DeepBlue Kingdom ~ By: Shirotabi ~

tiaseptiani

New member
Tia mau coba Post cerita buatan Tia yang Newbie ini di ii, semoga berkenan untuk dibaca dan mohon maaf bila ada banyak kesalahan penulisan di beberapa kata yang ada, soalnya kadang kelewat saat di koreksi





~DeepBlue Kingdom~
By : Shirotabi



Ku harus berlari, lari dan lari... tidak boleh mati sekarang. aku harus melindungi keluargaku ini, demi mereka dan diriku sendiri, aku harus bertahan.

api berkobar di setiap sudut dan kami terperangkap di reruntuhan rumah yang terbakar. aku sangat mencemaskan keluargaku yang aku bawa bersamaku, mereka harus kuselamatkan, ya minimal mereka harus selamat.

orang-orang itu...mereka benar-benar kejam, bisanya mereka menyerang tanpa pandang bulu orang tak bersalahpun dikorbankan.

"Sial..." hanya itu yang bisa ku ucapkan pada diriku sendiri saat aku tersudut dengan badan penuh luka sperti ini. aku berharap ada keajaiban... tiba-tiba berdiri didepanku seorang pria yang sangat menyeramkan, menyeringai memperlihatkan taringnya "oh tidak, habislah kita" aku panik, keluargaku sudah tidak dapat berlari jauh lagi dengan keadaan yang seperti ini. saat pikiranku kalut, mataku melihat ada sebuah karung yang sudah rusak berisikan pasir. kugenggam pasir itu lalu kulempar kearah mata pria itu.. saat dia kesakitan akupun menyuruh semuanya lari "cepat lari....!!!"
 
Chapter 1 : Pertemuan



Hari ini keadaan makin gawat, dimana-mana semua kacau! Aku mengkhawatirkan keluarga dan teman-temanku yang terancam bahaya bila dibiarkan berada di tengah-tengah kekacauan ini.

Pikiranku sangat kacau "bagaimana ini?"

Tiba-tiba di depanku dan keluargaku muncul sosok pria yang membawa senjata seperti meriam di tangannya, sambil menatap kami yang telah lelah berlari dia tersenyum sinis.

"matilah kalian HAHAHAHAHA....."

Sebelum pria itu menembakan senjatanya tiba-tiba dari arah atas kami terpancar cahaya yang sangat menyilaukan. Pandanganku benar-benar terhalang oleh cahaya itu lalu aku mendengar suara lembut yang berasal dari cahaya tersebut "kalian akan baik-baik saja...." Dalam keadaan setengah sadar aku sempat melihat sesosok wanita cantik yang tidak asing bagiku di dalam cahaya tersebut, sebelum sempat ku memikirkannya akupun tidak sadarkan diri.

****

Saat ku membuka mata... kepalaku terasa sangat pusing, pergelangan tangan ku serasa nyeri karena luka yang ku dapati saat melarikan diri tadi. Saat aku coba mengingat-ingat kembali kejadian itu tanpa kusadari aku tidak sendirian di ruangan itu.

"kau baik-Baik saja Lia...?" cemasnya. Saat aku melihat kearah suara itu, aku melihat seorang wanita yang ku kenal "Ka Lisa??!!" diriku sedikit terkejut mengetahui ka Lisa ada di sampingku.

Ka Lisa adalah seorang wanita yang perkasa dengan gayanya yg khas, lembut namun tegas, cocok dengan penampilannya yang sedikit agak tomboy berambut cokelat seperti lelaki dengan poni yang agak menutupi sebelah matanya. "Syukurlah kau baik-baik saja... kami sempat berfikir sudah terlambat untuk menyelamatkan mu..." kepalaku masih berputar-putar memikirkan hal mengerikan yang telah terjadi "tadi bukankah aku sedang bersama keluargaku? Dimana mereka? Mereka baik-baik saja kan?" diriku dirasuki kepanikan yang tidak bisa ku tahan karena aku tidak mau keluargaku celaka

Dengan wajah yang tenang ka Lisa mengusap kepalaku "mereka baik-baik saja dan kini ada di-ruang sebelah...kau berbaringlah dlu disini sampai kau pulih... Toru sangat mencemaskanmu, kau tau itu?" Ka Lisa melirik kearah kiriku dengan sedikit senyuman yang samar.

Aku dapati seorang pria dengan rambutnya yang coklat gelap berkulit putih sedang tertidur sangat lelap disamping ku."Toru.... Apakah sudah lama dia berada disini?"

"Sejak kau tiba disini higga saat ini dia tidak pernah beranjak dari ruangan ini." Ka Lisa tersenyum. Lalu aku teringat akan kejadian yang menimpaku, aku telah di selamatkan oleh seorang wanita yang aku kenal..."lalu.. Putri? mana Putri? Saat cahaya itu muncul, aku melihat sosok putri di dalam cahaya itu... wanita itu benar Putri kan?!" mulutku tidak dapat berhenti, rasanya seperti orang kerasukan saja "iya itu Putri... dia telah mengelilingi tempat ini dengan pelindung...untuk saat ini kita aman disini." Ka Lisa mencoba menenangkanku agar aku tidak terus panic, yah dan itu berhasil.

Aku pun mencoba untuk bangun walau sedikit terasa nyeri di lengan ku. Ku melihat kearah luar jendela yang ada di belakang Ka Lisa. Dibalik jendela itu aku melihat langit biru tang sangat jernih den-gan beberapa bulatan-bulatan awal yang menghiasinya... juga suara kicauan burung yang sedang berki-cau gembira diluar sana "Tempat ini... apakah mungkin... DeepBlue???"

"ya, kau berada di DeepBlue...tempat dimana kami tinggal..." Lisa mengatakannya dengan senyumannya yang sangat lembut.
 
Saat mendengar kata-katanya itu tidak terasa air mataku mengalir...tangan ku spontan menutup mulutku yang terbuka karena terkejut.. perasaan sangat bahagia mendengar diriku berada di tempat yang selama ini ingin ku datangi menyelimuti dadaku sampai-sampai terasa sesak didada hingga tidak dapat kutahan air mata ini.

"Aku.. Aku.. Aku bisa ke DeepBlue. Aku bisa kesini.... Aku ingin bertemu kalian... hiks.. aku.. aku... aku sedang tidak bermimpi kan?"Aku sedikit berteriak saat mengucapkannya sehingga membangunkan Toru yang saat itu sedang tertidur."Lia.. Kau sudah sadar?" Toru mendekatiku dan menggenggam tangan ku "Toru... maaf aku telah membuat mu cemas..."Sambil menahan tangisanku aku tersenyum padanya untuk meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.

“Aku senang kau baik-baik saja.. aku cemas sekali saat Putri memberitahu kami kalau pasukan Sarnax dan Pixie menyerang Dunia mu… kami bergegas saat itu juga ke tempat mu, namun.. tempat itu telah menjadi lautan api…” Dengan tatapan sedikit sedih Toru menceritakan hal tersebut

“Saat kami putus asa, Putri merasakan Aura mu dan yang lain.. Tidak kusangka kau bisa bertahan menghindari mereka. Awalnya kami pasrah.. kami pikir.. kami telah kehilangan mu..” sambung Ka Lisa.

“Pixie.. mereka benar-benar membuktikan ucapannya.. dia ingin menghancurkan kita semua..” pikiran ku semakin kacau saat mengucapkannya “Aku rasa yang di incar mereka masih sama..” jelas Toru “Pixie mengincar sesuatu?” Tanya ku bingung

“Iya, kau masih ingat dengan batu yang mirip dengan telur berwarna biru keemasan itu kan?” Tanya Toru kepadaku

Aku memutar otak ku untuk berfikir “Telur..? Telur yang mana?” aku bingung telur apa yang dimaksudkan Toru “Telur Energy…itu telur yang mereka incar.. kau ingat? Itu kita temukan di duniamu.. saat kita sadar batu itu akan menjadi incaran mereka, kita putuskan agar Putri yang menyimpannya..” jelas Ka Lisa padaku.

Aku mengingat-ingat kembali kejadian dulu saat aku menemukan batu itu.. bntuknya sangat mirip dengan telur namun warnanya biru keemasan.. sangat mempesona siapapun yang melihatnya.. dan aku ingat dimana kami memutuskan menyimpan Batu itu “Di Negeri Awan Putih….” Kataku datar “ya….” Ka Lisa mengangguk pelan “iya aku ingat sekarang! Jadi mereka pikir aku masih memilikinya?” ku menengok kea rah Toru dan ka Lisa “ ada kemungkinan seperti itu..” jelas Toru padaku sambil menggenggam tanganku

“Kenapa aku lagi yang jadi sasaran sih….” Aku menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya, tambah lesu aku dibuatnya “hahaha.. itu tandanya kau mempunyai banyak penggemar…” Ka Lisa berbicara seperti itu dengan tawanya yang meledek ku.

“ itu bukan penggemar ka.. mana ada penggemar yang mau membunuh idolanya???” balasku dengan menggerutu “hahahha…” tawa Toru menggelegar melihatku merajuk seperti itu sangat menyebalkan “kau sudah sehat kalau bisa bersikap seperti ini haha…” ka Lisa pun berdiri “baiklah.. aku akan melihat keadaan keluarga dan teman-teman mu dulu.. kalau kau sudah bisa berdiri, kalian keruang tengah ya.. “ jelas ka Lisa

Ka Lisa pun melangkah pergi maninggalkan ruangan ku.. dan tinggalah diruangan itu hanya aku dan Toru. Aku cukup gugup dengan suasana seperti ini, aku tidak bias berkata apa-apa karena aku sangat gugup berada di dekatnya.

“Akhirnya bisa bertemu juga..” dia tersenyum sambil menatapku “ha?” aku tidak mengerti maksudnya “sekian lama aku menunggu..” toru mendekatiku perlahan “sekarang kau sudah bisa berada disini.. Aku bisa bersamamu lagi.. aku tidak perlu lagi melihatmu dari jauh..” senyumannya sangat membuatku nyaman

Dengan berkata seperti itu tiba-tiba Toru memeluk ku sangat erat.. dekapannya sangat kuat dan hangat.. kehangatan yang selama ini ku rindukan. Kini ada di dekapanku.. “Toru..” pelukannya sangat erat membuatku sesak nafas “Aku senang kau disini..” Toru pun melepaskan pelukannya, dan menatap mataku, akupun menatapnya, mata kami bertemu..kusentuh wajahnya… ku genggam tangannya.. tangannya begitu kekar, besar dan hangat “Aku bisa menyentuhmu..” ku letakan tangannya di pipiku “Aku bisa merasakan tubuhmu..” selidik ku dengan terus memegang tangan dan wajahnya “Iya..” dengan senyum lembutnya dia meyakinkanku..“Aku juga bisa..” kata-kataku tidak kulanjutkan

Aku mendekati wajahnya…memandangi tiap senti lekuk wajahnya.. wajah yang selama ini aku nantikan…kupegang kedua pipinya… lalu kucubit kedua pipinya itu “Aku bisa sepuasnya mencubit pipimu yang Cabi ini ya Toru… hihihihi…” kucubit dan ku ledek dia “aw.. kau ini.. masih saja bisa-bisanya bercanda disaat seperti ini… dasar kau…” cemberut sambil memegangi pipinya yang merah karena kucubit

“haha... aku senang sekali .. akhirnya bisa melihatmu.. “ aku tersenyum “Aku juga..” senyum Tpru sambil membelai rambut ku, begitu nyaman.. belaian yang sangat ingin kurasakan “ayo antarkan aku..” pintaku pada nya dengan senyuman manja yang biasa ku perlihatkan padanya “Ayo, diruangan sebelah mereka beristirahat..”

Toru pun membantu aku untuk berdiri, dengan perlahan aku berjalan di samping kanannya tanpa melepaskan ganggaman tangan Toru pada tangan ku.. tidak lama kami berjalan, sampailah disebuah pintu yang di baliknya ada keluarga dan teman-teman ku. Toru pun membukakan pintu untukku dan kami memasuki ruangan itu enga perlahan.. aku melihat ke sekeliling kamar.. ku melihat semua sudah sadarkan diri.. “Lia..!” suara yang tidak asing memanggilku “ibu..?!”

