Suku Tolaki dan Sinonggi

Status
Not open for further replies.

spirit

Mod
Sejarah Bangsa Suku Tolaki

Sejarah Singkat Tolaki di Konawe Masyarakat Tolaki sejak zaman prasejarah telah memiliki jejak peradaban, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan arkeologi di beberapa gua atau kumapodi Konawe bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua di daerah ini umumnya terletak di Konawebagian Utara seperti Asera, Lasolo, Wiwirano, Langgikima, Lamonae, diantaranya tengkorak I, gua Tanggalasi, gua Tengkorak II, gua Tengkorak III, gua Ladori, gua arang, gua Anawai Ngguluri, gua Wawosabano, gua Tenggere, gua Kelelawar serta masih banyak situs gua prasejarah yang belum teridentifikasi. Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan materi uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan metode uji karbon 14 di laboratorium Arkeologi Miami University Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa dari pada artefak di Wiwirano Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun yang lalu atau dengan evidensi ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah berlangsung sejak 5000 tahunSebelum Masehi. Di dalam gua-gua tersebut menyimpan banyak artefak baik tengkorak manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda pemujaan, guci, tempayan, gerabah, porselin baik itu buatan Cina, Thailan, VOC, Hindia Belanda, batu pemujaan, terdapat beberapa gambar atau adegan misalnya binatang, tapak tangan,gambar berburu, gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar perahu atau sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa Tolaki merupakan atau masuk kedalam rumpun bahasa Austronesia termasuk rumpun bahasa Bungku laki, secara Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras Mongoloid,yang datang ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur, masuk daerahSulawesi, hingga masuk daratan Sulawesi Tenggara.

Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara.mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe. Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu, yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam. Masakan asli Suku Tolaki sebelum beras adalah dalam bentuk sajian sinonggi.

Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo (delapan hari). Masyarakat Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini masyarakat Tolaki umumnya hidup berladang dan bersawah, maka ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan pertanian mereka. untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan menuju Selat Kendari.
2. Keadaan Geografis Dan Demografi
Secara geografis suku Tolaki mendiami wilayah daratan Sulawesi bagian Tenggara, yang mendiami beberapa daerah kabupaten yaitu Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka Timur. Beberapa daerah kabupaten tersebut berada di daerah daratan Sulawesi bagian Tenggara. Secara geografis suku Tolaki mendiami wilayah daratan Sulawesi bagian Tenggara, mendiami beberapa daerah yaitu Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka Timur. Beberapa daerah kabupaten tersebut berada di daerah daratan kepulauan Sulawesi bagian Tenggara. Wilayah Sulawesi telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu diperkirakan bahwa penduduk pada zaman purba ini merupakan campuran berbagai ras yang datang dari berbagai penjuru. Ras Austro Melanesoid yang datang dari arah selatan (migrasi dari pulau Jawa) dengan ciri khaskapak genggam yang terbuat dari batu yang berbentuk lonjong dan senang memakan binatang kerang, maupun ras Paleo Mongoloid yang datang melalui arah utara (migrasi dari kepulauan sangir dengan ciri khas alat-alat flakes dan ujung panah dan isinya bergerigi (R. Soekmono, Wedide 1973: 42). Termasuk dalam gelombang penyebaran penduduk Indonesia yang pertama kali dan merupakan pendukung dari kebudayaan Mesolitikum.

13786620371285905556.jpg

Sinonggi

Sagu merupakan salah satu jenis bahan makanan pokok dari beberapa suku di Indonesia, termasuk suku Tolaki yang mendiami wilayah daratan sulawesi tenggara yang oleh masyarakat sana makanan pokoknya ini disebut dengan nama “Sinonggi”. Sinonggi ini sama dengan Papeda kalau di Papua atau Maluku, atau kalau orang Luwu Palopo Sulawesi Selatan menyebutnya Kapurung, namun dari ketiga nama di atas Sinonggi, Papeda dan Kapurung memiliki bentuk penyajian yang berbeda-beda alias tidak sama dalam cara penyajian baik bentuknya maupun hidangan pendampingnya.

