Saat Anak Sakai Bertanya Makan Pakai Tangan dan Sambal ala Indonesia

spirit

Mod
073225_homestaydisakaijepang.jpeg

"Orang Indonesia makan pakai apa, sendok atau tangan? Memang bisa?" demikian tanya seorang anak di Sakai, Jepang kepada Yohanes Paulus Maxi De Ferry (23). "Bisa makan pakai tangan, kan cuci tangan dulu," jawab Maxi.

Itulah sekelumit pengalaman yang didapatkan Maxi setelah 2 pekan tinggal di keluarga angkat dalam Sakai ASEAN Week 2013. Maxi membagikan pengalamannya ketika ditanya saudara-saudara angkatnya yang tinggal di kawasan Uenoshida, Sakai, Jepang sejak 27 Oktober-11 November 2013.

Mahasiswa semester 8 dari Universitas Nasional (Unas) ini banyak menemui hal-hal baru, mengejutkan sekaligus menyenangkan. "Di sini praktis banget ya, beli minum pakai mesin, beli tiket kereta pakai mesin, bayar bus juga, bisa keluar kembaliannya sendiri lagi," kata Maxi di Hotel Agora Regency, Sakai, Jepang, Minggu (10/11/2013) kemarin.

Maxi sudah mencoba kereta cepat Shinkansen dan bus. Namun berada di negeri orang juga membuat dia rindu hal-hal yang kerap ditemuinya di kampung halamannya di Jakarta. "Di sini sepi, kalau di Jakarta biasanya banyak tukang jajanan di pinggir jalan," tutur Maxi terkekeh.

Namun Maxi mengakui pasti akan menerapkan hal-hal positif yang didapatkannya selama homestay di Kota Sakai.

"Tepat waktu di sini, kalau di sana kan ngaret. Ya harus dibiasakan, kalau biasanya masih enak-enak tidur, di sini nggak bisa," tutur Maxi mengakui sempat terkejut dengan budaya disiplinnya.

Selain Maxi, Retno Eka Pertiwi (21) dari jurusan yang sama juga merasakan homestay di keluarga angkat selama 2 pekan. Retno mengaku betah di rumah keluarga angkatnya di kawasan Kitanoda, Sakai.

"Keluarga angkat saya anaknya ada 3, masih kecil semua, lucu-lucu. Jadi nggak pengen pulang," kata Retno yang ditanya saudara angkatnya tentang games dan permainan di Indonesia.

Retno juga terkesan akan kereta yang tak pernah telat, ofuro (cara mandi orang Jepang dengan berendam) dan cara makan, yang memakai sumpit. Sepulang dari Jepang, Retno akan menerapkan nilai-nilai yang didapatkannya di sini.

"Disiplin dan sangat suka kerja keras," tutur gadis manis ini.

Selama 2 pekan, Maxi dan Retno masing-masing mengikuti kelas di 6 SD berbeda, mulai dari kelas 1-6. Di kelas, mereka akan melakukan presentasi tentang Indonesia. Retno menampilkan Tari Merak dari Jawa Barat dan memperagakan Ondel-ondel Betawi dari boneka tangan. Sedangkan Maxi unjuk gigi dengan main alat musik Sasando, Nusa Tenggara Timur, asal daerah salah satu orang tuanya.

Mereka juga memberikan Sasando dan topi bambu NTT kepada Wali Kota Sakai, Osami Takeyama, sebagai kenang-kenangan.

Sementara menurut dosen pendamping mereka, Ucu Fadhillah, mengatakan bahwa program Sakai Asean Week ini sudah tahun ke-8 mahasiswa Indonesia berpartisipasi menjadi duta besar sipil.

"Sakai Asean Week ini diadakan Kota Sakai agar menghidupkan lagi kerjasama Kota Sakai dengan negara-negara ASEAN yang terjadi di abad pertengahan. Ada 5
negara Indonesia, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Filipina," jelas dosen Sastra Jepang di Unas ini.

Ucu mengatakan anak didiknya kali ini selain mengajar di kelas, terlibat pula dalam student forum yang kali ini Indonesia mengangkat tema 'Bhinneka Tunggal Ika'.

Di tempat yang sama Acting Consul General KJRI Osaka, Bambang Soegianto, mengatakan program ini adalah kesempatan mengenalkan budaya Indonesia.

"Tiap tahun mahasiswa kita selalu ikut dan diundang di Sakai ASEAN Week. Respon warga Jepang selama ini tidak ada yang negatif. Kita mengharapkan peningkatan kerjasama dengan Jepang dalam hal apapun, sosial ekonomi, budaya," kata Bambang.


- detikNews
 
wah... di jepang emang disiplin banget ya! beda ama negara kita hahaha

ya semoga aja dengan adanya Sakai ASEAN Week bisa makin mempererat hubungan kedua negara... amin...
 
Back
Top