar itu terlihat oleng ketika masih di udara. Begitu menyentuh landasan, ban depan pesawat pecah dan keluarlah percikan api. Menurut kesaksian beberapa penumpang, pesawat sempat "memantul" tiga kali hingga akhirnya nyelonong ke area persawahan Dusun Bakungan, sekitar 300 meter dari ujung landasan.

Sejumlah saksi mata menceritakan, pesawat terhentak ketika roda menyentuh landasan dari arah barat. Setelah itu, ketika pesawat mencapai 1/3 landasan, tiba-tiba terlihat api keluar dari bagian roda pesawat. Bahkan setelah pesawat mencapai sekitar 2/3 landasan, api membesar. "Saat api semakin membesar, saya mendengar beberapa kali ledakan," kata salah seorang saksi mata.

Begitu pesawat mulai terbakar, para penumpang langsung berhamburan ke luar dari pintu darurat mencoba menyelamatkan diri. Asap hitam mengepul ke udara. Para penduduk sekitar dan petugas Lanud Adisucipto langsung datang ke lokasi memberikan bantuan. Para penumpang terluka kemudian dibawa ke lobi bandara. Mereka yang mengalami luka parah dibawa ke RS TNI Angkatan Udara yang berlokasi tak jauh dari bandara.

Selain itu, para penumpang pesawat dibawa ke beberapa rumah sakit terdekat seperti di RS Bethesda, Panti Rini, Panti Rapih, PKU Muhammadiyah, dan RSUP Sardjito. Mobil pemadam kebakaran dan ambulans langsung datang ke lokasi kejadian. Namun, karena lokasi terbakarnya pesawat berada di area persawahan, para petugas pemadam kebakaran sempat mengalami kesulitan untuk memadamkan api. Si jago merah baru bisa dipadamkan sekitar tiga jam kemudian. Setelah api padam, dilakukan evakuasi penumpang yang terbakar. Ratusan petugas yang terdiri atas pasukan khas (Paskhas) TNI-AU, Pom TNI- AU, Polda DIJ, petugas kesehatan, dan Palang Merah Indonesia (PMI) bersama-sama melakukan evakuasi.

Kondisi pesawat sangat mengenaskan. Badan pesawat terbelah memanjang dari bagian kabin pilot hingga ke ekor pesawat. Salah satu sayapnya pecah dan terbelah dengan posisi turbo pesawat terlepas. Kedua mesin pesawat lepas dan terlempar sekitar 25 meter dari badan pesawat. Dari badan pesawat tersebut, tampak yang tersisa hanya bagian ekor.

Sejumlah penumpang dalam pesawat itu adalah warga negara asing asal Australia, Brunei, dan Jepang. Ada sembilan warga Australia yang ikut dalam rombongan Kedutaan Besar Australia. Mereka adalah staf Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer dan empat wartawan Australia. Kedatangan rombongan Menlu Australia ke Jogja itu untuk bertemu dengan Gubernur DIJ Hamengku Buwono X dan menghadiri dialog bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di kampus terpadu UMY. Din Syamsuddin menjadi salah satu korban selamat dari kecelakaan tersebut. Namun, kabar tentang kecelakaan itu menyebabkan ibu mertua Din meninggal dunia akibat serangan jantung di Jakarta.

Tiga pejabat keuangan dari Brunei juga berada dalam pesawat nahas tersebut. Menurut Bidang Kerja Sama Bandara Adisucipto Sudaryono, penumpang asal Brunei itu masing-masing bernama Awangku Hasyahradi, Pengeran DR H Ismail, dan Awangku Sigar. Namun, belum keadaan mereka belum diketahui.

Sejumlah orang penting juga ikut menjadi korban dalam musibah itu. Di antaranya, mantan Rektor UGM Prof Dr Koesnadi Hadjosoemantri, dosen Fakultas Ekonomi UGM Suwarjono, dan Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Prof Dr Masykur Wiratmo yang juga dosen UGM. Nasib Koesnadi dan Masykur juga belum diketahui hingga tadi malam. Apakah termasuk korban tewas atau selamat. Dosen ilmu pemerintahan UGM Dr Ketut Putera Erawan yang ikut menjadi korban pesawat tersebut selamat dan dirawat di rumah sakit.