Ibuku berlari dan memelukku dengan erat.. dia merasa sangat lega kalau aku dalam keadaan hidup. Tidak lama ibu pun melepas pelukannya dariku “kamu tidak apa-apa kan Lia?” cemasnya “aku baik-baik saja bu… ibu sendiri bagaimana?” ku berusaha untuk tersenyum didepannya “Ibu baik sekali…” ibu tersenyum dengan lembut dengan sedikit air mata yang mengalir, aku tahu dia pasti sangat khawatir dan ketakutan

Lalu Lia melihat sekelilingnya dan mendapati keluarganya yang lengkap , kakak, ibu, sampai adiknya pun ada.. dan ada beberapa temannya semasa sekolah dulu berada diruangan yang sama “teman-teman kalian baik-baik saja kan?”

“Sudah tidak apa-apa Li..” salah satu temannku bernama Ida menjawab ku dengan senyumanya.

“ini sebenarnya dimana?” Tanya temanku yang lain bernama Mira

Dengan senyum dan tenang Aku pun menjawab pertanyaan temanku itu “kita semua berada di DeepBlue, tempat tinggal teman-temanku ini..kita aman disini”. aku melirik ke arah Toru yang berdiri tepat di samping kananku.

“tempat tinggal kita bagaimana Li??? Kejadian waktu itu hanya mimpi kan???” ida sangat khawatir terlihat jelas di wajahya saat mengucapkannya.

“anggap saja seperti itu… keadaan di tempat tinggal kalian sedang tidak memungkinkan untuk ditempati..” ka Wiliam menjawab mereka

Ka Wiliam adalah suami dari ka Lisa.. dia bertubuh gagah, tinggi putih dan mempunyai rambut berwana pirang panjang sampai pinggang. Wajahnya yang tampan akan seperti melihat pangeran yang sedang berada diluar istana, ditambah matanya yang biru benar-benar serasi dengan wajahnya yang tampan. Dia berdiri di dekat tempat tidur di dekat jendela yang berada di depanku, dan disampingnya tengah duduk ka Lisa yang sedang mendengarkan kami semua dan dia lalu menambahkan komentar dari ka Wiliam.

“untuk sementara waktu.. kalian semua akan tinggal disini sampai keadaan membaik. Kami berharap semua yang berada disini bisa tenang tanpa mencemaskan hal yang telah kalian alami…” jelas ka Lisa

“Keluargaku..bagaimana dengan keluargaku..?” ekspresi ida sangat sedih saat mengingat keluarganya.

Melihat kekhawatiran teman-temanku itu Toru pun angkat bicara “kami mohon maaf… karena kami tidak dapat menolong lebih banyak orang di waktu sesingkat itu…”

“Jangan cemas, biarpun mereka menangkap keluarga kalian, tetapi aku yakin mereka pasti masih hidup…” tambah ka Lisa

“itu benar, karena tidak ada untungnya bagi mereka menyandera orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan tujuan mereka” lanjut ka Wiliam.

Ka Wiliam keliru, mereka itu selalu menghalalkan segala cara agar tujuan mereka tercapai, bahkan menghancurkan seluruh dunia sekalipun mereka bisa melakukannya, aku mengenal betul siapa Pixie dan Sarnax. Mereka adalah hasil Clon diriku dan Toru, aku berdua sudah beberapa kali beradapan dengan mereka, wujud mereka benar-benar mirip dengan kami, namun sifat mereka berbeda 180 derajat, mungkin karena memang mereka sudah ditugaskan oleh pencipta mereka untuk menghabisi kami semua.

“tapi yang aku tahu, mereka selalu melakukan segala cara yang menurut mereka bisa meguntungkan” jelasku pada mereka

“Tapi kita juga tidak bisa gegabah Lia…kita harus mempunyai strategi yang bagus kalau tidak, kita semua bisa celaka” tegas toru dengan memegang pundak ku

“masalah ini kita lanjutkan nanti dengan yang lain, saat ini yang terpenting memulihkan kondisi kalian terlebih dahulu.” Jelas Ka Wiliam

Aku meyakinkan kalau diriku tidak apa-apa kepada mereka karena memang aku sudah tidak terluka parah, hanya beberapa memar yang berada di pergelangan tangan ku saja.

“Kau memang tidak apa-apa Lia, tapi lihatlah keluarga dan teman-teman mu yang lain..” tambah Ka Wiliam

Aku memperhatikan keadaan keluarga dan teman-temanku, raut wajah yang cemas dan ketakutan sangat jelas terpancar dari wajah mereka. Ya, aku tau karena mereka tidak terbiasa akan keadaan seperti ini.

“ kau, kita.. mungkin sudah tidak terlalu tertekan dengan kejadian seperti yang baru kau alami, tapi untuk mereka, itu merupakan hal yang mengerikan.” Jelas Ka Wiliam lagi

Setelah itu ka Lisa memotong pembicaraan kami, dan bersuara agak keras agar semuanya bisa mendengarkan perkataannya “baiklah.. karena hari makin siang, lebih baik kita makan bersama nanti.” Setelah itu dia berbicara kecil denganku, Toru dan Ka Wiliam “lebih baik kita bahas hal itu dilain tempat saja. Membicarakannya di tempat ini hanya akan membuat mereka tambah panik, jadi lebih baik membiarkan mereka tenang dengan ketidak tahuan mereka”

Ka Lisa melangkah meninggalkan Ruangan kami dan sebelum melangkah jauh dia berkata lagi kepada kami semua dengan ramah “Jika makanan sudah siap aku akan memberitahu dan segeralah keruang makan..” dengan senyum manisnya dia melangkah pergi, dan disusul oleh Ka Wiliam dibelakangnya.
 
“yang dikatakan Lisa dan Wiliam ada benarnya, nanti kita bahas hal ini bersama yang lain, sekarang ikut aku ke ruang sebelah”

Toru menarik ku dan berjalan menuju ke ruang sebelah, aku bingung memangnya ada siapa lagi di ruangan sebelah? Keluargaku dan temanku semua sudah ada diruangan yang tadi. Aku jalan sambil terheran-heran dan memutar otak siapa lagi yang ada disana?

Setibanya di depan sebuah pintu berwarna biru tua, tangan Toru pun meraih pegangan pintu yang seperti bola ping-pong dan memutarnya. Perlahan pun pintu terbuka toru pun melangkah masuk dan kuikuti dari belakang, mataku berputar mengelilingi seisi ruangan dan berusaha melihat orang-orang terhalangi oleh tubuh Toru.

Belum jelas apa aku mengenali beberapa orang yang aku lihat tiba-tiba ada yang memanggilku “Ka Lia???” aku menoleh ke samping kananku mencari sumber suara yang tidak asing itu

“Mark?? Kau ada disini? Kenapa bisa?” belum aku sempat bernafas dia kembali bertanya padaku dengan ekspresi kebingungan yang sama denganku “ lho, kakak sendiri kenapa bisa ada disini juga?” ku menenangkan diriku sesaat untuk berbicara padanya “ aku ditolong oleh teman-temanku ini” ku alihkan pandanganku ke wajah Toru dan kembali menatap Mark “apa ada yang terluka?”

Mark dengan santai menunjukan beberapa luka memar yang ada di sikut dan kakinya “ tidak begitu banyak…tapi kak, kenapa teman-teman gamer kita bisa ada disini semua ya?” tambah lagi aku bingung dengan kata-katanya “maksudmu?” toru menunjuk arah depanku “coba lihat kedepan sana ada siapa? Pasti ada yang ka Lia kenal”

Ku melangkah maju beberapa langkah kedepan Toru ku mulai mencari-cari sosok yang aku mungkin kenal. Disana ada Relana yang sedang berkumpul dengan orang-orang yang tampak tidak asing untuk ku “ lho.. kalian… kenapa semuanya disini?” aku tambah kaget lagi, semua teman game ku yang tidak bisa kusebutkan namanya satu persatu ada didepan mataku, padahal tempat tinggal kami itu semua berbeda pulau. “Lia?” teman I heran keberadaan ku di depannya, lalu ku disambut oleh Relena “kau sudah dating Lia..” seperti biasa dia menyambutku dengan senyumannya.

Teman II langsung angkat bicara saat mengetahui aku ada disini “jadi ini hanya kebetulan? rasanya terlalu kebetulan kalau semuanya disni” aku mulai mengerti yang diucapkan olehnya, semua teman game ku berkumpul, mereka pasti merasa aneh, belum selesai ku berfikir ada yang mendekatiku “ adek?” ya tuhan… itu ka Ken kekasih di duniaku… lalu ka ken membelaiku dengan rasa khawatir “Aku tidak apa-apa kak” ucapanku dingin sekali kepadanya

“eheeem” tiba-tiba toru terbatuk dibelakangku, aku tau dia sengaja, situasi ini sangat tidak baik… toru pasti akan cemburu, aku harus fokus dan berbicara kembali “Maaf kak Ken, maaf semuanya… karena akulah kalian jadi ikut terlibat dalam musibah ini” aku menundukan wajahku karena aku merasa bersalah sekali “karena aku, kalian jadi ikut menanggung semuanya”

“kamu bicara apa si dek?” ka Ken heran “kita tidak menyalahkanmu ko, Relena sudah menceritakan cukup banyak pada kami disini” Relena yang mendengarkan hanya mengedipkan sebelah matanya padaku

“Berkat kejadian ni juga kita bisa bertemu kan? Nikmati saja hikmahnya” teman 3 dengan senyumnya dia melirik ke arahku, temanku ini memang wanita yang sangat perhatian dan baik hati. banyak yang berkomentar baik dan menganggap ini sebagai anugrah tersendiri karena bisa berkumpul seperti ini dalam kondisi normal sangatlah sulit, bisa bercanda dengan mereka seperti ini sangat membuatku senang, namun saat semua sedang bahagia, aku mendapati beberapa sosok orang yang tidak kusukai, tiga orang pria dengan perawakan yang berbeda satu sama lain

“kenapa mereka bisa ikut kesini Relena?” relena langsung menatapku dengan bingung “siapa yang kau maksud?” dengan geram aku berkata dengan sedikit berteriak agar semua yang ada diruangan itu mendengarkan yang akan kuucapkan “ beberapa orang yang tidak layak kalian selamatkan!!!” mataku terus menatap ketiga orang itu “mereka itu pantasnya mati ditangan orang-otang itu!!!”

Toru yang melihatku begitu marah langsug memegangi pundaku “tenaglah Lia” ku langsung menatap Toru dengan marah “aku tidak suka mereka ada disini bersama teman-temanku!!” Relana pun berdiri dan menatap mengelilingi ruangan mencari orang yang ku maksud “ siapa yang kau maksud lia?” aku langsung menunjuk ketiga pria yang berada di pojokan ruangan yang mungkin dirinya sudah sadar aku membicarakan diri mereka “ketiga orang itu tidak pantas hidup”

Amarahku sangat memuncak, entah karena termakan rasa dendam atau karena kerasukan setan “mereka itu Leo, Wisnu dan Mora” ku ambil nafas dalam-dalam dan melanjutkan kembali kata-kataku “kenapa mereka diselamatkan?” lalu temanku yang tahu nama ketiga orag itu langsung menyerang mereka dengan kata-kata kasar “ harusnya orang seperti mereka diberi pelajaran” kata salah satunya dengan tatapan mencemo’oh

“kita semua tidak sadar ternyata ada beberapa orang yang tidak punya hati disini” lanjut teman lainnya.“jahat sekali kalian kepada Tabi selama ini” mereka menyerang ketiga orang itu terus menerus, lalu Leo pun angkat bicara “itu sudah berlalu kenapa masih saja di ungkit-ungkit?” dengan santai Leo bicara seperti itu membuatku tambah marah, dia bilang masa lalu? Jadi dengan mudah bisa dilupakan? Apalagi dengan apa yang telah mereka lakukan terhadap karakterku didalam game permainanku? merampokku, membuangku, mempermainkanku.

