Mine

QRi_Reichi

New member
Ini cerita sebelumnya dari Two Keys- Kyuri Kyoko yang udah aku post dari kapan tau.. Tapi entah kenapa judulnya ga sesuai sama isinya. Gomen ne, minna-san. Aku lemah soal judul cerita. >.<
I'm a beginner.
Happy reading. Dan sekedar mengingatkan saja, siapkan P3K.

“Inilah tempat yang akan kau tempati selama 2 tahun ke depan, Kyuri Hanazawa,” desis seorang gadis bertubuh mungil pada dirinya sendiri. Di tariknya sebuah koper memasuki pekarangan rumah yang cukup besar itu. Kini, ia berdiri tepat di depan pintu. Pintu itu diketuk perlahan. Tak ada jawaban. Sekali lagi, ia mengetuk pintu itu. Slot pintu berputar, seseorang membukanya dari dalam. Seorang lelaki bertubuh atletis dengan rambut yang masih basah membuka pintu tersebut. Sepertinya lelaki itu baru saja selesai mandi, dia pun masih mencoba mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

“Maaf, benarkan ini kediaman keluarga Aihara?” tanya Kyuri penuh hati-hati.

Sou, desu ne. Dare desu ka?” Lelaki itu memandang Kyuri dengan tatapan penuh tanya.

“Hanazawa Kyuri desu. Saya diminta Yume-san untuk tinggal disini. Anda tentu sudah tau kenapa saya ada disini sekarang,” jelas Kyu.

Lelaki itu hanya tersenyum kecil sebagai jawabannya. “Douzo. Akan ku antarkan ke kamarmu.”

Kyuri mengikuti lelaki itu. Mereka berhenti di depan pintu sebuah ruangan dimana kamar tersebut berada di antara dua ruangan lainnya.

“Ini kamarmu, Kyuri-san.” Lelaki itu membuka pintu. Kamar itu terlihat rapi meski tidak terlalu besar.

“Panggil saja saya Kyu. Arigatou....”

“Ren,” potong lelaki itu menyebutkan namanya.

Arigatou, Ren-san.” Kyuri mengulangi perkataannya.

“Jangan menambahkan ‘san’ di belakang namaku. Aku tidak terbiasa dipanggil seperti itu,” tegas Ren.

Kyuri mengiyakan dengan anggukan kecil.

“Kalo ada apa-apa, jangan sungkan tanya padaku atau pada Kaoru, adikku. Dia sedang di mini market sekarang. Mungkin sebentar lagi dia pulang.” Ren melenggang pergi menuju kamarnya.

Kyuri adalah anak teman dari ibu Ren. Dia kini hidup yatim piatu, orang tuanya yang tak lain adalah sahabat karib ibu Ren. Kecelakaan pesawat yang ditumpangi orangtua Kyuri telah merenggut nyawa mereka. Saat ini keluarga Aihara, sedang dihadapkan dengan sebuah masalah. Ayah Ren dituduh telah bekerja sama dengan mafia narkoba untuk menyelundupkan obat-obatan terlarang itu. Ayah Ren kini mendekam di penjara, hal ini membuat ibu Ren harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Anak perempuan yang tak lain adalah adik Ren, dia adalah gadis yang manja, selain itu kondisinya yang lemah membuat ibu Ren khawatir, alhasil ibu Ren meminta Kyuri Hanazawa untuk tinggal di rumahnya.

Tadaima,”pekik seorang gadis. “Niisan!!! Bantuin bawa belanjaan dong.” Gadis itu adalah Kaoru, adik Ren.

“Bawa sini, saya bantu.” Kyu muncul tiba-tiba.

“Heh? Dare desu ka?” Kaoru terkejut dengan kehadiran Kyu.

“Panggil saja saya Kyuri. Saya di sini atas permintaan Yume-san.” Kyu.

“Huwaaa, jadi kamu yang akan menemani kami di sini?” senyum sumringah tersumbing di bibir Kaoru. “Iya, aku Kaoru. Bahasamu terlalu formal, Kyu-chan,” ledek Kaoru. “Oiya, niisan dimana?” Kaoru celingukan.

“Dia ada di kamar.” Kyuri tersenyum. Ia lalu mengangkat dua kantong plastik yang cukup besar menuju dapur, diikuti Kaoru yang juga membawa kantong belanjaan.

“Ini persediaan sayur buat beberapa hari kedepan, biasanya aniki yang selalu membuatkanku sarapan dan makan malam,” kata Kaoru sambil memasukan sayuran ke dalam kulkas.

Imou-chan, aku pergi dulu ya.” Ren berjalan menuruni tangga.

Niisan mau kemana?”

Ren menghampiri Kyuri dan Kaoru.

“Ini hari apa?” Ren balik tanya.

“Sabtu,” jawab Kaoru singkat.

“Kau pasti tau aku mau kemana.” Ren mengacak-acak rambut Kaoru, sementara yang diacak-acak rambutnya cuma bisa memanyunkan bibirnya. “Kyu, aku titip adikku, kalo dia bawel, cubit aja pipinya. Jaa...” Ren berjalan meninggalkan Kyu dan Kaoru.

“Salam ya buat Kyoko-neesan, nii,” teriak Kaoru.