Danlanud Marsekal Pertama (Marsma) TNI Benyamen Dandel ketika dikonfirmasi wartawan menyatakan bahwa korban tewas tercatat 21 orang. Di antara jumlah itu, 20 mayat berhasil dievakuasi dari badan pesawat yang terbakar. Semua tubuh mereka hangus.

Jenazah yang telah sulit dikenali tersebut lantas dibawa ke Lab Forensik RSUP Dr Sardjito untuk diidentifikasi. Namun, kondisi mayat yang hangus menyulitkan identifikasi. Di antara 20 jenazah yang hangus itu, hingga tadi malam, baru tiga jenazah yang teridentifikasi. Mereka adalah Oemaryati, Zaenah, dan Olga. Satu korban lagi bernama Suwarni tewas karena serangan jantung.

Penyebab kecelakaan hingga tadi malam belum bisa dipastikan. Danlanud menegaskan, komunikasi air traffic control (ATC) pesawat tidak mengalami trouble apa pun. Kondisi cuaca dinyatakan clear dan angin dalam keadaan calm. "Pesawat tiga kali gagal landing, over shoot, lalu mengeluarkan percikan api dan terbakar, kemudian beberapa kali meledak," jelasnya.

Mengenai 24 penumpang yang belum teridentifikasi, Benyamin menyatakan ada beberapa kemungkinan. "Mungkin mereka selamat, tapi belum melapor atau mungkin masih berada di pesawat dan menjadi korban. Untuk yang selamat dan sudah pulang, kami berharap melapor ke pihak Garuda untuk memudahkan identifikasi petugas," ujarnya.

Lantas, apa penyebab kecelakaan itu? Ada beberapa versi, yang semuanya cenderung pada dugaan pilot error. Salah satunya diungkapkan Robert Heath, profesor yang juga pakar penerbangan dari University of South Australia.

Mengutip situs online The Morning Sydney Herald, Heath mengatakan, pesawat Garuda yang terbakar di Bandara Adisucipto, Jogja, kemarin pagi mengalami benturan keras ketika mendarat.

"Apa yang saya lihat sejauh ini adalah pesawat mengalami benturan ketika mendarat. Mungkin hal itu disebabkan kecepatan pesawat yang terlalu tinggi (overshoot)," jelasnya.

Heath juga mengatakan, kecelakaan yang terjadi kemarin sangat mungkin tidak disebabkan faktor cuaca. Sebab, saat peristiwa terjadi, cuaca cerah.

Versi lain tentang penyebab kecelakaan diungkapkan Sri Subekti, pengamat penerbangan yang juga mantan pilot senior Garuda. Menurut dia, musibah itu diduga kesalahan pilot (human factor). Menurut dia, jika karena sesuatu pun sehingga kondisi landasan kurang memungkinkan untuk pendaratan, pilot sebenarnya berhak melakukan go around (naik kembali).

Teknik go around itu harus dilakukan untuk menyelamatkan penumpang. Hal itu bisa dilakukan ketika pesawat mendekati (approach) landasan atau ketika sudah menyentuh tanah (landing). "Kalau sampai pesawat bounching (mental-mental), mungkin kecepatan turunnya melebihi batas normal 115-125 mil per menit," jelasnya. "Dalam kasus ini, diduga memang faktor pilotnya," lanjutnya.

Sumber Jawa Pos yang juga pilot senior di sebuah maskapai penerbangan milik swasta sependapat dengan dugaan pilot error. "Saya setuju kalau kecelakaan itu terjadi karena overshoot, yakni pesawat landing melampaui batas. Kecepatan pesawat saat landing terlalu tinggi," katanya. Akibatnya, pesawat seperti memantul-mantul. Ini bisa jadi membuat roda pecah. "Saat roda pesawat pecah, tinggal besinya. Inilah yang sangat mungkin menyulut percikan api, dan percikan api inilah yang memicu terjadinya kebakaran dan ledakan," katanya. "Ini baru perkiraan. Kita tunggu saja hasil penyelidikan KNKT," lanjutnya.