Wisnu saat itu terlihat sangat pucat pasi, mungkin dia ketakutan takut dipukuli oleh teman-temanku disini “aku minta maaf padamu Lia, benar-benar minta maaf atas kejadian yang dulu, aku kan sudah katakan hal yang sebenarnya padamu” aku tidak akan pernah mau percaya lagi dengan kata-kata mereka, tidak satupun, hatiku sudah terlanjur sakit “aku sudah tidak mau mendengarkan apapun dari kalian..”

“ya sudah, daripada kita ribut seperti ini tidak ada akhirnya, bagaimana kalau kita hakimi saja mereka disini, biar Lia Puas..” salah satu temanku berkata lantang pada semuanya, aku berfikir setuju dengannya, agar mereka merasakan sakitnya hati yang kurasakan.

“Tunggu dulu….” Relena tiba-tiba menyela pembicaraan temanku dan berjalan ke tengah ruangan, dengan matanya yang tegas dia melanjutkan kata-katanya “Tidak ada yang boleh berbuat gaduh disini, masalah Lia dengan mereka cukup Lia saja yang selesaikan” semua menatap Relena dengan serius begitu pula denganku

“jika kalian juga turun tangan itu sama saja kalian pecundang seperti mereka” lanjut Relena. Aku yang masih keras kepala masih terus menentang Relena “Lalu kenapa mereka bisa disini?” relena hanya menatapku dan mulai mendekatiku perlahan “aku juga tidak tahu, mereka ini Putri yang selamatkan… jika kau mau tau jawabanya..” relena telah sampai di depanku hanya berjarak beberapa cm dan memandang mataku dalam-dalam “ kau bisa tanyakan sendiri hal ini kepadanya” dan relana pun kembali ketengah ruangan

“Putri ya” aku bertekad akan menanyakannya itu harus “tapi aku yakin di dalam dirimu sudah tau jawabannya Lia, kau hanya perlu menyadarinya” relena meyakinkanku, aku tak mengerti maksud dari kata-katanya itu, aku menyelamatkan mereka? Tidak akan pernah ku lakukan..

“ sudahlah de, itu kan sudah lama tidak perlu di ingat-ingat lagi, untuk menyelamatkan orang tidak harus lihat perbuatan mereka di masa lalu kan?” ka Ken menceramahiku, yah memang seperti itulah dia, selalu lurus kedepan tanpa negative thinking.

“Lia yang ku kenal memang tidak bisa dengan mudah melupakan perbuatan-perbuatan disekitarnya, baik itu baik ataupun buruk…” Toru saat itu menatap tajam mata ka Ken, ka Ken pun menatap kembali tatapan mata itu. “Oh tidak.. ini tidak baik” pikirku, Toru adalah kekasihku disini, dan ka Leo adalah kekasihku di duniaku.. Toru pasti cemburu saat ini, aku tidak mau mereka bertengkar.

“cukup, hanya akulah yang tau seperti apa diriku, baiklah….” Aku menarik nafasku dan melanjutkan kalimatku “aku akan anggap kalau aku tidak pernah mengenal mereka selama disini, kurasa itu lebih baik” kataku datar dengan wajah serius

“ya, itu lebih baik daripada kau hanya mengurusi hal-hal yang tidak begitu penting dan tidak ada untungnya untukmu..” Relana merasa tenang dan memandangku seolah dia berkata “kerja bagus” didalam hatinya, tibalah seorang pelayan memasuki ruangan untuk memberitahukan bahwa hidangan makan siang sudah siap dan kami di antarkan ke ruang makan.

Kami memasuki ruang yang sangat luas, bisa menampung sekitar 100 orang disini dengan beberapa meja oval yang tersusun berbaris dengan bangku yang tertata rapih. Makanan sudah tersedia di atasnya… berbagai jenis makanan ada disana, aku rasa semua jenis makanan di dunia pasti dibuatnya mulai dari ayam bakar sampai cumi bakar ada. Kami mengambil posisi kami masing-masing untuk memulai makan, lalu tiba-tiba ada yang masuk dan berteriak “Heiiii……..” itu Duo datang dengan melambaikan tangan, pria urakan dengan menggunakan pakaian yang seadanya walau terlihat rapih, dan rambutnya yang berwarna cokelat dating melambai menyeringai… itu khasnya sekali.

“kami telat ya?” dan itu Toma baru datang juga bersamaan dengan Duo “wah sudah siap semua…hai semua bagaimana kabar kalian?” dengan santai dia menyapa semua orang diruangan dengan gayanya yang ugal-ugalan, dan dipukul oleh ka Shin tepat dikepalanya “ aw…” rintih Duo “ kau ini, sopan sedikit kalau ada tamu” ka Shin pun mengacak-acak rambut Duo dengan nada meledek dan langsung duduk bergabung dengan yang lain.

“siang semua….” Nah itu meyling.. gadis yang sangat ceria dengan kepangan rambutnya yang membuat dia makin manis “ waaah.. makanan-makanan ini membuatku makin lapar saja..” tambahnya

“sebelum makan aku akan memberikan laporan dlu kepada smuanya” itu adalah Sora, gadis yang anggun sama dengan relena dan dia mendekati teman-teman DeepBlue “ wilayah utara, selatan, timur dan barat aman, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Tadi aku dan meyling bertemu yang lain dijalan jadi sekalian kesini bersama” jelasnya dan dia pun duduk disamping meyling.

“kenapa untuk melihat situasi saja harus kita yang turun tangan sendiri sih?” gerutu yasha pada semuanya, dia juga tipe pemberontak sama seperti Duo tapi tidak dengan penampilannya, dia cukup rapih “bukankah bisa memerintahkan para prajurit saja?” celotehnya kesal

Mendengar keluhan yasha seperti itu membuat d iriku dan yang lain tertawa pelan lalu ka shiho membalaskan perkataannya itu dengan santai “lalu kalau ada p asien yang sedang sakit keras dan harus di operasi, apakah harus para suster yang mengoperasinya?” ledek ka shiho

Yasha hanya bisa menggerutu karena ucapan ka Shiho itu, akhirnya semua sudah lengkap duduk di tempat mereka masing-masing dengan hidangan yang tersedia terlihat sangat nikmat untuk di habiskan. Lalu ka Wiliam membuka acara makan siang dengan beberapa kata sambutan, setelah beberapa lama menyantap makanan itu semuanya di persilahkan kembali ke kamar mereka untuk beristirahat kembali. Saat aku mengikuti keluargaku dari belakang Sakura memanggilku dan akupun berbalik mendekatinya

“ada apa?” tanyaku padanya “ikutlah dengan kami, ada banyak hal yang akan kita bicarakan Lia” jelas sakura padaku “baiklah ini tugas pertamaku di dunia ini kan? Harap maklum kalau nanti aku gugup hehe” ku menyeringai kepadanya

***

Bersambung~
 
Last edited:
Chapter 2 : Pertemuan Rahasia



kami berjalan menuju sebuah tangga yang ada di pojok ruangan, tangga itu menuju ke bawah tanah. ruangan itu sangat gelap, langkah d emi langkah saat memasuki ruangan itu suasananya sangat berubah.

ruangan di atas sana terbuat dari tembok batu bata biasa yang dilapisi cat berwarna Cream dan hiasan-hiasan ruangan yang megah. saat masuk ke ruangan bawah tanah itu, ka Wiliam yang berada di paling depan membukakan pintu dan menyalakan lampu ruangan, terlihatlah suasana ruangan itu.

ku melangkah masuk dan ku lihat tembok-tembok yang terdiri dari besi atau baja entah apala apapun itu, didalam sana cukup lengkap dan tertata sangat rapih, mulai dari bangku-bangku berwarna merah yang di jejerkan melingkar seperti bentuk telur dengan tengahnya sebuah meja besar oval terbuat dari kaca.

hiasan-hiasan yang tertempal di dinding sangatlah identik dengan militer, poto para prajurit, piagam yang tersusun rapi, lalu aku terpana saat pada satu foto besar yang ada di hadapanku, ini adalah foto mereka, teman-teman hikatodwu ku, semua sangat ceria di foto itu, sampai membuat rasa iri di dalam diriku, karena tidak ada aku difoto itu.

saat aku masih terpana oleh ruangan itu, ka Wiliam meminta kami untuk semua untuk duduk di bangku merah yang sudah tersedia, yang membuatu heran, jumlah bangku itu pas sekali dengan jumlah orang yang datang keruangan itu, yaitu 21 orang. yah tidak ku ambil pusing karena aku langung tahu jawabannya, ini adalah ruang rahasia milik kami, aku ada didalam daftar nama anggota hikatodwu, jadi pastinya satu kursi selama ini kosong tidak ada yang mengisinya.

ku menarik nafas dalam-dalam sambil melihat kearah semua teman organisasiku ini, saat semua sudah duduk di tempat masing-masing Relena mulai angkat bicara.

"baiklah..." melihat kesemua anggota " kita semua sudah tahu untuk apa kita berkumpul disini, dan sepertinya yang kita ketahui keadaan diluar sana sangat berbahaya. untuk sementara ini kita akan bergantian berpatroli melihat kondisi di tiap sisi perisai yang telah kita buat" jelasnya

semua mendengarkan perkataan Relena, kata demi kata yang diucapkan olehnya sangat jelas menggambarkan seberapa berbahayanya situasi saat ini, hatiku makin sakit sampai-sampai tidak bisa dapat ku sembunyikan lagi dari raut wajahku. aku benar-benar merasa sangat merepotkan, lalu tanpa berfikir apa-apa tubuhku bergerak sendiri dan tiba-tiba aku berdiri.

"maafkan aku, seandainya aku bisa melakukan hal yang bisa di andalkan, aku pasti bisa meringankan beban kalian semua, karena aku yang tidak bisa apa-apa selama ini, kini kalian semua yang harus menanggungnya " aku agak sedikit membungkukan tubuhku untuk memita maaf

semua melihat kearahku dengan tatapan terkejut lalu Toru pun menenangkan diriku dan memintaku untuk segera duduk kembali.

"bukan salah siapapun Lia, kita semua tau siapa dibalik kejadian ini dan bukan atas salahmu sendiri, ini menyangkut kita bersama" kata toru

"Toru benar" tegas ka Shin dan langsung mengambil alih pembicaraan "aku sudah diberitahu kejadiannya, ada kaitannya dengan Batu Enargi kan?" tanya ka shin

""iya" Relena meletakan kedua tangannya ke atas meja seperti sedang berdoa "dulu saat kita menyadari betapa berbahayanya benda itu, kita langsung memberikan batu itu kepada Putri untuk di sembunyikan" jelas Relena

semua jadi berisik mengeluarkan komentar mereka kepada masing-masing orang di sampingnya dengan perasaan cemas, aku tidak suka melihat kegaduhan ini langsing saja mulutku berteriak " BERHENTIII....." ku ambil nafas kembali "percuma kita panik seperti ini, asal batu itu tetap terjaga kerahasiaan tempatnya semua akan baik-baik saja, asal tidak ada satu orang pun diantara kita yang kelepasan bicara kepada mereka" dengan nada tinggi ku ucapkan kata-kata itu sambil menatap beberapa orang yang ku anggap bermulut besar.

