Menyikapi Anak Berucap Kasar

Kalina

Moderator
Lingkungan merupakan tempat bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi atau sekadar mencoba hal-hal baru. Sifat alami seorang anak adalah meniru sikap dan perilaku lingkungan sekitar.

Hidup di lingkungan yang cenderung keras, bukan tidak mungkin membuat anak besikap kasar secara verbal. Setiap kali merasa tidak nyaman, kata-kata kasar bisa langsung keluar.

Perilaku seperti itu kadang membuat orang tua khawatir. Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi anak yang sering berbicara atau berperilaku kasar?

Pakar Psikologi, Retno IG Kusuma menuturkan, perilaku kasar anak dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, anak sedang mengimitasi atau meniru perilaku lingkungan sekitar, televisi, ataupun game yang dimainkannya. Kedua, anak sedang melakukan proses mencoba-coba untuk mengetahui reaksi dari lingkungan sekitar terhadap perilaku kasar tersebut.

"Ada dua respons yang akan diperlihatkan orang tua yaitu marah dan tertawa," ujar Retno saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.

Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan, boleh jadi orang tua akan tertawa karena menganggap perilaku sang anak lucu. Bagaimana mungkin seorang anak bisa berbicara atau bertingkah kasar seperti itu.

"Sedangkan, jika orang tua marah itu karena memang menganggap sikap tersebut sudah tidak wajar bagi anak-anak," papar Retno.

Namun, psikolog yang ahli di bidang permasalahan anak ini menyarankan, ketika seorang anak berbicara kasar, hal pertama yang harus dilakukan sebagai orang tua adalah tetap bersikap tenang. Sebab, hal tersebut merupakan proses yang wajar dan positif. Artinya, sang buah hati memiliki kepedulian dengan lingkungan sekitar walaupun dengan cara yang kurang tepat.

"Karena kemampuan meniru adalah kecerdasan," ungkap Anggota Tim Psikologi di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) itu.

Kemudian, hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam menyikapi perilaku kasar anak adalah dengan mengabaikannya. Sebab, jika orang tua merespons, berarti orang tua seolah setuju dengan perilaku kasar dari sang anak.

"Lebih baik orang tua pura-pura tidak dengar saja, karena nanti sang anak akan capek sendiri karena tidak mendapat respon atau perhatian," terangnya.

Sebaliknya, jika sang anak berperilaku baik, orang tua harus memberikan reward. Dengan begitu, sang anak akan berpikir, ternyata jika berperilaku positif maka orang tua akan merespons. Reward juga bertujuan untuk mempertahankan sikap baik dari sang anak.

Selain itu, orang tua juga perlu mengajak anak berbicara dan berdiskusi untuk mengarahkan kepada mereka mana perilaku baik dan mana perilaku yang masuk kategori buruk.

"Orang tua harus memfilter apa saja yang diterima sang anak dan tetap memantau perkembangan perilaku anak," tukas Ratna.

Yahoo! She
 
kalau ditepat tia, anak berkata kasar atau ga layak bagi anak-anak malah jadi bahan tertawaan (anak umur 2-3 tahun) makanya anak2 disini kata-katanya kasar dan ga bermoral... makanya tia khawatir kalau punya anak kelak dan di besarkan di lingkungan ini, pasti bakalan berperilaku gabaik...
 
Kadang memang buah hati kita meniru lingkungan nya, bisa dari keluarga, tempat bermain, sekolah dll. Nah yang paling susah mengembalikan ke sifat asal anak. hmm..
 
Lingkungan merupakan tempat bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi atau sekadar mencoba hal-hal baru. Sifat alami seorang anak adalah meniru sikap dan perilaku lingkungan sekitar.

Perilaku suka meniru amat melekat pada anak-anak usia prasekolah. Apa yang dilihat atau didengar di lingkungannya, akan ditiru anak. Begitu ada sesuatu yang baru di lingkungan, termasuk kata-kata kasar/jorok akan cepat diadopsinya. Selain itu, kemampuan anak di bawah usia lima tahun bisa mempelajari hal baru berkembang dengan pesat. Anak begitu bersemangat mengeksplorasi berbagai hal di lingkungan. Seorang anak akan mudah untuk menyerap hal-hal baru yang ditemuinya, termasuk kata-kata tidak pantas. Akibatnya, anak berkata kasar.

Saat anak berkata kasar, jelaskan arti katanya. Coba tanyakan pada anak apa maksud anak berkata kasar. Mungkin ia hanya menggeleng. Artinya, ia memang belum paham arti kata-kata kasar/jorok itu dan belum sadar kalau kata-kata itu dapat menyakiti orang lain. Begitulah tugas orangtua, menggali pemahaman anak tentang kata tersebut dan mencari tahu alasan ia melontarkannya, lalu meluruskan perilakunya yang kurang terpuji itu.
 
anak-suka-berkata-kasar-ini-tips-mengatasinya-0-alodokter.jpg

Alasan Anak Berkata Kasar

Walau masih kecil, anak adalah peniru yang ulung. Otaknya merekam segala yang ia lihat dan dengar. Perkataan kasar yang pernah ia dengar baik dari Ayah, Bunda, teman-teman, atau tetangga, mudah saja ia ucapkan. Padahal, belum tentu ia mengerti apa arti kata tersebut, lho.

Umumnya, anak berusia di bawah 5 tahun yang berkata kasar belum paham apa makna di balik umpatan yang ia ucapkan. Ia bisa berucap seperti itu karena meniru orang yang pernah berkata kasar di sekitarnya atau bisa juga karena menurutnya kata-kata tersebut terdengar lucu.

