Polemik Konyol PKB Vs Hanura

2057101.jpg


INILAH.COM, Jakarta - Awalnya mungkin bukan kesengajaan, namun akibatnya fatal. Hanya karena debat capres, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Hanura akhirnya terlibat saling serang mengenai Capres yang akan diusungnya. Padahal kedua partai itu masih harus berjibaku agar lolos ke parlemen 2014.

Situasi politik mudah memanas dan sensitif menjelang 2014 ini karena masing-masing partai politik bersaing untuk bisa meraih kursi di parlemen dan mengajukan jagonya ke pilpres 2014. Demikian halnya Hanura dan PKB yang saling bersaing, meski ceruk pengumpulan suara mereka berbeda, PKB berbasis massa Nahdliyin, sementara Hanura berbasis massa kebangsaan.

PKB dan Hanura optimistis lolos ke parlemen, namun tidak ada jaminan dan kepastian. Apalagi berbagai survei masih menempatkan PKB dan Hanura dalam posisi rawan, dalam pengertian tidak semapan PDIP dan Golkar.

Pokok masalah PKB dan Hanura mencuat ketika Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto berbicara tentang kualitas sejumlah tokoh yang disebut-sebut bakal bertarung sebagai calon presiden 2014. Menurut dia, kualitas dan latar belakang seseorang menjadi syarat mutlak maju sebagai capres.

"Sekarang ini penyanyi dangdut dijadikan calon presiden. Ada lagi pelawak. Nanti lama-lama pemain akrobat juga dicalonkan jadi presiden. Makanya yang korupsi jalan terus," kata Wiranto dalam acara debat kandidat di LIPI tersebut.

Akibatnya, kalangan pendukung Rhoma Irama di PKB tersinggung dan menuding Wiranto mengajak ‘perang urat syaraf’. PKB meradang dan menyerang balik dengan menilai bahwa Wiranto lebih pantas menjadi Cawapres untuk Rhoma Irama.

Saling serang ini meresahkan Wiranto yang kemudian menjelaskan bahwa dirinya tak pernah menyebut nama Rhoma Irama dalam acara debat kandidat Calon Presiden di Gedung LIPI, Sabtu (13/12).

Menyindir dan menyinggung kandidat lain, kata Wiranto, bukan wataknya selama ini. Pihaknya meminta agar persoalan ini segera diselesaikan dan tidak berlanjut menjadi polemik berkepanjangan seperti beberapa hari terakhir.

Apa boleh buat, polemik sudah mencuat karena suasana serba sensitif dan kegalauan selalu hadir. Akibatnya, PKB dan Hanura terjebak ke dalam polemik yang tidak produktif, malah destruktif. Juga terkesan betapa konyolnya.

Publik menanti gagasan dan pemikiran besar para kandidat presiden dari PKB dan Hanura, bukan sekadar capres-cawapres yang punya popularitas dan elektabilitas semata. Sebab, masalah dan tantangan ke depan semakin kompleks dan ruwet, sementara popularitas dan elektabilitas bukan solusi untuk memecahkan persoalan.

Di tengah ‘kesibukan’ para politisi PKB dan Hanura berjuang menuju parlemen 2014, rasanya perang urat syaraf soal capres berprofesi ''pedangdut, pedagang atau pelawak'', ''satria piningit atau satria bergitar'', tidak menguntungkan bukan? Semua bisa terjadi, karena politik di republik ini mengandung misteri. [berbagai sumber]


sumber : inilah.com
 
Back
Top