"itu benar, karena hanya kita yang tau dimana batu itu disimpan maka akan baik-baik saja" ka Wiliam membenarkan

"lalu keadaan kita sekarang ini bukankah menjadi target mereka? karena mereka mengira kita masih memilikinya" jelas Yasha dengan lantang

"itu memang benar, karena itu kita harus memperkuat pertahanan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi" lanjut Relena

perdebatan terus berlanjut dari mulai batu energi sampai keselamatan keluarga ku dan teman-teman ku. tunggu dulu, teman-teman? aku baru teringat hal yang membuatku kesal dan ingin rasanya berteriak, aku tahan dengan berkata agak tegas
 
"bisakah kalian menjawab pertanyaanku?" melirik semuanya "kenapa bisa ada ka Leo, Wisnu dan Mora? orang-orang yang seharusnya pantas untuk mati?" gertak ku

aku menatap kearah Toru dia hanya terdiam, dan yang lainnya pun terdiam lalu aku melihat ke arah Relena dan dia pun menjawabnya "kalau kau ingin tau kenapa mereka diselamatkan... kau tanya saja pada Putri, aku rasa hanya dia yang bisa menjelaskan padamu" tatapan Relena seolah-olah menyuruhku untuk menahan diriku yang tidak tahu diri ini. ya tuhan...aku merasa bodoh sekali.. dalam kondisi yang serius begini aku masih saja memikirkan ego ku.

tiba-tiba saja terpancar cahaya silau di belakang tubuh Relena, cahaya yang sama dengan cahaya yang menyelamatkanku, dalam hitungan detik perlahan-lahan muncul sesosok wanita berkulit putih dengan mata yang biru, hidung mancung bibir tipis dan berwarna pink, rambut putih panjang terurai sepinggang mengenakan Dress putih yang sangat anggun, dia tampak seperti Bidadari dengan tambahan dua sayap putih dibelakang tubuhnya yang merentang dengan indahnya.

dia mulai menatapku dan berjalan menuju samping Relena mendekati Sakura yang ada tepat di depanku..dia menatapku dengan tatapan yang sangat datar "mereka selamat karena kau yang menginginkannya Lia..." dengan tersenyum dia memberitahukan hal yang tidak masuk akal, aku tidak pernah menginginkan mereka di selamatkan bahkan sampai ikut ke DeepBlue, aku lebih baik melihat mereka mati di depanku.

"itu tidak mungkin Putri, kau tau aku sangat benci mereka itu, mereka sudah menghianat kepercayaanku" tegasku padanya untuk menepis semua argumentasinya

"aku tau itu, dan yang aku tau...hati kecilmu yang memintaku untuk menyelamatkan mereka..." Putri menatapku dengan sangat dalam sampai aku merasa tatapannya seolah masuk kedalam pikiranku

"kau gadis baik Lia.." dengann berkata sambil tersenyum begitu dia membuatku tidak bisa bicara apapun juga, kata-kata Putri selalu saja seperti menghipnotisku hingga aku tidak pernah bisa untuk membalasnya. entah karena sosoknya yang seperti Bidadari atau karena sejak dulu perkataanya selalu benar.

"apakah Putri sudah mendapatkan petunjuk tentang Pixie dan Sarnax?" tanya ka Lisa menyela pembicaraanku

"aku belum mnemukan jejak mereka... mungkin mereka sama dengan kita, mulai mempersiapkan dirinya untuk bertempur" jelas Putri

"tidak heran dengan apa yang akan mereka siapkan kalau melihat dari jumlah kita dan persenjataan yang kita punya, mereka juga pasti akan mencari senjata yang lebih" tambah ka Lisa

Putri berjalan perlahan memutari kami dan berhenti tepat di belakangku, tangannya yang hangat menyentuh pundak ku, kulihat tangan lainnya yang bebas berayun-ayun ke arah depanku lalu terlihat bayangan di udara tepat di atas meja seperti gambar tiga dimensi, terlihat gambar istana yang megah bergaya kastil Kuno, ya itu adalah DeepBlue

"aku sudah memperkuat perisai di tiap sudut, ketahuilah perisai ini hanya akan melindungi kalian sementara saja, selebihnya tergantung diri kalian.." tangan Putri bergerak lagi seperti melambai dan gambar yang ada di depan kami berubah memperlihatkan sosok kami, anggota Hikatodwu dan pada akhirnya gambar itu memperlihatkan sosok diriku

"aku? ada apa denganku?" aku terheran-heran sendiri kenapa wajahku yang difokuskan oleh Putri "Lia..." Putri menyapaku dan aku melihat kearahnya "di dunia ini hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin" katanya

"aku suka ini" Yasha terkekeh melihat ekspresiku, lalu langsung saja tangan Ami melayang ke kepala Yasha "diam kau bodoh!" gertaknya.

"apa maksudnya ka Lia juga bisa menggunakan kekuatannya disini seperti kita semua?" Narisa berkata dengan ekspresi sangat senang berharap perkataan dia itu benar, senyuman diwajah Putri pun terlihat "itu bisa saja, asal Lia sendiri memang menginginkannya. namun ada beberapa hal yang harus Lia perhatikan" mendadak wajahnya terlihat serius di belakangku sehingga membuat yang lain pun ikut serius memperhatikanku bertanya-tanya apa yang akan erjadi denganku

"apa?" tanyaku datar

"bukan hanya aliran Positif yang bisa berkembang di dunia ini Lia, aliran energi Negatif pun bisa berkembang disini, jadi aku hanya bisa mengingatkanmu, sebisa mungkin bertahanlah pada energi Positif mu apapun yang terjadi" jelasnya datar

"energi negatif?" aku berfikir sejanak "energi negatif apa yang ada dalam diriku? aku merasa diriku baik-baik saja" aku berusaha meyakinkan Putri bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan.

"setiap manusia memiliki sisi negatif Lia, walaupun kadang kita tidak menyadarinya karena sisi itu tidak selalu dapat menguasai seseorang" jelas Nokoru dengan gayanya yang santai duduk di kursi itu.

"yang harus kau pertahankan adalah dirimu sendiri" lagi-lagi Putri mengatakan hal yang yang tidak aku mengerti "tunggu dulu, aku tidak mengerti apa maksudmu Putri. seolah-olah didalam diriku seperti akan lahir seorang monster" teriak ku panik

"aku tidak bisa menjelaskannya lebih detail, yang jelas semua harus bekerja sama" tangan putri diletakan ke di pundak kanan ku dan pundak kiri Toru "kalian berdua bisa mengatasinya bersama" senyumnya sangat hangat terpancar sampai-sampai aku melirik ke arah Toru begitu juga dengan Toru, dari bawah meja tangan toru menggapai tanganku dan menggenggamnya.

"aku rasa sudah cukup untuk ku, aku harus pergi. Putri kecil sedang menungguku" dengan menundukan wajahnya perlahan-lahan sosok putri menghilang seperti bayangan yang hilang ditimpa cahaya.
 
Last edited:
Duo meletakkan tangannya di atas meja dan memangku wajahnya "So, ada yang mengerti maksud dari Putri barusan?" Toma pun menjawab pertanyaan Duo itu " aku rasa itu masalah pribadi Lia, kita bisa mengetahuinya kalau saatnya sudah tiba" tangannya dilipatkan ke dadanya.

aku yang merasa aneh asal saja bicara "apa wajahku seaneh itu ya?" semua pun tertawa saat kukatakan itu, aku ini memang sangat cocok menjadi badut kurasa "Yasha kalau ada monster di diriku tebas saja aku dengan pedang mu nanti ya" ku mencibir pada Yasha dan dibalas cibiran juga olehnya "dengan senang hati akan kulakukan hohoho" mengacungkan pedangnya, hei.. masih saja bawa pedang di dalam istana, bodohnya dia

"kalian ini seperti mavia yang bernegoisasi soal nyawa saja" ka Shiho melihat dengan tajam pada kami berdua " jahahahahaa Yasha itu tampang mesum bukan tampang mavia jahahahahahah" aku tertawa terbahak-bahak disusul yang lainpun tertawa denganku membuat Yasha kesal "Ku cincang Kau" cibirnya

aku berdiri dan kembali meliat Foto teman-temanku ini, aku tersenyum melihatnya karena aku sangat senang mengetahui semua ini benar-benar nyata, lalu aku melihat Heero berdiri di sampingku ikut menatap foto itu.

"indah ya?" dengan mimik wajah datar yang biasanya "iya. seperti mimpi" jawabku sambil tersenyum "kini sudah nyata bagimu kan?" menatapku dengan seksama "yah, begitulah. apalagi saat aku ada di samping kalian" tanganku menggapai Foto itu karena tanganku agak licin akhirnya membuat foto itu terlepas dari tanganku, tapi saat aku kira foto itu akan jatuh ke lantai namun tiba-tiba foto itu berhenti tepat di atas mata kaki ku dan melayang kembali keudara lalu di ambil kembali oleh Heero

"WAAAAW..." teriakku kagum

semuanya melihat kearahku dengan kaget dan Heero pun berpaling padaku "kau masih saja ceroboh" sambil menghela nafasnya. lalu aku teringat kata-kata putri "aku harus mengembangkan energi positif kan?aku akan mulai dari hal yang barusan Heero lakukan" aku senang sekali mengetahui aku akan bisa belajar hal itu "ada yang mau mengajariku?" aku melirik kesemua orang yang ada diruangan itu lalu Yasha pun mendorong maju Toru kedepanku

"hei apa-apaan kau Yasha" dengan kerlingan matanya Yasha pun mengulangi kata-kata Putri "kalian berdua pasti bisa mengatasinya"

Ami tertawa kecil melihat kelakuan Yasha barusan yang disadarinya untuk menggodaku "Yasha benar, aku rasa kalau Toru yang mengajarimu pasti akan dengan mudah mengerti. jadi pastinya akan lebih cepat bisa hahahaha" ledek Ami lagi

"aku setuju dengan mereka ka Lia. kalian pasti bisa, kapan lagi kalian bisa melakukan hal bersama-sama ya kan?" Ogawa sangat bersemangat mengatakannya sampai membuatku termakan kata-katanya.

"baiklah, mohon bantuannya ya Toru Sensei" kataku sambil tersenyum pada Toru

***


Bersambung~
 
Last edited:
Chapter 3 : Wanita Misterius



malam pun telah tiba saatnya untuk kami beristirahat. besok adalah hari pertamaku latihan, pasti akan sangat melelahkan, toru menawarkan dirinya untuk mengantarkanku ke kamar, siapa yang akan menolak kalau mau di temaninya? malah aku sangat berharap dia menemaniku sepanjang malam. dia mengantarkan ku kekamar pribadiku sendiri, bukan kamar yang sebelumnya, karena kamar ini sudah sangat lama dipersiapkan untuk ku jauh sebelum aku kesini. ku naiki tangga yang di alasi karpet berwarna biru tua, satu demi satu ku pijakkan kakiku pada anak tangga itu, tibalah ku di lantai dua istana ini, Toru mengajak ku ke pintu nomor empat dari arah kanan tangga.

Toru membukakan pintunya dan melambaikan tangan mengisyaratkan ku untuk masuk. terlihat lantai kamar itu dilapisi karpet berwarna merah, dan didepanku ada kasur dengan warna merah muda berhiaskan dua bantal dan guling berwarna yang sama, sebuah boneka cantik sama persis dengan ukuran tubuhku, berambut hitam, mata hitam, bibir merah muda sedang tertidur di atasnya.

"itu pasti boneka yang selalu menemanimu minum teh di beranda kamar kan? hihihihi" aku tidak bisa menahan kegelianku mengingingat dulu Toru selalu becerita dirinya selalu bersama-sama dengan boneka itu sebagai penggantiku.

Toru hanya mengerlingkan matanya padaku lalu mengambil boneka itudan didudukan dikasur, Toru pun ikut duduk disampingnya "menarik bukan? aku merasa boneka ini memang mirip denganmu hahaha " dia meraih tangan boneka itu dan dia arahkan tepat kebibir pink boneka itu.

