Kambing Gembrong Bali yang Langka

Status
Not open for further replies.

tiaseptiani

New member
Kambing Gembrong

gembrong_24062013100831.jpg


Sekilas melihat kambing gembrong seperti melihat anjing yang berambut panjang dan lebat.

Bulu panjang menutup seluruh badannya, mulai dari kepala sampai kaki. Uniknya, bulu panjang hanya ada pada kambing jenis jantan, sementara betina lebih rapi.

Kambing gembrong merupakan kambing persilangan. Walaupun asal usulnya belum dipastikan, kambing itu disebut-sebut salah satu hasil persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki.

Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.

Kambing itu dulu lebih banyak tinggal di daerah pantai di Kabupaten Karangasem, Bali. Saking uniknya, para nelayan sering memanfaatkan bulu panjangnya, menjadikannya umpan menangkap ikan.

Para nelayan percaya bulu kambing itu lebih mudah menangkap ikan. Bulu itu dianggap lebih bercahaya di air, mampu mengundang ikan dan makan umpan. Tanpa pakan, para nelayan lebih mudah menangkap ikan dan hemat pengeluaran.

Kambing gembrong sangat unik, tidak seperti kambing jenis lainnya, seperti kambing lokal yang dominan warna coklat dan bulu lebih pendek, ataupun kambing etawa, kambing dengan telinga berjuntai dan biasanya susunya dimanfaatkan untuk kesehatan ataupun jenis kambing kacang mirip seperti kambing lokal dengan warna hitam, tapi dengan badan lebih kecil.

Kambing gembrong ini mudah dikenal. Ciri utama kambing ini punya bulu yang panjang menjuntai di hampir seluruh anggota tubuhnya.

Panjang bulu sekitar 15-25 centimeter. Kambing jantan berjumbai di bagian dahi, bahkan kadang menutup mata dan muka kambing. Uniknya, bulu panjang ini hanya pada kambing jantan, sementara kambing betina lebih pendek, 2-3 cm saja.

Untuk warna tubuh, kambing jenis ini dominan putih (61,5 persen), sebagian cokelat muda (23,08 persen), dan cokelat (15,38 persen). Pada warna tubuh, umumnya hanya satu warna sekitar 69,23 persen, dua warna 15,38 persen, dan tiga warna 15,38 persen.

Rata-rata, ukuran kambing itu 1,25 meter, dengan bobot lahir tunggal 2 kilogram, dan kembar 1,5 kilogram, dan tingkat kematian prasapih 20 persen.

Populasi Minim
Kambing gembrong termasuk spesies langka di Indonesia. Informasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, pada 1970 jumlah kambing ini mencapai 200 ekor. Jumlah itu terus turun, di mana pada 1996 menjadi 80 ekor, pada 1998 tinggal 64 ekor, dan kini diperkirakan hanya sekitar 20 ekor.

Di Jatim, kambing ini dikembangbiakkan oleh divisi peternakan di bawah PT HRL Internasional yang berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Berbekal dengan satu pejantan dan tiga ekor betina, saat ini sudah mulai berkembang.

Victor Djarot, perwakilan dari divisi itu mengatakan saat ini sudah terdapat dua ekor anakan dari kambing itu dengan jenis kelamin betina. Umur kambing itu sudah empat bulan dan kondisinya sehat.

Victor menyebut memang memerlukan perhatian serius untuk mengembangkan kambing itu. Rata-rata hanya terdapat satu ekor tiap kali kambing betina hamil. Beda seperti kambing jenis lain yang bisa sampai lebih dari tiga ekor ketika hamil. Tingkat kematian saat pertumbuhan juga nisbi terjadi.

Dalam proses perkembangbiakan kambing itu tidak seperti jenis kambing lainnya. Kambing gembrong selama ini tinggal di daerah yang hawanya sejuk, masih sulit beradaptasi di tempat baru. Bahkan, ketika ke luar kota pun seperti ikut pameran, juga harus dengan perawatan khusus.