Namun, anak-anak berusia di atas 5 tahun atau usia sekolah yang mengumpat biasanya sudah mengerti arti dari kata-kata yang ia ucapkan. Bila tidak mengerti pun, setidaknya mereka mengerti bahwa kata-kata tersebut tidak pantas dilontarkan.

Meski begitu, ia tetap bisa menggunakan kata tersebut sebagai ekspresi kekesalannya akan sesuatu atau untuk mendapatkan perhatian dari orang di sekitarnya.

Tips Mengatasi Anak Suka Berkata Kasar

Perilaku anak berkata kasar tidak bisa diabaikan. Meski begitu, jangan terburu-buru untuk berteriak dan memarahinya, ya. Respons yang orang tua berikan berperan sangat penting dalam mengatasi perilaku ini.

Berikut ini adalah beberapa tips dalam menangani anak yang suka berkata kasar:

1. Tetap tenang dan berikan penjelasan padanya
Daripada memarahnya, ajaklah Si Kecil untuk bicara. Berikan pemahaman bahwa kata yang baru saja ia ucapkan itu memiliki arti yang tidak baik dan tak pantas untuk diucapkan.

Bunda bisa mengatakan kalimat seperti ini, “Kata itu tidak baik dan anak baik seperti kamu tidak seharusnya berkata seperti itu. Jadi, berikutnya kamu tidak perlu menggunakan kata-kata tersebut ya, Nak.”

2. Berikan contoh yang baik
Karena anak mudah sekali meniru orang, Bunda dan Ayah harus menjadi contoh yang baik untuknya. Hindari berkata kasar, mencaci, atau menyumpah dengan nada marah di depan buah hati, ya. Bila tidak sengaja dilakukan, cepatlah mengoreksinya dan minta maaf pada anak. Selanjutnya, berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi.

Saat Bunda atau Ayah sedang marah, gunakan kalimat positif yang mudah dicerna Si Kecil. Misalnya, “Saat ini Bunda sedang marah dengan kamu karena kamu tidak mau makan.” Dengan kalimat seperti ini, Si Kecil akan lebih mengerti dan kedepannya ia pun akan mengikuti cara Bunda untuk mengekspresikan perasaan negatifnya.

3. Perkaya kosakatanya
Bagi anak di bawah 5 tahun, salah satu cara yang bisa Bunda lakukan adalah dengan memperkaya kosakatanya. Dengan begitu, ia memiliki banyak kata-kata untuk mengekspresikan perasan atau mendapatkan perhatian orang tuanya.

Untuk meningkatkan kosakata Si Kecil, Bunda bisa mengajaknya ke perpustakaan, membacakan buku dongeng, atau menemaninya menonton film kartun yang edukatif. Jangan bosan untuk melakukan hal ini secara rutin agar perbendaharaan kata anak semakin bertambah.

4. Batasi penggunaan gadget
Selain dari lingkungan, kata-kata kasar dan kotor yang anak ucapkan juga bisa berasal dari gadget, lho. Tidak sedikit acara TV atau video di media sosial yang kontennya tidak mendidik dan mengandung kata-kata kasar.

Selain itu, terlalu sering menggunakan gadget juga bisa mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik anak. Bila Bunda atau Ayah tidak bisa mendampingi Si Kecil ketika menonton televisi atau menggunakan gadget, ada baiknya Bunda menerapkan batasan waktu.

5. Terapkan hukuman
Menerapkan hukuman ringan ketika Si Kecil berkata kasar juga bisa Bunda lakukan. Ingat bahwa hal ini dilakukan untuk mendidiknya, ya. Terapkan juga hukuman ini untuk semua anggota keluarga, agar Si Kecil merasa diperlakukan dengan adil.

Salah satu contoh hukuman yang bisa Bunda terapkan adalah hukuman denda. Jadi ketika ada yang berkata kasar, siapa pun itu harus memasukkan sejumlah uang yang telah ditentukan ke dalam kaleng. Selain mengajarkan anak bahwa berkata kasar itu dilarang, hal ini juga bisa membuatnya belajar menabung.

6. Jangan ragu memuji dan memberi penghargaan
Pujilah usaha Si Kecil ketika ia berhasil menjauhi kata kasar dan bisa berbicara dengan santun, agar ia merasa dihargai dan diperhatikan. Misalnya, jika Si Kecil bercerita bahwa temannya berkata kasar, tapi ia menahan diri dan tidak mengikutinya, katakan bahwa ia hebat dan Bunda bangga padanya.

Menghadapi anak suka berkata kasar memang bukan perkara yang mudah. Tak jarang Bunda pun ikut terpancing emosi ketika menghadapinya. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan kesabaran yang lebih untuk mengatasi kebiasaan perilaku negatif pada anak ini.

Bila tips-tips di atas telah dilakukan, akan tetapi anak masih suka berkata kasar, jangan ragu untuk meminta bantuan dari ahlinya ya, Bun. Segera konsultasikan hal ini dengan psikolog khusus anak, untuk mendapatkan penanganan yang tepat.


 
Anak suka memaki dan berkata kasar? Ini dilakukan anak, terutama usia praremaja karena ia meniru orang lain. Penyebab: Pengaruh nonton film. Umumnya, anak usia ini sudah boleh nonton film remaja yang notabene untuk anak di atas usia mereka. Bukan tidak mungkin ada katakata yang tidak seharusnya mereka dengar. Selain itu, mungkin saja ia melakukannya karena meniru omongan orang-orang yang ada di sekitarnya.
 
Back
Top