"itu tidak mirip sama sekali tau" aku kembungkan pipiku menjadi seperti balon dengan sebal. Toru pun melepaskan boneka itu dan memegang tangan ku, perlahan ditariknya aku ke sampingnya untuk ikut duduk bersamanya "malam ini tidurlah yang nyenyak karena besok kita akan mulai latihan ok?" dengan senyuman ku yang paling manis.. aku mengiyakan perkataannya itu "ok Toru sensei...hihihihi" toru pun membalas senyum padaku "nah pakaian mu sudah lengkap di dalam lemari pakaian, dan kamar mandi pintunya tepat di belakangmu" dia menunjuk ke arah pintu cokelat yang ada di belakang ku

"jika ada perlu sesuatu pakailah telpon yang ada di meja dekat tempat tidurmu. nanti Pagan yang akan menerimanya" jelasnya

"siap! kalau begitu aku istirahat dulu. oh iya sebelum kau kembali ke kamar, tolong lihat keadaan keluarga dan temanku dulu ya"

Toru memegang wajah ku dengan dan lembut mendekatkan ke wajahnya "ok sayang, akan aku pastikan mereka baik-baik saja, jadi tidurlah dengan nyenyak" pintanya padaku dengan memberikan sebuah ciuman yang mendarat di dahiku, ciuman yang sangat hangat dan lembut... mukaku pasti saat ini sangat merah "aku kembali ke kamar ya, good night" belaian di kepalaku menjadi salam perpisahan kami, dia bangun dan berjalan menjauhiku yang sedang duduk terdiam menatapnya melangkah pergi, sampai di depan pintu dan dia pun menutup pintu itu.

Aku melihat sekeliling kamar hampir semua perlengkapan disini berwarna merah, Toru memang sangat ingat warna kesukaanku, karena memang warna faforit kami sama.

ku geser boneka yang diyakini Toru mirip denganku itu ke pojok dekat jendela, ku rebahkan diriku di atas ranjang yang sangat nyaman itu, ku miringkan tubuhku ke arah jendela yang ada di sebelah kiriku, diluar sana ku melihat langit dengan berhiaskan taburan bintang yang indah sekali, aku rasa bintang bintang yang ada di duniaku tidak pernah terlihat seindah ini. aku berharap semua ini bukanlah mimpi karena aku takut bila ini adalah mimpi maka saat aku terbangun semua ini pasti akan lenyap, tapi aku harus bisa tidur karena besok aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk berlatih.

*****
 
"Lia..." seorang wanita memanggilku dari kejauhan, ku buka mataku perlahan, namun aku benar-benar terkejut dengan apa yang ku lihat ini, sekelilingku kosong, gelap gulita. tidak ada kasur yang tadi aku tiduri, tidak ada karpet berwarna merah yg ku injak tadi, tidak ada lemari, tidak ada apapun disini.. hanya kegelapan...aku berteriak memanggil seseorang... tidak ada yang menjawab.

muka ku makin pucat...aku sangat takut sekali, karena aku ini tidak suka dengan kegelapan karena sangat menakutkan, ditambah aku sendirian disini "kumohon siapapun keluarkan aku dari sini" pikirku dalam hati.

ku mencoba memanggil tiap nama yang ku kenal satu persatu namun tidak ada satupun yang menjawaku. akupun mencoba melangkahkan kakiku, mungkin aku akan menemukan seseorang... bukankah tadi aku mendengar suara seseorang yang memanggilku disini? ku terus berjalan tanpa tau arah kemana ku melangkah karena yang ku pikirkan hanya untuk menemukan seseorang yang bisa mengeluarkanku dari sini.

"Tolong aku...." suara itu terdengar lagi, aku mencari kesegala arah, mencari tau darimana asal suara itu, tapi aku tidak menemukan siapapun "Tolong aku Lia...." suara itu sangat memilukan didengar, sepertinya wanita itu dalam kesulitan aku harus menemukannya, karena mungkin saja dia juga mencari jalan keluar sama sepertiku

"siapa itu?" aku terus melangkah mencari sumber suara itu tapi tidak ku temukan siapapun disini, tapi tunggu dulu, aku melihat ada cahaya redup di depanku, pasti suara itu berasal dari arah cahaya di depan sana.. aku berlari dan berlari... tidak butuh waktu yang lama aku melihat sumber cahaya itu. itu sebuah cahaya kecil yang melayang terlihat seperti cahaya seekor kunang-kunang, ku angkat kedua tanganku dan meletakkan cahaya itu di kedua tanganku.

"siapa kau?" aku terus memandangi cahaya itu dengan rasa penasaran dan perlahan-lahan ku dekatkan ke wajahku agar lebih jelas terlihat

"Aku membutuhkanmu Lia..." cahaya itu bersuara lagi, ternyata benar suara wanita itu berasal dari cahaya ini "aku membutuhkan mu.." lalu tiba-tiba cahaya itu melesat masuk kedalam kepalaku, aku terkejut dan memegang kepalaku "hei, apa yang kau lakukan..??" tiba-tiba saja penglihatanku terganggu dan banyak sekali gambar-gambar yang terlihat oleh mataku, gambaran itu mulai jelas.. ada seorang wanita yang sepertinya tidak asing bagiku, saat aku mencoba untuk memperhatikannya lebih jelas, penglihatanku kembali buram dan berubah lah pandangan yang aku lihat.

ada sebuah istana dengan atap berwana hijau, istana yang sangat mewah. pandanganku pelan-pelan mengarah ke bagian atap istana itu, atap tertinggi yang yang ada di penglihatanku ini, dan disana aku lihat ada seorang wanita berambut panjang berwarna merah berkulit putih dan bermata merah sama dengan warna merah rambutnya.

dia sedang menikmati pemandangan bulan purnama yang sangat indah hanya seorang diri namun tatapannya itu sepertinya kosong tidak menikmatinya sama sekali.

"mata merah dan rambut berwarna merah.. sepertinya tidak asing bagiku.." ku terus berfikir seperti pernah melihat wanita itu entah dimana, saat aku asik berfikir tiba-tiba wajahnya berpaling padaku dan menatapku dengan tatapan penuh amarah, sangat menyeramkan wanita itu tanpa ku bisa menahan diri lagi aku berlari ketakutan menjauh sekuat tenagaku sampai-sampai aku terjatuh.

wanita itu entah sejak kapan sudah ada di dekatku dan mulai mendekatiku, aku berusaha menjauh dengan menggeserkan tubuhku kebelakang karena aku tidak sanggup berdiri karena terlalu takut, dia makin mendekat hingga sampailah hanya berjarak satu meter dari tempatku terduduk, gaunnya yang berwarna merah muda dengan berselendangkan syal sutra berwarna ungu terseret-seret saat melangkah makin mendekat... kedua tangannya pun mulai di angkat mengarah padaku dan hinggap dileherku. dia pasti ingin membunuhku "Tidaaaaaaaak...!!!!!"

******
 
Aku terbangun dengan terengah-engah "ternyata mimpi..." ada perasaan lega dalam diriku hal itu ternyata bukanlah nyata, ku kembali merebahkan tubuhku di tempat tidur, wajahku masih sangat pucat karena rasa takut masih bersarang dihatiku, mataku menerawang dan melihat keseluruh sudut kamar, aku masih sangat ingat dengan wajah wanita dimimpiku tadi "siapa dia..? mimpi yang sangat menakutkan..."ku menutup mataku dengan kedua tangan ini dan kembali teringat semua gambaran yang muncul didalam mimpiku, aku merasakan tatapan hampa dari wanita itu walau hanya sesaat tadi namun kuputuskan tidak mau memikirkannya karena itu hanyalah mimpi dan aku putuskan mencoba tidur kembali.

Pagi pun tiba, ku bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju beranda kamarku. cuacanya sangat cerah langitnya biru dan dihiasi sedikit awan, kuputuskan untuk segera mandi agar diriku terlihat segar saat latihan nanti.

langkahku terasa sangat ringan, langkah demi langkah ku berjalan menuju kamar mandi sambil bersenandung riang, kututup pintu dan kunyalakan air hangatnya. sambil ku menunggu airnya cukup penuh aku melihat-lihat seisi kamar mandi, ruangan ini cukup besar dan bersih tidak terlihat kalau tidak pernah digunakan selama ini.

kurasa airnya sudah cukup untukku, tidak perlu berbasa basi lagi, kulangsung menceburkan diriku kedalam air "waaah segarnyaaa..."

selesai aku mandi saatnya ku memilih pakaian. kubuka lemari dan mulai melihat pakaian yang ada didalam sana "hmm..kita lihat baju apa yang ada didalam sini.." ku keluarkan satu pakaian "wew..sexy.." ku memegang rok pendek pink dengan atasan berwarna biru putih "ooh...tidak, ini bukan seleraku" ku keluarkan lagi yang lainnya "ya ampun...tidak adakah satupun pakaian yang biasa saja? mana mungkin aku memakai pakaian gaun pesta? semua sama, gaun aaah....." ku kesal dengan melempar semua pakaian itu, saat ku melihat kedasar lemari, ada beberapa tumpukan baju disana, ku ambil pakaian itu yang ternyata adalah celana Jeans hitam "akhirnyaaa...." ku mencari pakaian yang sekiranya cocok dengan celana jeans ini dan ku dapati baju ketat tanpa lengan berwarna pink dan ditutupi oleh rompi berwarna biru tua.

"aku siap sekarang" dengan senyuman yang sangat sempurna pagi ini dapat ku nikmati. ku menyisir rambutku dengan sangat rapi tanpa ada sehelai rambut pun ku lewatkan.

"kriiiiiing..kriiiing.." telpon dimeja berbunyi, siapa pagi-pagi seperti ini sudah menelpon?. ku angkat telpon itu dan terdengar suara dari dalam telpon itu suara yang ku kenal "selamat pagi nona Lia, apakah anda sudah siap?" ternyata paman Pagan, dia memberitahukanku kalau sudah saatnya untuk sarapan dan yang lain sudah menunggu.

aku bergegas keluar kamar dan berjalan sambil bersenandung menuruni tangga, saat ku melihat kearah bawah kulihat ada Sora yang sedang berjalan "Soraaaaa selamat pagiiii.....!!!" ku melambaikan tangan padanya dan menuruni tangga menghampirinya "pagi Lia.." dia tersenyum padaku "mau ke ruang makan ya? kita kesana bersama-sama ya" mintaku dengan gembira

"iya, aku kira kau sudah ada disana sejak tadi Lia"

"aku terlalu lama menikmati air....hehe"

****
 
Pantai

tiba saatnya latihanku dimulai, Toru mengajak ku ke pinggir pantai, karena memang letak DeepBlue itu hanya beberapa ratus meter dari pantai dan pantai itu masih dalam wilayah perisai jadi akan aman untuk kami berlatih disini.

"kau sudah siap Lia?" tanya Toru padaku sambil menatap bibir pantai. kulihat arus ombak dipantai saat ini sedang baik, tidak begitu besar jadi pasti aman "ya aku siap" sambil menelan ludah ku

"kau tidak usah tegang seperti itu hahaha" toru tertawa melihatku yang gugup seperti akan di ceramahi guru

"bagaimana tidak gugup? kita dipantai mau apa???" tanyaku kesal

"kita kesini untuk berlatih" senyumya selalu saja membuatku terpesona "aku memilih dipantai karena air adalah elemen yang paling aman untuk berlatih"

toru membungkukan tubuhnya dan mengulurkan tangan mengarah ke air yang ada dipantai, lalu perlahan-lahan air itu bergerak seperti tersedot oleh tangannya, air itu seperti seutas tambang yang meliuk-liuk mendekati tangannya, toru mengangkat tangannya dan mengarahkannya kepadaku lalu saat itu juga air itu mengikuti arah tangan Toru "Craaaat..." air itu mengenai tepat di wajahku dan wajahku menjadi basah.

"Toruuuuuu...! kenapa kau mengarahkannya padaku haa?" aku mengepalkan tanganku siap memukulnya

"hahaha...itu pemanasan, nanti juga kau akan basah Lia" dia mentertawakan ku seperti melihat anak kecil yang tercebur kedalam kolam saja

"jangan bercanda, langsung saja ajarkan aku melakukannya" gerutu ku padanya

"agar lebih mudah masuklah kedalam air dulu, ditempatmu terlalu jauh akan susah nanti" toru melangkah memasuki air laut, hingga mencapai pahanya, lalu dengan ragu-ragu aku mengikutinya masuk kedalam sana "ooh dingin sekali..." bulu kuduk ku langsung berdiri saat menyentuh air.

" pertama-tama kau harus rileks, agar semua berjalan sesuai dengan keinginan kita, mengerti?"