Ia mencontohkan, saat mengikuti lomba atau kontes ternak 2013 di Kabupaten Blitar pada pertengahan Juni 2013 lalu, harus menyediakan kendaraan khusus. Di dalam kendaraan dipasang penyejuk ruangan yang terus menyala mulai meninggalkan kandang sampai di lokasi. Bahkan, di lokasi pun, ia juga berencana memasang penyejuk udara, tapi karena saat itu cuaca sedang mendung, urung dilakukan.

"Penyejuk udara untuk menjaga kondisi suhu tubuhnya. Kambing itu terbiasa tinggal di daerah dingin, dan sejak awal pun demikian. Untuk itu, kami juga rawat di daerah Pacet yang memang di hawanya sejuk," ungkapnya.

Selain karena memerlukan kekhususan untuk perawatan, terdapat cerita kuno, yaitu kepercayaan jika kambing jantan sering dikawinkan dengan kambing betina, rambut atau bulu kambing jantan akan rontok. Pemilik kambing menjaga agar rambut kambing itu tetap panjang dan lebat.

Upaya protektif pemilik ternak mungkin bisa dimaklumi. Harga rambut atau bulu kambing kembrong terbilang mahal, sampai Rp400 ribu perkilogram. Para pemilik lebih suka merawat dan menjaga bulu kambing panjang dan tetap bagus.

Namun, hal ini langsung dibantah oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Mereka menilai, masalah kerontokan rambut bukan kendala utama. Namun, karena populasinya yang sedikit, membuat pengembangbiakan ternak ini agak sulit.

Sekretaris Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Irawan Subianto mengatakan marak terjadi perkawinan sedarah atau ke dalam seperti pejantan kawin dengan saudaranya yang betina, sampai ibunya.

"Terjadi perkawinan tertutup (sedarah). Ini membuat yang jelek muncul, jadi pertumbuhannya tidak bagus," ucapnya.

Sejumlah penelitian memang telah dilakukan oleh lembaga penelitian, seperti oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, yang berniat melakukan konversi. Upaya tersebut dilakukan dengan melestarikan dan mempertahankan spesies itu insitu.

Kegiatan itu dimulai sejak 1998 yang bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati). Namun, program ini tidak berjalan dengan baik karena untuk pengembangan tidak fokus dengan kambing gembrong saja, melainkan jenis kambing lainnya.

Saat ini, upaya pengembangan kambing itu diserahkan pada kelompok tani "Wisnu Segara" di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali. Jumlah kambing ada 27 ekor yang terdiri dari tujuh ekor jantan dewasa, enam ekor betina dewasa, enam ekor anak jantan, dan delapan ekor anak betina.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur mengaku sebenarnya sangat khawatir dengan populasi kambing gembrong yang dari waktu ke waktu semakin turun. Terlebih lagi, dengan minimnya populasi, membuat tidak banyak pilihan untuk mencari bibit bagus.

Berbeda dengan jenis kambing lainnya, seperti jenis lokal, etawa, ataupun kambing kacang. Jenis kambing itu populasinya cukup besar, sehingga memang ada pilihan untuk mencari bibit terbaik. Berbeda dengan kambing gembrong, karena populasinya yang sedikit, membuat perkembangbiakan mereka juga lamban.

Menurut Sekretaris Dinas Peternakan Provinsi Jatim Irawan Subianto upaya pengembangbiakan harus terus didorong. Ia belum melihat ada lembaga yang fokus untuk pengembiakan ternak ini.

Irawan mengaku belum mengetahui pasti populasi kambing gembrong di Jatim. Ia hanya mendengar ada pemerhati kambing langka itu di Jatim, tapi belum pernah survei langsung ke lokasi.

Ia juga menyebut, selain pemerintah dan masyarakat, pusat penelitian juga harus didorong untuk terlibat aktif pelestarian ternak itu.

"Balai atau pusat penelitian juga harus didorong untuk pengembangan peternakan mengambil posisi penyelamatan penelitian genetik, mencegah tidak terjadinya kawin sedarah," katanya.

Pusat penelitian, menurut dia, lebih berperan. Mereka bisa melakukan penelitian dan mengetahui tentang genetika demi mencari bibit unggul. Mereka bisa mendeteksi lewat "Deoxyribonucleic Acid" atau DNA, bisa dicegah dari percampuran sedarah, yang bisa berakibat kualitas bibit yang jelek.


sumber : antaranews.com
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top