Sinonggi dalam penyajiannya dimasak dan disajikan secara terpisah antara Sinonggi, sayur lauknya dan lauk ikannya serta hidangan pendamping pelengkap lainnya, barulah ketika akan disantap Sinonggi disatukan dalam piring. Sinonggi yang merupakan kuliner tradisional masyarakat Tolaki ini terdiri dari

1. Sinonggi yaitu saripati sagu yang dikentalkan dengan cara menyiram dengan air panas secukupnya sambil diaduk/diputar secara perlahan sampai mengental seperti “lem” dan siap disajikan atau bahasa Tolakinya mosolori.

2. Sayur, sayur khas dan merupakan pasangan paling cocok untuk menyantap sinonggi (bahasa daerahnya “mosonggi”) adalah campuran sayur bayam, terong bulat kecil yang bahasa lokalnya disebut palola, kemudian okri/vegeta atau bahasa lokalnya kopigandu serta kacang panjang, yang dimasak bening dan biasanya saat disajikan air kuah sayur dipisahkan dengan sayurnya.

3. Lauk ikan atau daging/ayam, yang paling khas dan merupakan masakan yang paling cocok untuk lauk ikan, daging/ayam ini adalah dimasak tawaoloho yaitu dimasak bening dengan sedikit bumbu, namun ditambah dengan satu bumbu khas yakni daun kedondong hutan atau bahasa lokalnya disebut tawaoloho, bisa juga memakai daun kedondong biasa namun rasanya kurang kecut atau asam, dimana rasa kecut atau asam khas daun kedondong inilah yang memberi sensasi rasa kecut segar yang membangkitkan selera.

4. Sambal, hampir semua hidangan akan terasa lebih nikmat jika ada sambalnya, begitu pula dengan Sinonggi. Sambal sinonggi biasanya hanya sambal ulek biasa, cabe dan tomat serta terasi secukupnya sesuai selera dan yang agak khas sedikit adalah sambal dicampur dengan mangga muda yang diparut atau dicacah, dan ada satu jenis mangga di Sulawesi Tenggara yang rasanya sangat masam/kecut, kalau orang lokal menyebutnya dengan nama mangga “hiku” kalau bahasa Indonesianya saya kurang tahu karena belum pernah menemukannya. Namun justru rasa masam dan kecut ini menjadikan makan Sinonggi atau mosonggi ini akan terasa nikmatnya sampai mengucurkan keringat.

Cara makan Sinonggi ini adalah pertama-tama air kuah, bisa air kuah sayur yang sudah terpisah tadi atau bisa juga air kuah ikan atau daging/ayam yang dimasak tawaoloho, atau campuran keduanya sesuai selera diambil secukupnya dipiring kemudian ditambahkan perasan jeruk purut (bahasa lokal: jeruk Tolaki), lalu Sinonggi atau sagu yang telah kental tadi diambil dengan cara digulung memakai posonggi (sumpit) dimasukkan kedalam kuah tadi kemudian dicampur dengan sayur dan lauk ikan, daging/ayam serta tentu tidak ketinggalan sambal terasi plus mangga mudanya. Kalau pertama memakan Sinonggi mungkin rada-rada kagok tapi kalau sudah merasakan dan terbiasa maka dijamin akan ketagihan untuk mencicipi kuliner tradisional khas masyarakat Tolaki ini.

1378662303380488432.jpg

Sinonggi siap santap

Sinonggi termasuk makanan yang menyegarkan dan sehat. Selain sayuran dan lauknya dimasak dengan bumbu yang tidak terlalu banyak (masak bening), menurut penelitian litbang deptan Sagu sebagai bahan baku utama dikenal memiliki kandungan karbohidrat sekitar 85,6%, serat 5% dan untuk 100 gr sagu kering setara dengan 355 kalori. Selain mengandung karbohidrat juga mengandung polimer alami yaitu semacam zat yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia seperti memperlambat peningkatan kadar glukosa dalam darah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. Selain itu, serat pada sagu juga mengandung zat yang berfungsi sebagai probiotik, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mengurangi resiko terkena kanker usus dan paru-paru. Jadi warisan kuliner tradisional masyarakat Tolaki ini disamping sangat nikmat untuk disantap ternyata juga sangat menyehatkan, patutlah kiranya ini dipopulerkan sebagai salah satu pilihan kuliner nikmat dan sehat nusantara melalui Indonesia Travel agar Sinonggi dapat dikenal tidak saja di nusantara tapi juga ke manca negara.

Sumber: wikipedia - wisata.kompasiana.com​
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top