"ok, ok" ku menarik nafas yang dalam lalu menghembuskannya kembali. Toru mengambil posisi tepat didepanku dan hanya berjarak satu meter saja "kita mulai dari dasar dulu ya, pertama-tama kau harus bisa mengontrol air di sekelilingmu, jika kau sudah menguasainya kita akan ketahap selanjutnya yaitu menggunakan air untuk menyerang ok?" aku mendengarkan dengan seksama dan aku tidak boleh melewatkan intruksinya sedikitpun

"tidak perlu tegang seperti itu, nanti kau malah tidak akan konsentrasi. anggap saja kita sekarang sedang bermain air biasa seperti halnya anak-anak" jelasnya sambil tersenyum

"iya aku mengerti Toru sensei.." ledek ku agar aku lebih tenang

Toru pun mulai memberikanku arahan cara menggunakan energi chi ku untuk menaklukan air, ku mencoba melakukan seperti yang dilakukan olehnya, namun usahaku sia-sia air ini tidak mau bergerak, Toru tidak berputus asa dia yakin aku pasti bisa, ku mulai berkonsentrasi dengan memejamkan mataku, ku arahkan tangan kananku ke permukaan air ku pusatkan energi chi ku di tengah telapak tangan dan mulai mnganangkatnya perlahan

"buka matamu Lia..lihatlah tangan mu" aku menoleh ke tangan kananku...ya ampun aku berhasil melakukannya, air meliuk-liuk di telapak tanganku seperti tambang kecil menggantung dibawah tanganku "aku berhasil!" aku senang sekali hingga membuyarkan konsentrasiku dan "Craaak.." air itu terjatuh lagi ".........." aku tidak bisa bicara apapun melihat airnya terjatuh.

"ahahaha kau hanya perlu belajar lebih berkonsentrasi. kau tau, berlatih ini semua seperti berlatih menaiki sepeda" tangannya dikepalkan dan hanya menjulurkan jari telunjuknya lalu dia mulai menggerakkan tangannya ke atas dan menggerakkan tangannya mengelilingi kepala membentuk huruf "O" lalu tiba-tiba ku merasakan air di sekitarku dan Toru bergetar dan dari arah kiri Toru melesat seperti seekor ular piton raksasa yang terbuat dari air dan berputar mengelilingi aku dan toru dan melesat ke atas menjadi seperti sebuah Spiral tang terbuat dari air.

Toru pun menurunkan tangannya, namun Spiral air itu tidak jatuh sama sekali "kau lihat? kau hanya butuh berkonsentrasi pada air di sekitarmu tanpa tangan pun kau bisa melakukannya" jelasnya dengan tersenyum padaku.

aku begitu terpana dengan apa yang ku lihat ini, sehingga membangkitkan semangatku yang tadi sempat memudar tanpa ku sadari tanganku sudah berada di atas permukaan air dan aku langsung saja melesatkan tanganku ke arah atas dan "Wuzzzzz..." air yang cukup besar meluncur ke atas dan menghancurkan Spiral yang Toru buat dan jatuh membasah kami.

"ups maaf..." toru hanya mencibir dengan melipat tangannya di depan dadanya yang bidang itu "kau terlalu bersemangat ya" badan kami menjadi basah semua.

beberapa jam berlalu dan aku pun mulai terbiasa dengan air juga sudah bisa mengendalikannya, maka toru memutuskan untuk ke tahap selanjutnya

"kau sudah bisa menguasainya Lia, seperti dugaanku kau pasti bisa menguasainya dengan cepat" pujiannya sangat berlebihan mengingat ini hanya latihan dasar saja "kalau begitu sekarang kita mulai ke tahap selanjutnya tahap pengendalianmu terhadap air untuk menyerang dan mempertahankan diri dari serangan lawan"

"lalu siapa lawanku?"

"aku tentunya.." dia tersenyum bersemangat seolah-olah sudah menantikan hal ini, waktu untuk menghajarku habis-habisan

"kau tidak asal bicara kan Toru?" mulutku mencibir padanya seolah aku meremehkannya

"kenapa?kau takut padaku Lia?" dia mengambil kuda-kuda siap menyerangku dan aku pun mau tidak mau harus siaga atas gerakan apa yang akan dilakukan olehnya. mata kami bertemu dan saling mengawasi tanpa berkedip sama sekali, jika salah satu dari kami berkedip pasti akan langsung diserang oleh lawan. saat kami sedang serius seperti ini tiba-tiba dari kejauhan ada yang berteriak "Heeeeeeiiii... Lia...Toruuuu..." oh bagus ternyata yang datang adalah sora, meyling, Ami, Yasha, Duo, Toma dan yang lainnya
 
"kami terlambat ya?" tanya Duo "yah, sedikit terlambat" jelas toru terkekeh pada mereka

"sudah sampai tahap apa sekarang?" Toma menanyakan kemajuanku pada Toru dan diceritakanlah kejadian yang tadi kami lalui.

"wah kau benar-benar diluar dugaan Lia, sesingkat ini sudah bisa menguasainya" Meyling memujiku dengan rasa takjub

"aku membawakan pakaian ganti untuk kalian, karena hari sudah siang aku rasa kita akan makan disini menemani kalian berlatih" Sora meletakkan pakaian dan makanan di pinggir pantai di bawah sebuah pohon rindang

"terima kasih Sora, itu sangat membantu kami" kata Toru senang

"ya sudah kalian lanjutkan, kami ingin melihat kemajuan Lia dengan mata kami sendiri" pinta Duo pada kami berdua. akirnya Toru mengambil kuda-kuda kembali dan menatapku tetapi dia kembali berbicara pada mereka

"aku dan Lia akan mulai tahap pertarungan" senyumnya mencibir lebar

"apaa??? kau yakin? apa tidak terlalu cepat Toru?" Ami tampak cemas mengatakan itu

"Tenang saja Ami, aku bisa mengalahkan Lelaki Sok kuat yang berada di depanku ini" cibirku padanya dan memasang kuda-kuda ku

"baiklah kita akan melihatnya" kata Narisa

"karena aku belum mengajarkan untuk mengoyak dengan air aku rasa sudah cukup aman untuk melakukan duel, ini juga untuk Lia sendiri agar bisa menjaga diri bila terjadi hal yang tidak diinginkan"

"terima kasih sudah mengkhawatirkanku Toru" cibirku

dalam hitungan ke tiga Toru mulai menyerangku dan tepat mengenai muka ku "akh.." langsung ku balas juga menyerangnya. dengan kedua tangan ku arahkan air ke tubuhnya saat air meluncur tiba-tiba di depan Toru keluar air yang menghalangi tubuhnya dari seranganku

"pertahanan sangat penting Lia" tanpa ragu dia mengembalikan seranganku dan aku langsung berputar dan melingkari diriku dengan air, akupun tak terkena serangannya

"cukup bagus" katanya padaku lalu dia menyerangku secara bertubi-tubi. dia mengarahkan sepuluh jarinya kepadaku dan melesatlah puluhan peluru air yang menghujamiku, aku agak sulit bernafas karena tertutup air yang mengenai tubuhku lalu saat aku terdesak aku berteriak "AAaaaaaaaaaaaaa......!!!!" udara di sekitarku menghempaskan Toru hingga satu meter dari tempatnya semula dan teman-teman lain yang berada di pinggir pantai menutupi wajah masing-masing dari cipratan air

"Lia, kau menghempaskanku dengan udara bukan air" jelas Toru heran padaku

"udara?" aku tidak mengerti sama sekali "aku tidak tau, aku hanya ingin menyingkirkan air itu dari wajahku karena aku tidak bisa bernafas" jelasku pada mereka

"hebat sekali hahahahahha kau benar-benar diluar dugaan Lia kau bahkan belum diajarkan menggunakan udara pada siapapun diantara kami tapi kau menghempaskan Toru dengan sekali hentakan" Duo tertawa terkekeh kagum padaku

"padahal tadi cukup seru, kau malah menggunakan udara itu, toru jadi kalah darimu" jelas Yasha kecewa

"Haachuuuu....!!" tiba-tiba aku bersin

"kurasa sudah cukup untuk hari ini, kau sudah kedinginan kalau dilanjutkan kau bisa demam" kata toru, dan dia menarik tanganku dan menuju pinggir pantai keluar dari air dan mengambil haduk yang dibawa oleh Sora untuk kami.

setelah berganti baju kami menyantap makan siang yang dibawakan oleh mereka, rasanya sangat nikmat makan di pinggir pantai seperti ini dengan mereka.

kami mengabiskan makanan dengan diiringi canda dan gurau yang biasa kami celotehkan di antara kami.

******



Bersambung~
 
Chapter 4 : Bisikan




Hari ini sangat cerah, secerah hari kemarin saat aku latihan mengendalikan air di sekitar ku, kini aku sudah terbiasa dengan air, karena kemarin sampai malam aku melatihnya terus dengan segelas air. saat mandi pun aku jadi tidak bisa diam, aku hanya terus dan terus menikmati bermain dengan gelombang air yang aku buat, melilit tubuhku, melayang, seru sekali.

Toru berjanji hari ini akan mengajarkanku satu Teknik yang pasti akan ku suka tapi dia tidak memberitahukanku teknik apa itu, jadi membuatku tambah penasaran. selesai sarapan pagi ini aku akan bertemu dengannya di Taman depan Kastil.

aku berjalan menuju taman sendirian, karena aku tidak mau ada yang tau kalau aku akan pergi dengan Toru, sejujurnya aku pun merahasiakan banyak hal tentang kemampuanku ini dari semua orang yang berasal dari duniaku, aku tidak mau membuat mereka takut, semua teman Hikatodwu juga sudah mengerti akan hal itu, jadi mereka pun tidak menggunakan kekuatan mereka didepan teman dan keluargaku.

"Lia..." suara wanita itu lagi. aku menghentikan langkahku dan melihat kesegala arah mencari suara wanita itu "Lia..." wajahku memucat, aku teringat mimpiku yang waktu itu "si siapa itu!" aku bergerak mundur selangkah dan waspada "perlihatkan wujudmu!" teriak ku entah pada siapa dan tiba-tiba muncul wajah wanita itu di dalam kepalaku "kyaaaaa...!!!" aku menutup mata dan berlari sekencang-kencangnya berusaha menjauh, tapi percuma suara itu terdengar lagi "pinjamkan aku kekuatanmu Lia..." ku terus berlari dan berlari "jangan ganggu aku!" teriak ku padanya

tanpa ku sadari aku telah sampai di tempat janjian, ku melihat ada Toru sedang duduk di bangku putih panjang di tengah-tengah taman yang penuh dengan bunga warna-warni, tapi dia tidak sendiri. teman-teman yang lain mengikuti kami "pagi Lia.." sapa Toru dengan melambaikan tangannya padaku

"syukurlah kalian ada disini..." kataku dengan wajah suram dan menghentikan lariku tepat didepan mereka "mukamu pucat sekali, ada apa?" tanya Toru khawatir. teman-teman pun melihatku dengan penasaran kenapa aku terengah-engah seperti ini.

"ada yang mengikutiku....." wajahku makin suram didepan mereka, dan mereka pun terkejut "siapa yang mengikutimu?" tanya Ami padaku, yang lain otomatis melirik kesegala arah mencari sosok orang yang mencurigakan.

"aku tidak tau.. aku hanya mendengar suaranya, dan wajah itu... selalu muncul di dalam kepalaku.." aku agak tersentak memberitahukan hal ini pada mereka "di dalam kepalamu..?"

"iya, seorang wanita.. berambut merah panjang dan bermata merah pula, dia ingin membunuhku" pekik ku pada mereka.

"hei, diantara kalian siapa yang menggoda Lia dengan mengirimi dia Telepati seperti itu?" Sora menceramahi para lelaki yang ada disini dan menuding mereka mengirimkan telepati palsu kedalam pikiranku

"ayo mengaku saja.." desak sora.