Setiap melakukan pendaratan, kata dia, pilot harus membentuk sudut tertentu dengan runway (landasan pacu) yang disebut glidepath. Dengan demikian, pesawat tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu rendah dari runway. "Di pesawat juga ada instrumen untuk mengontrol kecepatan pesawat saat mendarat," katanya. Karena itu, dalam kasus Garuda kemarin, diduga kesalahan terletak pada pilot. "Bisa karena pilotnya, bisa juga instrumen pengontrol kecepatan saat landing tidak akurat," katanya. "Tapi? sebaiknya kita tunggu saja hasil penyelidikan dari KNKT,"

Di tempat terpisah, juru bicara Garuda Indonesia Pujobroto mengatakan, pesawat yang mengalami kecelakaan kemarin telah menjalani standar cek kelaikan pesawat udara. Pesawat Boeing 737-400 nomer penerbangan PK-GZC itu berusia 15 tahun.

"Pesawat telah menjalani perawatan berkala dan harian secara rutin dan periodik,"ujar Juru Bicara Garuda Indonesia, Pujobroto di kantor pusat Garuda Jl Merdeka Barat kemarin. Menurut dia, pesawat Boeing 737-400 itu selalu menjalani line maintenance, yakni pengecekan sebelum dan sesudah penerbangan di Garuda Maintenance Facility (GMF). Pengecekan rutin itu dilakukan dari sisi teknik serta operasional.

Pujo menjelaskan bahwa pesawat tersebut disewa Garuda dari General Electric Cash (GE Cash) sejak 10 Oktober 2002. Pesawat yang telah terdaftar dengan nomor register PK-GZC itu telah menjalani beberapa rangkaian cek seperti A-Cek yaitu pengecekan setiap 350-400 jam penerbangan dan C Cek yang dilakukan setiap 4.500 jam penerbangan. A-Cek terakhir dilakukan pada 7 Februari 2007 di Denpasar saat pesawat telah menempuh 34.960 jam penerbangan dan telah melakukan 37.192 cycle (frekuensi landing)."A-Cek berikutnya rencananya akan dilakukan setelah pesawat menempuh 35.260 jam terbang,"ungkapnya.

Sementara C-Cek terakhir dilaksanakan pada 2-13 Februari 2006 di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Pada waktu pemeriksaaan C-Cek tersebut, pesawat tercatat telah menempuh 31.942 jam penerbangan dan melakukan 34.933 cycle (frekuensi landing). Pujo menambahkan bahwa pesawat itu diterbangkan oleh Kapten Marwoto Komar. Pilot itu, lanjutnya, telah bekerja di Garuda Indonesia sejak tahun 1985. Awak pesawat yang lain adalah Gagam Saman Rohmana (first officer/co-pilot), Wiranto Wooryono (purser), Irawati (senior awak kabin), Maryati (senior awak kabin), Imam Arif Iskandar (senior awak kabin), dan Ratna Budiyanti (junior awak kabin).

Jika memang kondisi pesawat dianggap layak, apakah penyebab kecelakaan itu karena pilot error? Pujobroto menolak menjawab. Alasannya, itu menjadi kewenangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai investigator. Namun Pujo menyatakan bahwa pesawat jurusan Jakarta-Jogjakarta yang take off pukul 06.00 WIB itu mengalami accident saat landing pukul 06.55 WIB. Pesawat itu keluar landasan hingga 300 meter dari Runway 9 sebelah timur Bandara Adisucipto Yogyakarta."Pesawat berhenti dalam kondisi terbakar, tapi saat ini api telah padam,"jelasnya.

Landasan Bandara Layak

Pihak PT Angkasa Pura menampik tudingan bahwa penyebab kecelakaan itu adalah landasan pacu Bandara Adisucipto tidak layak.

Mantan Humas PT Angkasa Pura yang kini menjabat Manajer Keuangan dan Administrasi PT Angkasa Pura I Ary Subagyo menegaskan, landasan sepanjang 2.250 meter dengan lebar 45 meter itu sudah memenuhi standar landing pesawat jenis Boeing 737.
 
apa mungkin penyebab terbakarnya GARUDA berawal dari ngantuk nya sang Pilot setelah semalam begadang meliat LIVERPOOL - BARCELONA [<:)

mengingat musibah terbakarnya KM Levina, dari salah satu surat kabar, katanya sang nahkoda mengantuk selepas menyaksikan laga BARCELONA - LIVERPOOL

ee kok kemarin pagi setelah
LIVERPOOL - BARCELONA ada lagi musibah terbakarnya sarana Transportasi yang katanya paling bonafidee di negeri ini :)
 
Back
Top