“Beginilah nasib punya aniki yang sudah punya pacar, tiap malam minggu ditinggal terus,” kata Kaoru menghiba.

oOo

Hari berganti hari dan tak terasa sudah setengah tahun, Kyuri tinggal bersama dengan Ren dan Kaoru. Dan semakin kesini, ia semakin mengerti sifat dan karakter mereka berdua, begitu juga Ren dan Kaoru yang kini mulai mengerti dengan sifat Kyu. Kyu adalah seorang gadis yang pendiam, terlebih dengan orang yang baru dikenalnya, namun jika sudah kenal akrab, mereka yang mengenal Kyu akan melihat sisi lain dari gadis ini yang begitu menyenangkan. Kyu kini satu sekolah dengan Ren dan Kaoru, bahkan dia satu kelas dengan Kaoru yang seumuran dengannya. Hanya saja karena Kyu terbiasa hidup sendiri, membuat dirinya bisa menjadi lebih dewasa.

“Kyu apa kau tau kenapa akhir-akhir ini Kaoru pulang telat?” tanya Ren.

“Dia lagi sibuk dengan tugas kelompoknya,” jawab Kyu sambil memotong-motong sayur untuk makan malam.

“Kau sendiri, kenapa tidak mengerjakan tugas?”

Kyu hanya tersenyum. “Tugasku sudah selesai. Kelompok kami selesai lebih cepat.”

Ren menjawabnya hanya dengan anggukan. “Masak apa hari ini?”

“Seperti biasanya. Gomen ne, di kulkas cuma tinggal ini aja. Mungkin besok, aku baru beli persediaan.” Kyu mengambil kursi kecil dan meletakannya di depan kitchen set, menaikinya untuk mengambil sesuatu di atas. Tinggi badannya yang tidak seberapa memang membuatnya seperti ini.

“Tak apa, lagipula masakanmu enak.”

Kyu masih sibuk mencari sesuatu di atas.

“Apa yang kau cari, Kyu?”

“Sepertinya kita masih punya stok kaldu. Oh, ini dia.” Tangannya berusaha meraih apa yang dia cari. Karena letaknya yang sedikit ke dalam, membuatnya harus sedikit berjingkat. Hal itu tak cukup membantu. Dan ia berusaha untuk lebih berjingkat lebih tinggi lagi.

“Butuh bantuan, Kyu.”

“Tidak per... Aawww.” Kyu terpeleset saat dia berusaha menjaga keseimbangannya.

Dengan spontan, Ren menangkap badan Kyu di gendongannya. Kyu terkejut, matanya tak sengaja menatap mata Ren, begitu tajam namun meneduhkan.

Daijobu?” tanya Ren dengan masih menggendong Kyu ala bridal style.

H-hai, arigatou” kata Kyu gugup. Ren segera menurunkan Kyu dari gendongannya.

Kyu berjalan tertatih menuju depan kompor.

“Kakimu sakit?”

“Entahlah, mungkin terkilir saat terpeleset tadi. Tapi tidak apa-apa. Aku masih bisa menahannya.” Kyu memasukan sayur yang telah ia potong-potong. Tak berapa lama sayur itu matang. Kyu menuangnya salam sebuah mangkuk. Ren masih mengamati Kyu yang sesekali meringis menahan sakit.

“Kau tunggu saja di meja makan, biarkan aku yang membawanya.” Ren mengambil alih mangkuk yang Kyu bawa menuju meja makan. Kyu mengikuti dari belakang.

Perasaan apa tadi itu? Kyu mengingat kejadian tadi. Tidak-tidak, tidak mungkin.

Kyu segera duduk di kursi. Ren kembali lagi ke dapur dan membawa sebuah baskom berisi air es dan sebuah handuk kecil. Ren berjongkok di hadapan Kyu.

“Kakimu?”

Kyu menatap penuh tanya.

“Kompres kakimu, aku tau kau sedang kesakitan.”

Daijobu, Ren.”Kyu mencoba mengelak. Tanpa diduga, Ren pun meraih kakinya dan segera mengompresnya dengan berhati-hati. Kyu memperhatikan wajah Ren yang sedang serius mengompres kakinya. Ia kemudian memalingkan wajahnya, wajah dengan pipi merah merona menandakan bahwa ia sedang jatuh cinta. Tanpa mereka sadari, ternyata Kaoru sudah berdiri beberapa meter dari Ren dan Kyu.

“Kyu-chan? Kamu kenapa?” tanya Kaoru.

“Jatuh terkilir. Tapi tidak apa-apa kok.” Kyuri mencoba untuk tidak membuat Kaoru khawatir.

“Sudah tidak usah khawatir, imou-chan. Rasa sakitnya akan segera berkurang setelah dikompres.” Ren masih berjongkok mengamat kaki Kyu. “Kau sudah makan?” Kini wajahnya beralih menatap adik semata wayangnya.

Kaoru hanya membalasnya dengan gelengan kepala.

“Ayo makan dulu. Setelah itu baru kau mandi.”

Kaoru mengiyakan kata kakaknya. Ia segera duduk di salah satu kursi yang mengitari meja makan.
 
Last edited:
Back
Top