"kami tidak akan melakukan hal rendahan seperti itu " bantah Yasha pada sora

"lebih menarik mengerjainya dengan mengajaknya Duel kan? menakut-nakuti seperti itu sama halnya seperti banci untuk kami" jelas Duo

"itu bukan ulah mereka Sora, sebenarnya...." aku ragu untuk menceritakannya karena aku takut itu semua hanya halusinasiku saja

"kenapa? ayo ceritakan saja pada kami semua agar kau juga merasa lebih baik" bujuk Toru padaku
 
"begini...."aku duduk di tengah-tengah mereka dan menunduk menceritakan semua ini "dua malam yang lalu, aku bermimpi, bertemu wanita yang sama dengan yang tadi mengejarku..." semua mendengarkan dengan serius tanpa bersuara, ku ceritakan detail semua yang kulihat dimimpi itu sampai aku terbangun dan akhirnya mendengar suara-suara aneh dari wanita itu.

"Lia...." suara itu memanggilku lagi saat aku masih tengah bercerita pada semuanya " suaranya terdengar lagi! kalian mendengarnya?" mereka semua menggelengkan kepala, tidak ada satupun diantara mereka yang bisa mendengar suara itu, lalu suara itu menghilang kembali " suaranya berhenti..."

"mungkinkah itu mereka?" selidik Relena

"siapa?" tanyaku

"Pixie, dia mencoba untuk memasuki pikiranmu"

"tapi..." kataku ragu

"kenapa bisa? harusnya pelindung ini kuat menahan mereka kontak dengan kita baik fisik maupun mental" jawab Toma

mereka jadi merasa panik dan memutuskan untuk mengecek kembali perisal yang sudah dipasang. semua berpencar ketempat masing-masing dan aku bersama Toru tetap di taman untuk melanjutkan latihanku.

"Toru... aku tidak yakin itu Pixie.." jelasku pada Toru "dia berbeda.. aku merasa sangat mengenalnya." kataku lirih "tapi..kenapa dia ingin membunuhku..." ku menatap wajah Toru

"yah, sekarang tidak usah kita pikirkan, masih ada yang harus kita lakukan bukan?" senyumnya padaku "suara itu tidak ada lagi kan? kita akan mulai bersenang-senang... ayo ketengah taman" ajaknya dengan menarik tanganku.

"kita mau apa?" kataku sambil mengimbangi tarikan tangannya

"kita ingin kau bisa mengikuti ku pergi ke atas sana" Toru menunjuk arah atap kastil Deepblue dengan tersenyum

"apa maksudmu ke atas sana???" aku melirik kearah Toru dengan agak sinis

Toru memejamkan matanya sebentar lalu tersenyum padaku "perhatikan ya" pintanya. perlahan-lahan ku melihat tubuhnya bertambah tinggi dan tinggi sekitar 20cm, tapi tunggu dulu, aku melihat ke arah kakinya, ternyata kakinya tidak menginjak tanah. dia melayang bukan bertambah tinggi.

"Toru...kaki mu..."pikir ku bingung

"haha iya. kau mau coba?" senyumnya membujuk ku dan aku tidak bisa menolaknya

"ulurkan tanganmu" pintanya dengan mengulurkan tangan kirinya untuk meraihku. ku berikan tangan kananku padanya dan aku menyentuhnya. perlahan-lahan tubuhku terangkat dan menjauhi permukaan tanah "ah...." aku gugup dan agak sedikit terkejut "tenang.. aku akan pegang tanganmu.." toru meraih tanganku yang masih bebas.

"nah.. sudah siap untuk berlatih keseimbangan?" Toru melepaskan tangannya perlahan-lahan

"ba-bagaimana caranya? tubuhku terasa sangat ringan Toru" aku bingung harus berbuat apa, sedangkan tangannya sudah melepas satu tanganku

"kau harus tenang, dan jangan bergerak sembarangan" jelasnya sambil melepas 1 tangannya pelan-pelan dari tanganku hingga aku tak berpegangan sama sekali padanya. ah aku bisa, aku mengapung tanpa kesulitan aku tersenyum namun tiba-tiba ada angin yang berhembus dan menggoyangkan badanku "kyaaaaaa..." tubuhku tiba-tiba berputar dan membuatku berubah posisi. kepalaku dibawah dan kakiku di atas

"kyaaaa Toru......" aku mengulur-ulurkan tanganku untuk menggapainya namun aku tidak dapat bergerak sama sekali, aku benar-benar hilang keseimbangan, aku seperti anak kecil yang melambai-lambaikan tangan meminta pertolongan "bantu aku.... kyaaaa...!!!" aku tidak bisa berbalik ke posisi semula sampai aku pasrah tapi toru malah mentertawakan ku "hahahaha"

"kenapa kau malah mentertawaiku? bantu aku bodoh...." rengek ku masih dalam keadaan terbalik dan merajuk

"kau ini, caranya sama seperti kita saat berenang, saat berenang pun, gaya Gravitasi di sekliling kita menjadi sangat kecil dan tidak terasa. kau hanya perlu tenang dan perlahan-lahan memutar tubuhmu seperti ini " lalu dia membalik tubuhnya seperti keadaanku sekarang "nah, mudah kan? kau hanya perlu menggerakkan kakimu seperti di dalam air untuk berubah arah badanmu" dia menggerakkan kakinya untuk kembali keposisi semula "cobalah.." senyumnya sambil melipat tangannya di dada dengan tubuhnya yang melayang

"Toru..masalahnya.. aku kan tidak bisa berenang..." muka ku suram

"hahaha..ya ampun.. merepotkan juga seperti ini " garuk-garuk kepala

"memangnya kapan kau melihatku berenang haaah?" kataku sebal

"hahahah.. baiklah.. aku akan mengajarimu dari awal... tapi pasti memakan cukup waktu. dan sebaiknya kau sudah menguasainya sebelum teman-teman yang lain sampai kesini "he?" aku syok. aku pasti akan di tertawai habis-habiskan oleh mereka jika melihat kejadian memalukan seperti ini " kalau begitu ajari aku... balik kan badanku balik kan seperti semula!!" pintaku padanya

"hahaha iya-iya..kita mulai dari dasar ya" tertawanya kecil
 
dengan sabar Toru mengajariku langkah demi langkah, belajar turun, naik, maju dan mundur semua dijelaskannya secara terperinci, yang awalnya sangat sulit kini bisa kumengerti. sangat menyenangkan bisa melakukannya, aku merasa seperti kapas yang melayang tanpa beban..tiap gerakan tubuhku seperti sebuah tarian lembut. kini aku sudah bisa menguasainya walau tidak semahir Toru.

"sepertinya kau sudah bisa mengikutiku ke atas sana" katanya senang " kau sudah siap kan? tinggal menghentakkan kakimu untuk melangkah maju ok?" jelasnya sambil menghadap arah atap kastil. "iya. jangan terlalu cepat ya" pintaku padanya dengan gugup

"kau duluan saja yang bergerak, agar aku bisa mengimbangi kecepatanmu " jelasnya

"baiklah... jaga aku agar tidak jatuh ya" kataku

aku langsung menghentakkan kakiku dari tanah dan "wuzzz..." majulah aku bergerak makin naik ke depan menuju ke arah atap kastil Deepblue, dan Toru menyusul di sampingku tidak lama terbang sampailah kakiku menginjak atap "Tap" ku melihat ke arah depanku dan betapa indahnya pemandangan disana.. "waaaah...." kulihat gunung dan lautan beriringan sangat indah betapa menyenangkan melihat hal-hal yang jarang sekali dapat kulihat.. karena selama aku tinggal di duniaku, aku jarang sekali menikmati hidup diluar menikmati pemandangan seperti ini..ya, aku tidak pernah merasakan hal-hal menyenangkan seperti yang beberapa hari ini kurasakan.

melihat wajahku yang tiba-tiba murung toru merasa khawatir "kau tidak apa-apa Lia?" menatapku

"iya, tidak apa-apa... aku hanya terharu bisa melakukan semua ini dan bisa melihat ini semua" pandanganku lurus kedepan, tapi Toru pasti bisa membaca raut wajahku yang sesungguhnya, lalu saat ku melihat kebawah, ada beberapa orang disana yang menarik perhatianku.. itu teman-teman dari duniaku dan juga ada.. "Leo, wisnu, Mora..." mulutku berbisik

"oh ada mereka yah" Toru melihat apa yang kulihat "mereka pasti bosan hanya didalam, biarkan saja mereka melakukan kegiatan diluar itu lebih baik"

"i, iya..." ku merasakan hal tidak enak saat melihat ketiga orang itu, lalu tiba-tiba suara itu terdengar lagi "akhirnya kutemukan..." aku terkejut dan melihat ke arah belakangku. ku terdiam sesaat "Toru...suara itu lagi" kataku bergetar "kutemukan juga mereka..." terdengar suara itu makin bersemangat.

"mereka..?" ku menatap ke arah teman-temanku yang berada jauh dibawah sana, lalu aku fokus kepada ketiga orang itu dan "Kyaaaaa..!!" aku jatuh terduduk dan ku gemetar

"Lia!" toru panik dan memegangi tubuhku "kau baik-baik saja?" wajah toru kulihat sangat cemas

"Toru...."ku melihat kearah Toru yang tepat didepan wajahku, entah kenapa tiba-tiba wajahnya terkejut melihat wajahku yang pucat.

"ada apa toru?" tanyaku heran

"ti tidak ada apa-apa.. sepertinya aku salah lihat tadi.." sambil matanya dia pegang dengan satu tangannya. aku memikirkan yang terjadi kurasakan, apa itu tadi? aku merasa seperti ada yang ingin keluar dari dalam tubuhku, tapi aku tidak tau apa itu.



"Lia...Toru....sedang apa kalian diatas sana....ooeeeee.....!!" Yasha berteriak dari arah belakang Kastil dia sudah bersama yang lainnya. Toru dan aku memutuskan untuk turun dan bergabung dengan mereka, lalu memperlihatkan kasil latihanku sejak tadi, semua sangat gembira tau aku bisa menguasainya. dan mereka mengajak ku dan Toru berkeliling mengitari daerah laut dan pegunungan dengan terbang diatasnya, awalnya aku takut karena aku akan ada tinggi di atas daratan, tapi rasa takut itu hilang karena ada teman-temanku disini yang akan setia menolongku bila ku terjatuh...



apapun yang ada di dalam tubuhku ini, aku akan menyimpan rahasia ini sementara waktu, aku tidak ingin semua kebahagiaan ini lenyap menjadi kecemasan seperti tadi. aku ingin menikmatinya sedikit lagi... dan aku bahagia... bisa bersama-sama kalian semua... bersama kita pasti bisa melakukan apapun.. ya kan teman-teman.



semua melaju di udara dengan riang gembira ada yang berbelok-belok menukik, terbang sambil memainkan air laut yang ada di bawah kami, semua gembira bersama... ya, semoga kegembiraan ini tidak akan pernah hilang... aku tidak bisa membiarkannya menghilang karena semuanya begitu berharga untuk ku.

*****

Bersambung~
 
Chapter 5
Jiwa Yang Terusik




hari ini melelahkan sekali, setelah kemarin aku bisa bergerak di udara, hari ini aku berlatih menggunakan kombinasi pengendalian air dengan mempertahankan tingkat ketinggianku melayang di atas air. itu sangat sulit hingga memakan waktu hingga sore, aku langsung kedalam kamar untuk beristirahat.

keluarga dan teman-teman dari duniaku pasti merasa bingung, karena diriku jarang sekali bersama mereka. aku tidak bisa mamberitahukan yang sebenarnya kepada mereka karena pasti mereka akan ketakutan. cukup aku saja yang mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi jangan melibatkan mereka terlalu jauh.

"aku lelah sekali...aku ingin langsung tidur saja..." gerutu ku sambil memeluk guling yang tepat ada di sampingku. tidak membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya akupun tertidur.

saatku telah terlelap dan semua terasa gelap.. entah kenapa aku merasakan ada seseorang disampingku..saat aku membuka mata ku coba untuk membiasakan mataku agar bisa melihat lebih jelas, saat aku telah jelas melihat aku sangat terkejut..karena saat ini aku sudah tidak ada dikamarku lagi.

aku berada di atap istana berwarna hijau yang pernah kulihat didalam mimpiku belum lama ini, dan aku melirik ke arah kananku, aku sontak terkejut dan mundur..didepanku ada wanita yang selalu memanggilku.

