Mestinya tdk terlampau susah unt pengadaan komputer bagi sekolah2. Di Amrik sono ada yayasan yg membagikan komputer gratis bagi keperluan pendidikan di dunia ketiga. Bukan komputer baru memang, tapi komputer lama yg masih layak pakai. Dulu bbrp lembaga disini pernah dapat bagian, tapi repotnya mesti bayar bea masuk yg cukup besar. Nggak tahu orang genius mana yg bikin peraturan kayak gitu.
Mestinya pemerintah secara G to G bisa apply langusng ke sana, masuk lewat jalur pemerintah tanpa bea masuk dan pajak macem2. Langsung dibagikan ke sekolah2 yg dirasa layak menerima. Daripada bagi2 voucher pendidikan yg nggak jelas juntrungannya (masih mending kalau bagi2 voucher Mentari hehehehe).
Kayaknya pemerintah emang nggak pengin rakyatnya pinter kok. Semua barang dikenakan pajak tanpa pandang bulu (krn emang nggak punya bulu). Masa buku yg bisa bikin orang pinter juga kena PPN. Demikian pula komputer dan komponen komputer. Masa pajaknya disamakan dgn perangkat elektronik lain spt hi-fi, dvd dll. Padahal salah satu fungsi komputer juga unt pendidikan. Memang komputer juga digunakan unt bisnis, tapi kalau biaya bisa ditekan dgn penghapusan pajak, ujung2nya kan unit bisnis itu akan lbh efisien dan profitnya akan lbh besar. Profit lbh besar akan menghasilkan pajak penghasilan yg lbh besar pula.
Sudahlah, nggak perlu mengharapkan subsidi dari pemerintah. Asal pemerintah nggak bikin kebijakan yg nambah susah rakyat kita sudah seneng kok. Syukur2 bisa buat kebijakan agar ekonomi nggak berbiaya tinggi spt sekarang ini. Turunin kek harga BBM krn harga minyak dunia kan udah turun sampai level $52 sedang asumsi di APBN masih $63. Lumayan buat mengurangi beban rakyat. Kalau nggak mau nurunin BBM ya subsidi BBM aja yg dialihkan buat subsidi yg lain spt listrik, air dll supaya nggak naik terus tiap tahun.
Ya gini repotnya kalo pemerintah dipimpin oleh Jendral dan saudagar yg nggak pernah ngalamin susahnya jadi rakyat kecil. Yg dipajang cuman keberhasilan neraca pembayaran, nilai tukar, cadangan devisa, perdamaian Aceh cll. Sedang kesusahan yg masih menimpa 200 juta rakyat lainnya nggak pernah diomongin. Kalau dikritik bukannya memperbaiki diri malah balas mengkritik sambil pakai gincu tebal2 supaya nggak kelihatan sumbingnya.
Bersama Kita Bingung