"kau..kau...mau apa kau?" tanyaku dalam keadaan takut.

pandangan wanita itu sangat dingin.. matanya yang merah membuatnya makin menakutkan "aku hanya ingin menggunakan tubuhmu. ada yang harus ku selesaikan" katanya datar "apa hubungannya denganku? jika itu urusanmu, lakukan lah sendiri.." kataku dengan gemetar

wanita itu berjalan mendekatiku dengan wajah penuh amarah dia berlutut dan mendekatkan wajahnya padaku "ini juga urusanmu, urusan kita... hanya bisa dengan menggunakan tubuhmu semua ini akan selesai..." katanya geram

aku mulai mundur sedikit demi sedikit menghindari wanita itu "aku tidak mau" kataku gemetar "kau harus mau.. karena kau juga pasti menginginkan mereka mati" pancingnya menguji ku. siapa yang dia maksudkan untuk mati? apakah mungkin mereka bertiga?

"kau ingin membunuh Leo, wisnu dan Mora?" perasaanku makin tidak enak. aku menyeret tubuhku kebelakang, menjauh dari dirinya tapi sialnya aku lupa kalau aku ada di atap istana dan akhirnya karena dibelakangku tidak ada pijakan lagi, akupun terjatuh "kyaaaaa..." aku tidak sadarkan diri. dan wanita itu hanya menatapku dengan dingin lalu meluncur turun mendekatiku.

"kau beristirahat saja dengan tenang.. aku yang akan menyelesaikannya.. Lia..." katanya sambil menatapku yang tergeletak tidak sadarkan diri

saat aku hilang kesadaran itu...aku melihat kenangan wanita itu, dia begitu kesepian selalu sendiri di istana itu, selalu menatap lirih Bulan purnama yang cemerlang dari atas istana seolah-olah dia sedang menanti sesuatu, raut wajahnya tidak sekejam yang aku temui.. saat yang kini aku lihat dia sangat lembut.

dadaku terasa sakit, perasaan apa ini? perasaan ini sangat tidak menyenangkan, perasaan ini seperti perasaan yang selalu ingin kulupakan. perasaan yang sangan menyedihkan. semuanya terasa gelap makin gelap dan sangat gelap....

******
 
Toru

jam menunjukan sudah jam 1 malam, semua penghuni DeepBlue sudah tertidur nyenyak suasana malam yang sangat sunyi dan tenang dipecahkan oleh jeritan orang-orang yang ketakutan dari salah satu kamar yang ada di kastil ini

Toru langsung terbangun mendengarkan jeritan itu dan tanpa pikir panjang langsung melesat keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi. kamar demi kamar dilewati begitu juga kamar Lia dan sampailah di depan kamar teman-teman Pria Lia dan disana sudah banyak orang yang datang

"ada apa?" tanya Toru pada yang lainnya "mereka ketakutan karena melihat sosok makhluk misterius" Kata Toma menjelaskan pada Toru

"bisa kalian memberi gambaran seperti apa makhluknya?" selidik Relena

"tidak begitu jelas, karena ruangan kamar ini gelap tapi sepertinya besar" jelas si A

"awalnya tidak ada yang mencurigakan, tapi tiba-tiba jendela beranda kamar terbuka dan ada suara gaduh, saat aku membuka mata ada bayangan besar yang berdiri di beranda kamar dan melompat pergi" kata si B gemetar

"tapi tidak ada yang terluka kan?" Relena memastikan semua baik-baik saja

"guys...sepertinya kita kehilangan beberapa teman kita" lirik Mark pada semuanya "Leo,Wisnu dan Mora menghilang"

Ka Lisa mendekati jendela beranda kamar itu dan menunduk untuk mengambil sesuatu dibawah "semua, lihat ini!" ka Lisa menunjukan sehelai bulu berwarna merah "bulu merah?" relena heran. " wajar dia bisa menghilang dari lantai dua seperti ini dengan membawa ketiga orang itu, jika dia memiliki sayap pasti dengan mudah dia melarikan diri"jelas Ka Lisa

"Tapi kenapa mereka bertiga yang di incar?" tanya Mark

"mereka Lemah, wajar akan jadi santapan makhluk macam itu" cibir Yasha pada mereka

"......." Toru terdiam dan mengingat sesuatu lalu tiba-tiba dia berlari keluar dari kamar itu menuju ke arah kamar Lia.

"ada apa dengan Toru?" tanya Duo yang masih di dalam kamar pada dirinya sendiri "aku akan mengikutinya" Toma berlari mengejar Toru dan ikut berhenti didepan kamar Lia

"aku punya Firasat buruk akan hal ini" jelas toru pada Toma, dan perlahan-lahan mulai membuka pintu. saat pintu terbuka ruangan masih sangat gelap Toru masuk disusul Toma dan menyalakan lampu lalu mereka terkejut dengan isi kamar itu sudah kosong tidak ada Lia "Lia tidak ada" jawab Toma, Toru pun mendekati tempat tidur Lia dan melihat ada beberapa helai bulu berwana merah, bulu yang sama yang ditemukan dikamar teman-Teman Lia

"apakah Lia juga ikut dibawa?" tanya Toma datar
Toru terus berfikir dan hanya diam sedangkan Toma terus menelusuri isi kamar Lia untuk mencari petunjuk lain. Toru terus menatap bulu itu dan mengingat kejadian saat latihan bersama Lia tadi, waktu dia memegang lia saat jatuh terduduk, sesaat dia melihat mata Lia berubah menjadi Merah

"apakah ini mungkin...?" tanya nya dalam hati

"kau tau sesuatu Toru?"tanya Toma padanya

"kita bahas hal ini bersama yang lain, aku tidak tau apakah yang aku pikirkan ini benar, karena aku belum yakin pasti" jelasnya dan langsung beranjak pergi dari kamar Lia menuju kamar sebelumnya.gemuruh suara langkah kaki berlarian mendekati kamar itu lalu tibalah Toru dan Toma dengan tergesa-gesa menunjukan bulu itu pada mereka

"lihat ini" toru mengulurkan Bulu itu pada Ka Lisa "itu bulu yang sama dengan yang ditemukan dikamar ini" jelasnya

"dimana kau mendapatkannya?"

"itu kutemukan dikamar Lia, dan Lia pun tidak ada dikamarnya"

"jadi Lia juga di bawanya" jelas ka Lisa datar

"ada kemungkinan lain" jelas toru menatap serius mereka "ada kemungkinan bulu itu berasal dari sayap Lia sendiri" jelasnya tegas

"mana mungkin, Lia itu mempunyai Sayap berwarna Putih, bukan berwarna merah" Sakura meyakinkan Toru.

"sebenarnya siang tadi saat latihan sepintas terjadi hal aneh pada dirinya." toru menggenggam bulu berwarna merah itu kuat-kuat "saat kalian pergi, aku dan Lia berlatih, lalu dia sempat di hantui suara itu lagi. hingga dia jatuh terduduk dan aku menopangnya, pada saat itulah keanehan terjadi pada dirinya hanya sebentar" jelasnya

"apa yang aneh pada dirinya toru?" tanya Relena penasaran

"matanya berubah menjadi merah, walau hanya beberapa detik..." jelas Toru sangat sedih "Pasti itu yang dimaksudkan Putri tentang energi Negative yang ada di diri Lia" toru makin mengepalkan tangannya pada bulu itu sampai bulu itu rusak

"itu bisa saja terjadi, sekarang kita harus bisa menemukan mereka sebelum terjadi hal-hal yang tidak di inginkan" jelas ka Wiliam tegas kepada semuanya

teman-teman Lia yang berasal dari Dunianya merasa bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya, tidak mengerti tentang apa yang mereka bicarakan.

"memang siapa yang membawa Leo,wisnu dan Mora?" tanya si A pada mereka

"lalu apa maksudnya Lia mempunyai sayap berwarna putih? Lia kan manusia seperti kita, mana mungkin dia punya sayap" selidik si B

"hei kalian lebih baik kembali tidur, tidak usah memikirkan hal yang kalian tidak tau" gertak Duo pada mereka "menyebalkan sekali" gerutunya

"kau jangan lupa, yang hilang itu juga teman-teman kami. kami berhak untuk tau.." geram si C sangar sambil duduk melihat ke arah Duo dan yang lain "dan Lia terjebak juga bersama mereka kan?" lanjutnya

"Ciih, kalian mengancam kami?" tanya Hero menantang "kalau kalian tau yang sebenarnya aku jamin kalian tidak akan bisa tidur dengan tenang seperti malam-malam sebelumnya" jelasnya

"tapi memang mereka berhak untuk tau, dan disembunyikan pun akan percuma, suatu saat pasti mereka akan tau dan harus tau" jelas Shiho

"biar Shiho saja yang menceritakan pada mereka. Yang laki-laki ikut brsamaku, kita akan mencari mereka" perintah ka Wiliam telah terucap dan bergegaslah 10 orang anggota Hikatodwu keluar kastil dan mendengarkan intruksi ka Wiliam.

sedangkan anggota wanita berjaga-jaga di dalam kastil karena tidak menutup kemungkinan mereka ada di dalam kastil sedang bersembunyi.

"kita berpencari secara berpasangan. jika ada yang melihat tanda-tandanya jangan bertindak sendiri, kita tidak tau apa yang akan kita hadapi...." jelas ka Wiliam

"kau coba hubungi Lia dengan Telepati, mungkin dia bisa mendengarnya ok Toru" pinta Shinji pada Toru

"iya, akan aku coba"

"kalau begitu kita mulai berpencar, kita cari didalam perbatasan dulu, kita bertemu lagi disini" jelas ka Wiliam

segeralah mereka berpecar Toru dengan Toma, Heero dengan Duo, Shin dengan Akira, Natsu dengan Fuji, Wiliam dengan Yasha. mereka berpencar ke arah yang berlawanan. mereka mencari tiap sudut, tiap ruangan, tiap semak-semak namun tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan mereka.

setelah beberapa lama dan semua menyerah untuk mencarinya akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ketempat semula. tapi ditempat Shin dan Akira, mereka menemukan jejak, di tanah tergeletak beberapa helai bulu merah "ini bulu yang sama.." kata Akira "kita beritahu yang lain" kata Shin sambil pergi menuju tempat pertemuan.

"tidak ada dimanapun, kalian menemukan sesuatu?" tanya ka Wiliam

semua menggelengkan kepala dengan tatapan penuh kecewa, namun Shin maju dengan sehelai bulu merah di tangannya "kami menemukan jejaknya" sambil memberikan Bulu merah yang dia temukan dan memberitahukan lokasi ditemukannya bulu itu.

"ada kemungkinan mereka menuju kedalam hutan belakang DeepBlue" jelas Akira

Toru terkejut dan sedikit berteriak "Hutan? hutan sudah diluar garis pelindung! disana berbahaya...!" jerit toru dengan mengkerutkan alisnya, wajahnya sangat khawatir..dia bukan mengkhawatirkan Leo, wisnu dan Mora, semua tau yang Toru khawatirkan adalah Lia.

"kita beritahukan dulu kepada yang lain, lalu kita putuskan langkah apa yang akan kita ambil" jelas WIliam

"kalau terlalu lama berbahaya untuk mereka, lagipula Lia pasti dalam keadaan tidak sadar dan akan mengancam keselamatan Leo dan yang lainnya" jelas Toru

Wiliam mengerti kepanikan yang dirasakan oleh Toru, dengan menarik nafas Wiliam mengambil keputusan "baiklah... Toru bersama Yasha dan Toma susul mereka, kami akan kembali kedalam dan memberitahukan yang lain, kami akan segera menyusul kalian" jelasnya "ingat, jangan gegabah kita tidak tahu apa yang kita hadapi nanti" Toru dan yang lain mengangguk lalu mereka melesat memasuki hutan secepat angin, karena mereka menggunakan peringan tubuh untuk bergerak.

*****
 
Back
Top